BandungBergerak.id - Langkah tiga pasang kaki wanita berpakaian alat pelindung diri (APD) level 2 menyusuri pematang sawah yang menghijau di Kelurahan Antapani Kidul, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/7/2021) siang. Itulah satu dari sedikit lahan sawah yang tersisa di Bandung.  

Ditemani sejumlah relawan, para tenaga kesehatan (nakes) itu blusukan keluar-masuk gang di permukiman padat. Obat-obatan dan bantuan sembako jadi buah tangan untuk diberikan kepada para pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing.

Siang itu hanya dua rumah yang disambagi. Interaksi dilakukan hanya di depan pagar rumah. Para nakes menanyakan kabar pasien, memberikan penjelasan tentang obat-obatan yang diantarkan, serta doa untuk kesehatan semua orang.

Tugas para pengantar obat bukan pekerjaan sepele. Mereka terjun langsung ke kawasan paling berisiko penularan Covid-19. Kota Bandung sudah sejak beberapa pekan lalu masuk zona merah. Kamis itu tercatat ada 6.546 kasus positif aktif. Antapani Kidul merupakan kelurahan dengan jumlah kasus terbanyak, mencapai 215 kasus.

Petugas yang berada di bawah koordinasi Puskesmas Jajaway, Antapani Kidul tersebut merupakan bagian dari program penanganan pandemi Covid-19 tingkat provinsi Jawa Barat yang dinamai Puskesmas Terpadu dan Juara (Puspa).  Tugas utamanya, memberdayakan tim kolaborasi interprofesi dan masyarakat demi meningkatkan kapasitas 3T (tracing, testing, treatment) yang jadi kunci pengendalian wabah.

Data LaporCovid-19 menyebutkan, sejak awal Juni 2021 sampai 22 Juli 2021, terdapat 2.313 pasien Covid-19 di 16 provinsi di Indonesia meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah, alias tidak tersentuh layanan di rumah sakit. Jumlah terbesar ditemukan di Jawa Barat.

Penghargaan tinggi untuk para nakes dan relawan. Mereka yang berjuang tanpa pamrih di garis terdepan. Meski risiko terpapar virus meninggi, meski insentif yang jadi hak mereka sering terlambat dibayarkan.