Ruang Terbuka Hijau Bandung Terus Menyusut, Warga Membutuhkan RTH yang Mudah Diakses dan Gratis
Kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bandung berimplikasi serius; panas, bencana, penurunan permukaan tanah, dan akhirnya menurunkan indeks kebahagiaan warga.
Penulis Yopi Muharam25 Mei 2025
BandungBergerak.id - Ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bandung terus menyusut seiring masifnya pembangunan di berbagai wilayah kota. Padahal, faktor lingkungan hidup atau RTH berperan penting dalam memberikan kebahagiaan bagi warga kota. Warga Bandung membutuhkan ruang terbuka hijau yang mudah diakses dan gratis.
“Ruang terbuka hijau itu penting banget. Soalnya buat ngajak main anak juga kan,” kata Ninda, saat ditemui di Lapangan Golf Arcamanik, Bandung, Selasa, 20 Mei 2025.
Nida bisa dibilang cukup beruntung karena tinggal di kawasan timur Bandung yang masih memiliki secuil RTH, lapangan golf tersebut. Ia datang bersama suamiya, Asep Fajar dan anak mereka yang baru berusia tiga tahun. Mereka tinggal sekitar 10 menit dari lokasi tersebut.
Asep, yang sehari-hari buruh pabrik tekstil, berharap ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan diperbanyak. Sepengetahuannya, sulit sekali mengakses ruang terbuka hijau yang mudah dijangkau dan tanpa biaya di tengah kota. “Di tengah kota mah kan udah susah,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Gilang, seorang pekerja di bidang creative marketing, merupakan salah satu pengunjung rutin tempat pemancingan di area lapangan golf. Menurutnya, keberadaan ruang terbuka hijau yang mudah diakses dan gratis sangat penting.
“Masyarakat Indonesia khususnya Bandung butuh banget space buat leisure space gitu public space park in the term of ya kita harus naikin happiness index Bandung,” ujar Gilang.
Pendapat serupa disampaikan Thoriq Fauzan, mahasiswa yang sering datang ke kawasan tersebut untuk menenangkan diri. Hari itu, ia mengajak adiknya, Sabrina Rahmatul. Namun, mereka khawatir dengan alih fungsi lahan yang masif.
“Sekarang banyaknya perumahan jadi ngebuat kurangnya oksigen juga, kan. Terus bisa menyebabkan atmosfer tuh makin nipis,” kata Thoriq. Ia juga menyebut potensi banjir akibat berkurangnya lahan resapan.
RTH Bandung Menyusut
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mencatat, pada 2024 jumlah penduduk kota ini mencapai sekitar 2,59 juta jiwa. Luas wilayah Bandung tercatat sebesar 16.729,65 hektare. Namun, data BPS tahun 2020 menunjukkan luas RTH hanya 2.048,97 hektare atau 12,25 persen dari luas kota.
Merujuk laman rth.bandung, RTH saat ini hanya sekitar 1.700 hektare, jauh di bawah standar ideal 30 persen dari luas kota atau sekitar 6.000 hektare, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Kurangnya RTH berdampak pada peningkatan suhu di Kota Bandung. Pada 1979, suhu maksimum tercatat 27,9 derajat C, dengan suhu rata-rata 22,6 derajat C. Pada 2023, suhu maksimum naik menjadi 36 derajat C dengan suhu rata-rata 24,3 derajat C. Artinya, dalam 44 tahun, terjadi kenaikan suhu maksimum sebesar 8,1 derajat C.
Selain suhu, emisi karbon juga meningkat. Rth.bandung mencatat, Kota Bandung menghasilkan 4,5 juta ton karbon dioksida dari kendaraan bermotor. Menurut skripsi Rizal Septiyani Ashari (2021), jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung mencapai 1.552.747 unit, melebihi setengah dari jumlah penduduk sebesar 2.527.854 (BPS Jabar 2022).
Dampak lain dari menyusutnya RTH adalah penurunan permukaan tanah. Menurut data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Bandung tahun 2006, permukaan Kota Bandung menyusut sekitar 42 sentimeter setiap tahun.
Rth.bandung juga mencatat bahwa 90 pusat perbelanjaan di Bandung masih memiliki kewajiban menyediakan sekitar 85.000 meter persegi ruang hijau. Sementara itu, berdasarkan data Humas Kota Bandung, indeks kebahagiaan kota ini berada di angka 75,1 poin. Survei Pemkot Bandung pada 2018 menyebutkan aspek kondisi lingkungan menempati peringkat ketiga paling berpengaruh terhadap kebahagiaan warga, setelah religiositas dan keharmonisan keluarga.
*Reportase ini mendapatkan dukungan data dari reporter BandungBergerak Ryan D.Afriliyana