Kilometer Terakhir Ricky Siahaan Setelah Seringai Menutup Tur di Tokyo
Ricardo Bisuk Juara Siahaan yang lebih dikenal dengan nama Ricky, mengembuskan napas terakhir menutup tur Seringai di Tokyo, Jepang.

Yopi Muharam
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bergiat di LPM Suaka
5 Mei 2025
BandungBergerak.id - Tweet (X) setengah-setengah dari Otong, vokalis Koil, dengan sebutan nama "Ricky? @Edykhemod, @aparatmati (Arian)" meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, Sabtu, 19 April 2025. Tak ada informasi lebih lanjut, hanya dua kata yang menggantung, menciptakan gelombang ketidakpastian.
Saya mulai mencari informasi lebih jauh, memeriksa akun-akun media sosial milik anggota band Seringai. Tak ada petunjuk yang jelas. Hanya beberapa jam kemudian, sebuah tweet dari akun Ucok Homicide memunculkan kata "Duh euy, Ki," dengan emotikon sedih.
Di situlah saya mulai merasakan sesuatu yang buruk. Malam itu, saya terus memantau sosial media hingga akhirnya sebuah akun Jepang mengabarkan kabar yang membuat saya terdiam: Ricky Siahaan, gitaris Seringai, telah meninggal dunia setelah menyelesaikan penampilan di Tokyo, Jepang, dalam rangkaian tur Asia. Awalnya, saya berharap kabar itu hanya salah paham. Namun, semakin banyak konfirmasi datang, hingga akhirnya kabar duka itu memang nyata.
Ricardo Bisuk Juara Siahaan, yang lebih dikenal dengan nama Ricky, mengembuskan napas terakhirnya setelah penutupan tur mereka di Tokyo. “Ricky Siahaan has left the stage,” demikian pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh akun media sosial Seringai.
Kabar itu diteruskan dengan kalimat penuh emosi, "Gitaris kami, sahabat kami, saudara kami, Ricky, telah berpulang secara mendadak setelah menyelesaikan set di penutupan tur kami di Tokyo, Jepang. Ricky meninggalkan dunia ini dengan sesuatu yang dia cintai: bermain musik keras dengan maksimal.”
Kabar mendalam ini datang tiba-tiba, tepat setelah Ricky selesai membawakan lagu *Selamanya*, yang menjadi penutupan tur mereka. Ada kabar yang menyebutkan bahwa penyebab kematiannya adalah serangan jantung.
Bagi saya, sebagai penggemar berat Seringai sejak masa SMP, berita ini sangat mengguncang. Kabar ini mengingatkan saya kepada mendiang Aries Tanto a.k.a Ebenz, gitaris Burgerkill yang meninggal ketika manggung di acara off-air 3 September 2021.
Perjalanan Karier Ricky Siahaan
Perkenalan saya dengan Seringai dimulai jauh sebelum saya benar-benar mengerti apa itu musik cadas. Saya masih SMP ketika pertama kali mendengar lagu-lagu Seringai. Lirik-lirik mereka penuh dengan kemarahan dan kritik sosial, dan gitar Ricky yang menggema dengan distorsi yang kuat membuat saya kagum. Lagu seperti “Fett” dan “Sang Pemburu” dari album “Taring” (2012) masih menjadi favorit saya hingga sekarang.
Salah satu momen yang paling saya ingat adalah ketika mendengarkan “Fett” pertama kali. Lagu yang mengangkat film Stars Wars membuat saya hampir bertekad jadi gitaris. Di lagu ini Ricky mampu menggores senar gitarnya dengan ciamik. Setiap kali mendengar lagu tersebut saya mengkhayal sedang tampul di depan ribuan orang.
Namun, jauh sebelum dia dikenal lewat Seringai, perjalanan musik Ricky sudah dimulai lebih awal. Pada 1995, Ricky bersama Deddy Mahendra Desta, Cliff Rompies, dan dua teman sekolahnya di SMA Negeri 68 Jakarta membentuk band Chapter 69, kelompok musik yang terpengaruh Smashing Pumpkins dan Ratcat. Ricky juga sempat bergabung dengan band hardcore Buried Alive sebelum akhirnya menjadi gitaris di Stepforward, yang dirilis pada tahun 2001.
