AKU DAN BUKU-BUKU PRAM #14: Mengapa Harus Kartini

PENULIS
Aldy Istanzia Wiguna
Kartini dan Pramoedya Ananta Toer adalah prosa perlawanan itu sendiri. Keduanya melawan dengan kertas dan pena.
CERITA GURU: Ketika Haruki Murakami Membongkar “Neraka” Pendidikan Jepang

Penulis
Laila Nursaliha
Kritik Murakami tentang pendidikan Jepang, memberikan gambaran bahwa pendidikan perlu memanusiakan manusia bukan hanya sekedar untuk membantu kemajuan sebuah negara.
Kapan Jomlo Bisa Bahagia?

Penulis
AM Farid Khuzairi
Ingat, jomlo itu fase, bukan status permanen. Manfaatkan masa jomblo untuk belajar, berkarier, dan memperluas jaringan sosial.
Melukis Kedamaian di Atas Kanvas Kesabaran

Penulis
Salsabiil Firdaus
Ramadan adalah waktu yang memberi kita kesempatan untuk menata ulang hidup kita, untuk memperbaiki diri dan membangun kebiasaan yang lebih baik.
RUU TNI dengan Bayang-bayang Dwifungsi di Panggung Demokrasi

Penulis
Fathan Muslimin Alhaq
Supremasi sipil pelan-pelan digembosi oleh dalih keamanan dan efektivitas, dua kata yang dulu juga sering diucapkan Orde Baru setiap kali hendak menggilas oposisi.
CIGURIANG, KAMPUNG DOBI DALAM INGATAN #23: Nganteuran, Tradisi Lebaran Perlahan Hilang
Penulis
Ernawatie Sutarna
Tradisi nganteuran sempat hidup di kamppung Ciguriang tahun 1960 sampai tahun 1970an. Orang Garut, Tasik, Ciamis, dan lainnya membawa tradisi ini ke Bandung.
MAHASISWA BERSUARA: Mengapa Trial by The Press Berbahaya Bagi Integritas Sistem Peradilan Pidana?

Penulis
Rio Satya Happrabu
Pengaruh media dapat menciptakan tekanan. Pemberitaan yang terus menerus dapat menarik opini masyarakat.
Karena Kita Warga Republik maka Kedaulatan di Tangan Rakyat

Penulis
Ahmad Rizki Alimudin
Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh UU TNI bukan hanya soal kebijakan militer semata, melainkan juga soal siapa yang seharusnya memegang kendali di republik.
MALIPIR #9: Mendaras Teks Suci

Penulis
Hawe Setiawan
Tadarusan saat Ramadan seperti mempertemukan lagi suara dengan aksara, juga mempertemukan secara fisik dengan sesama pembaca. Teks suci menjadi pembentuk riungan.
CATATAN DARI BUKU HARIAN #34: Jejak Miya Rumiyana Soelandjana, 60 Tahun Berkarya

Penulis
Kin Sanubary
Dedikasi dan ketekunan Miya Rumiyana Soelandjana menjadi contoh bagi generasi seniman masa depan untuk terus berinovasi dan berkarya tanpa henti.
