• Cerita
  • CERITA VISUAL: Deretan Kasus Penyegelan Masjid-masjid Ahmadiyah di Jawa Barat dalam 10 Tahun Terakhir

CERITA VISUAL: Deretan Kasus Penyegelan Masjid-masjid Ahmadiyah di Jawa Barat dalam 10 Tahun Terakhir

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir penyegelan masjid-masjid milik jemaat Ahmadiyah di berbagai daerah di Jawa Barat terjadi hampir setahun sekali.

Made with Visme Infographic Maker

Penulis Reza Khoerul Iman2 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Kasus penyegelan masjid milik jemaat Ahmadiyah di Kampung Nyalindung, Desa Ngamplang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Selasa, 2 Juli 2024 lalu menambah suram potret keberagaman di Jawa Barat, provinsi yang mengklaim sebagai provinsi toleran.

Di tanah Pasundan, jemaat Ahmadiyah masih menghadapi beragam diskriminasi dan intimidasi. Tidak jarang pelakunya adalah Negara. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, penyegelan masjid Ahmadiyah terus terjadi. Di antaranya di Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Depok, dan Sukabumi.

Pada tahun 2014, tepatnya 26 Juni 2014, Masjid Nur Khilafat milik jemaat Ahmadiyah di Jalan Cipto Mangunkusumo, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat disegel oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Akibatnya, jemaat Ahmadiyah mengalami kerugian dan kehilangan tempat ibadah.

Setelah penyegelan masjid Ahmadiyah di Ciamis, pada tahun-tahun berikutnya kasus serupa terus terjadi di daerah-daerah lainnya. Penyegelan terjadi di Tasikmalaya tahun 2015. Setahun berselang giliran Masjid Al-Furqon di Kampung Parakansalak, Ciamis.

Pada tahun 2017, penyegelan menimpa Masjid Al-Hidayah di Depok. Kasus terkini terjadi di Nyalindung, Kabupaten Garut, pada 2 Juli 2024 lalu. Masjid jemaat Ahmadiyah disegel untuk kedua kalinya.

Penyegelan masjid memberikan dampak serius bagi jemaat Ahmadiyah. Selain harus kehilangan tempat ibadah, tak jarang mereka juga lantas kesulitan mengakses akses pendidikan terutama bagi anak-anak dan remaja. Penyegelan oleh aktor negara membuat stigma terhadap jemaat Ahmadiyah kian kuat sehingga rentan menerima perlakuan diskriminatif. 

Meski terjal, jemaat Ahmadiyah tetap berusaha sekuat-kuatnya mempertahankan identitas dan keyakinan mereka dengan jalan damai. Dukungan dari berbagai organisasi dan jejaring pembela Hak Asasi Manusia (HAM) juga terus mengalir. 

Dalam pusaran konflik dan situasi pelik seperti ini, peran pemerintah menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran. Perlindungan diberikan agar setiap orang tanpa kecuali dapat beribadah sesuai dengan keyakinannya tanpa rasa takut.

*Artikel ini merupakan kerja sama antara BandungBergerak dan INFID melalui program PREVENT x Konsorsium INKLUSI sebagai bagian dari kampanye menyebarkan nilai dan semangat toleransi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta inklusivitas.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//