Stepforward merilis album Stories of Undying Hope pada tahun 2001. Stepforward sempat beberapa kali hiatus, dan mulai reunian pada tahun 2011 dengan formasi Jill (vokal), Ricky (gitar), Fajar (drum), dan Junas (bass).
Tahun 2002, ketika Stepforward memasuki masa vakum, Ricky kemudian membentuk grup band Crossover bernama Seringai bersama Arian13. Dulunya Arian tergabung dengan Puppen yang bubar pada tahun yang sama.
Kedekatan Ricky dan Arian sudah terjalin sejak seringnya Puppen main di acara Poster Cafe, Jakarta. Hal tersebut sering diungkapkan di beberapa lawatan interview atau podcast High Octane Rock milik Seringai. Arian dan Khemod (drummer Seringai) sering menginap di rumah Ricky tiap kali berkunjung ke Jakarta. Begitupun sebaliknya, Ricky sering menginap di rumah Arian tiap kali ke Bandung.
Arian di channel YouTube milik Soleh Solihun bercerita, dia sering dijemput di Stasiun Gambir oleh Ricky setiap ke Jakarta.
Seringai: Ikon Musik Cadas Indonesia
Bagi banyak orang, Ricky adalah nyawa di balik Seringai. Sammy Bramantyo, bassist Seringai, mengungkapkan dalam unggahan Instagram-nya bahwa Ricky adalah orang yang paling kreatif dalam menciptakan riff gitar yang sangat heavy, yang menjadi ciri khas band ini. "Sori, no debat," tulis Sammy dalam sebuah obituari yang emosional untuk Ricky.
Ricky bukan hanya seorang gitaris, tetapi juga seorang mentor yang membimbing banyak band muda, terutama dalam dunia musik cadas. Salah satunya adalah band sludge metal Amerta, yang albumnya, Nodus Tollens, dirilis pada 2024. Ricky menjadi produser album perdana mereka dan bahkan ikut memberikan saran dalam hal estetika lirik dan penyampaian lagu.
Anida, bassist Amerta, mengungkapkan betapa besar pengaruh Ricky terhadap band mereka. "Dia bisa dibilang sebagai idola kami sejak kecil, dan akhirnya kami menjadi teman baik setelah bekerja bersama," ujarnya.
Lebih dari sekadar seorang musisi, Ricky dikenal sebagai sosok yang ramah dan terbuka. Yudhistira Agato, gitaris Jirapah, berbagi pengalamannya dalam sebuah tulisan di Pophariini. Meskipun ada jarak usia yang cukup jauh, Yudhis merasa Ricky sangat ramah dan selalu terbuka. Bahkan, pada tahun 2017, Ricky mengirim pesan kepadanya lewat Facebook untuk memberi tahu bahwa Yudhis masuk dalam daftar Guitar Heroes versi Ricky. “Buset ini orang baik dan ramah banget,” kenangnya.
Ketika Jirapah tampil di Cherrypop 2024 di Jogjakarta, Ricky terlihat sangat menikmati waktu bersama band-band lain. “Ricky sengaja datang sehari lebih awal agar bisa menonton band lain, seperti layaknya pecinta musik pada umumnya,” cerita Yudhis.
Kepergian Ricky tentu menyisakan luka yang mendalam bagi dunia musik cadas Indonesia. Ricky adalah gitaris dengan riff yang khas, gaya bermain yang tidak mudah tergantikan. Kebaikan hatinya, sikapnya yang rendah hati, serta kreativitasnya dalam bermusik menjadikannya sosok yang sangat dihormati di dunia musik. Penggemar Seringai dan banyak musisi lainnya merasakan kehilangan besar atas meninggalnya sang riffmeister ini.
Kini, dunia musik Indonesia kehilangan salah satu ikon terbesar dalam genre musik cadas. Bagi saya pribadi, seperti halnya dengan penggemar lainnya, kehilangan Ricky terasa begitu mendalam. Begitu banyak kenangan yang terbangun melalui musiknya. Apa yang telah dia ciptakan, terutama dalam dunia heavy metal dan hardcore, akan terus hidup dalam setiap riff dan distorsinya. Ricky tak akan tergantikan.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Yopi Muharam, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Musik