• Pemerintah
  • Data Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2013-2022: Masyarakat Makin Melek

Data Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2013-2022: Masyarakat Makin Melek

Survei menunjukkan tren naiknya indeks literasi dan inklusif keuangan. Masyarakat makin memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang baik.

Penulis Reza Khoerul Iman12 Desember 2022


BandungBergerak.id – Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2013-2022 yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan perbaikan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia. Survei berskala nasional yang dilakukan tiga tahun sekali menunjukkan secara perlahan masyarakat Indonesia makin melek dengan literasi keuangan.

Pada tahun 2013 persentase indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai angka 21,8 persen. Di satu sisi persentase inklusi keuangan Indonesia mencapai angka 59,7 persen.

Tiga tahun berikutnya dua indikator tersebut menunjukkan perbaikan. Indeks literasi keuangan Indonesia pada 2016 sebesar 29,7 persen, dan inklusi keuangannya meningkat menjadi 67,8 persen.

Pada tahun 2019, persentase indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia kembali mengalami perbaikan. Indeks literasi keuangan Indonesia pada 2019 naik menjadi 38,3 persen, dan inklusi keuangannya meningkat menjadi 76,19 persen.

Survei terbaru pada tahun 2022 masih menunjukkan kenaikan pada persentase indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Indeks literasi keuangan Indonesia pada 2022 sebesar 49,68 persen, sementara inklusi keuangan meningkat menjadi 85,1 persen.

Mengutip siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komisioner Bidang Edukasi Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, survei literasi dan inklusif keuangan (SNLIK) diharapkan membantu stakeholders dan masyarakat dalam membuat kebijakan, menyusun, strategi, serta merancang produk/layanan keuangan yang dibutuhkan konsumen. Membaiknya literasi dan inklusif keuangan diharapkan sekaligus bisa meningkatkan perlindungan masyarakat.

OJK melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan inklusif keuangan masyarakat. Salah satunya dengan menggelar Bulan Inklusi Keuangan (BIK).

Kegiatan BIK yang digelar Oktober lalu misalnya beragam. Di antaranya pemberian kredit atau pembiayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil melalui kegiatan bussines matching; penjualan produk dan layanan jasa keuangan berinsentif (pemberian discount, cashback, point, bonus atau reward); pameran jasa keuangan; pembukaan rekening, polis, efek dan lainnya; serta kampanye literasi dan inklusi keuangan dan perlindungan konsumen.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//