• Cerita
  • Mayday 2021: dari Bawah Jembatan Kecil Taman Lansia

Mayday 2021: dari Bawah Jembatan Kecil Taman Lansia

Tiap tahunnya Mayday diperingati secara beragam. Peran negara pada buruh yang mengalami perkara ketenagakerjaan begitu-begitu saja.

Sejumlah buruh dari serikat buruh SPSI melakukan aksi di depan gedung UPTD Pengawasan Ketenagakerjaan, Jalan L. L. R.E. Martadinata, Kota Bandung, Kamis (20/05/2021). Massa aksi yang merupakan korban PHK menuntut PT Masterindo Jaya Abadi Garmen untuk membayar sisa upah kerja dan Tunjangan Hari Raya (THR) 2021. (Foto: Fakhri Fadlurrohman)

Penulis Bopap21 Mei 2021


BandungBergerak.id“Kring, kring…” Dering lonceng sepeda riang gembira menyambut petang di Kota Bandung pada Sabtu, 1 Mei 2021, lalu. Anak-anak muda berkeliling di seputaran Gedung Sate, sambil meneriakan “Happy Mayday, Selamat Hari Buruh” kepada siapa pun orang yang mereka temui di sepanjang jalan.

Mustahil mengabaikan dering lonceng dan suara berisik mereka. Menarik perhatian pekerja retail, kafé, distro, hingga anak muda yang ingin bermalam minggu ria. Mereka berkeliling kota dari petang hingga malam hari, lalu singgah di sebuah taman kota.

Taman Lansia, namanya. Taman yang ternyata malah menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda. Ditemani sayu musik dari pengeras suara, sebuah lapakan pakaian digelar di teman, menamai diri sebagai Pasar Gratis. Terdengarnya aneh dan satir, mana ada pasar yang gratis? Ketika berbicara tentang pasar, semuanya selalu berpikir tentang uang dan untung.

Di belakang megahnya Gedung Sate, kantor Gubernur Jawa Barat, malam itu Pasar Gratis dihelat di antara gerobak batagor, lalu-lalang penjaja Starbuck Keliling (starling), berseberangan dengan kafe dan distro. Anak-anak muda ini tidak segan untuk menyapa orang, “Silahkan pak, ibu, sok ini gratis kok semua pakaiannya.”

Seorang bapak memarkir gerobak dorongannya dan menghampiri lapakan. Seorang bapak tua lainnya, berbaju merah lusuh, ikut mendekat lalu mengambil beberapa potong baju, celana, dan jaket. Tampaknya dia mengambil beberapa pakain tidak hanya untuk dia sendiri. Sesudahnya dia mengucap terima kasih lalu berbalik.

Menelusuri pepohonan, angin malam, redup lampu taman, bapak tua itu menuju sebuah jembatan kecil di dalam taman. Di bawah jembatan kecil, seorang perempuan paruh baya sedang berbaring. Tampaknya, dia istri bapak tua itu. Sesudah berganti baju, bapak tua itu memberikan pakaian dan jaket selebihnya untuk perempuan itu. Setidaknya bagi mereka malam ini akan lebih hangat daripada malam-malam sebelumnya.

Taman Lansia, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (21/5/2021). (Foto: Bopap)
Taman Lansia, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Sabtu (21/5/2021). (Foto: Bopap)

Mayday Pagebluk

Dalam beberapa tahun ke belakang, Mayday diperingati dalam kondisi tidak baik-baik saja. Pada Mayday 2020, semua orang masih terkejut dengan kedatangan pegebluk, disusul dengan pengurangan buruh di pabrik-pabrik. Kemudian, pengusaha berlomba-lomba mencicil pembayaran upah dan THR, dengan alasan usahanya merugi karena Covid-19.

Sementara, rentetan kekerasan sepanjang peringatan Mayday di Bandung pada 2019, masih belum hilang dari ingatan. Kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi dipertontonkan di siang bolong. Ratusan orang ditangkap, digunduli, dites urin paksa, perburuan orang – seluruh kekerasan dipertontonkan tanpa ada tabu sedikit pun.

Peringatan Mayday tahun sebelumnya lebih konyol lagi. Seorang pentolan ormas melukai kepalanya sendiri hingga bocor dengan botol minuman, untuk menakut-nakuti massa aksi.

Bentangan spanduk dengan narasi seragam, “Kami Warga RT ... Cinta Damai Menolak Aksi...”, tampaknya menjadi semacam upacara tahunan. Tak kalah hebohnya adalah perayaan menjelang Mayday dengan menggelar berbagai ajang perlombaan, selamatan, potong tumpeng, piknik, dan undangan dari dinas tenaga kerja bagi para pengurus serikat buruh untuk menghadiri diskusi di hotel berbintang.

Sementara itu, banyak kasus-kasus perburuhan yang mandek. Tidak ada kabar baik dari buruh selain mengganasnya fleksibilisasi tenaga kerja. Menjelang Idul Fitri, orang berubah status dari buruh tetap menjadi kontrak, atau malah dipecat begitu saja. Rencana pembentukan Desk Tenaga Kerja di belasan Polda di Indonesia pasca-Mayday 2019 terkesan nyaring di awal. Tanyakan saja kepada buruh atau serikat yang kasusnya diabaikan dengan berbagai macam alasan.

Mayday dengan Kawalan Senjata

Siang hari pada peringatan Mayday 2021 itu, kantor pemerintahan dijaga ketat oleh ratusan aparat berseragam lengkap anti huru-hara, ditambah dua kendaraan water cannon. Daripada menggelar penjagaan sebesar ini, lebih baik menyiapkan telinga lebih besar untuk mendengarkan keluh-kesah dari buruh-buruh yang ingin bersuara tentang nasib keluarganya sesudah mereka kena pecat, dikriminalisasi oleh pengusaha, cutinya diperpendek, dan yang hidup tanpa jaminan pekerjaan dan kerja yang layak.

Di seberang Gedung Sate siang itu poster besar bertuliskan “Kami Datang Bukan Untuk Dibungkam“ memang tetap terpampang. Orang-orang masih turun ke jalan. Di Purwakarta orang memperingati Mayday dengan membagikan makanan kepada masyarakat, juga memberi makan kucing. Cara memperingati Mayday semakin beragam. Sementara, perlindungan negara untuk buruh masih begitu-begitu saja.  

Usai riuh-rendah peringatan Mayday, malam semakin larut di bawah jembatan Taman Lansia. Udara semakin dingin menyerang orang-orang tak beruntung yang tak punya rumah dan bernaung di taman tengah kota itu.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//