• Cerita
  • CERITA VISUAL: Sejarah Gedung Gereja Katolik Bebas Santo Albanus Bandung

CERITA VISUAL: Sejarah Gedung Gereja Katolik Bebas Santo Albanus Bandung

Gedung Gereja Katolik Bebas Santo Albanus Bandung mulanya dibangun sebagai markas perkumpulan teosofi lebih dari seabad silam. Kini tersisa fasad depannya.

Made with Visme Infographic Maker

Penulis Reza Khoerul Iman8 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Renovasi bangunan Gereja Katolik Bebas Santo Albanus di Jalan Banda, Kota Bandung, menyita perhatian publik dalam beberapa bulan belakangan. Sebuah gedung baru sudah mencuat di belakang fasad depan gereja berstatus bangunan cagar budaya golongan A yang lekat dengan jejak gerakan teosofi (freemasonry) tersebut.

Ryzki Wiryawan, pemerhati sejarah, menyebut, Gereja Katolik Bebas Santo Albanus dirancang oleh arsitek ternama di era kolonial Hindia Belanda, Frans Johan Louwrens Ghijsels atas pemintaan Van Der Lay, tokoh teosofi di Bandung, pada tahun 1917. Ghijsels tercatat pernah mendesain juga bangunan markas freemasonry di Burgemeester Bisschopplein, Batavia. Gereja Santo Albanus selesai dibangun pada 1920.

“Itu memang dulu tahun (19)20-an, awalnya sebagai markas teosofi sebenarnya, sebagai loge pertama di Bandung. Lalu setelah mereka mempunyai dana yang cukup, membeli bangunan baru di Jalan Merdeka (Olcottpark),” tutur penulis buku Okultisme di Bandoeng Doeloe (2014) tersebut.

Perkumpulan teosofi diketahui telah eksis di Kota Bandung sejak tahun 1908. Sebelum memiliki bangunan sendiri, mereka menjalankan kegiatan-kegiatannya di Bandastraat 4, tepatnya di tempat tinggal ketua mereka pada saat itu, yakni tuan G. Van Der Veen.

“Loji Bandung termasuk salah satu cabang teosofi yang paling aktif di Hindia Belanda. Contohnya, pada tahun 1910 Loji Teosofi Bandung dipercaya menjadi tuan rumah kongres Teosofi Hindia Belanda yang ketiga. Majalah The Theosophist melaporkan bahwa perhelatan akbar itu tidak diadakan di Loji Teosofi melainkan di bangunan Loji Sint Jan milik perkumpulan Freemasonry,” tulis Ryzki (Halaman 47).

Perkumpulan teosofi  meninggalkan loji di Jalan Banda pada tahun 1930 untuk pindah ke Olcottpark (sekarang Bandung Indah Plaza). Tidak berselang lama, bangunan tersebut digunakan sebagai tempat berkumpulnya Vrije Kathokieje Kerk (VKK) atau di Hindia Belanda terkenal dengan nama Gereja Katolik Bebas. Sejak itu pula disematkan nama Albanus sebagai nama gereja, merujuk tokoh favorit bagi aliran Gereja Katolik Bebas: Alban.

Pada tahun 2015, konflik terkait kepemilikan dan pemanfaatan bangungan Gereja Katolik Bebas Albanus berujung pada pengambilalihan dan penyegelan aset. Sejak insiden itulah jemaat Katolik Bebas yang tersisa di Bandung tidak memiliki lagi tempat beribadah. Sudah sembilan tahun mereka harus beribadah di rumah. 

*Artikel ini merupakan kerja sama antara BandungBergerak dan INFID melalui program PREVENT x Konsorsium INKLUSI sebagai bagian dari kampanye menyebarkan nilai dan semangat toleransi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta inklusivitas.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//