Siswa Wyata Guna Tunggu Realisasi Janji Bu Risma
Siswa Wyata Guna membutuhkan asrama sebagai tempat bernaung sambil meraih cita-cita ke perguruan tinggi. Harapan ini butuh realisasi Menteri Sosial Tri Rismaharini
Penulis Emi La Palau21 Maret 2021
BandungBergerak - Ardiyanto dirundung bingung karena beberapa bulan lagi asramanya di Wyata Guna tak lagi bisa dipakai bernaung. Padahal siswa kelas 12 Sekolah Luar Biasa Negeri A (SLBN A) Kota Bandung ini masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Ardiyanto dan siswa tingkat akhir lainnya harus bersiap-siap untuk mengosongkan asrama di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, Jalan Padjadjaran, Bandung.
Peraturan Menteri Sosial (Permensos) No. 8 tahun 2018 membuat ssiwa Wyata Guna tak lagi bisa tinggal lebih lama di asrama. Peraturan ini muncul ketika Menteri Sosial masih dijabat Juliari P Batubara.
Permensos tersebut mengubah status Wyata Guna dari panti menjadi balai. Balai hanya berfungsi sebagai pusat pelatihan dan pembelajaran dengan waktu tinggal siswa maksimal 6 bulan.
Kebijakan perubahan panti menjadi balai sempat memicu polemik warga disabilitas Wyata Guna pada 2019. Kala itu, Ardyanto masih duduk di bangku kelas 10.
Menghadapi kondisi sulit itu, siswa disabilitas tunanetra asal Majengan, Jawa Tengah, ini akhirnya memutuskan menunda cita-citanya kuliah. Selain tidak ada asrama, alasan lain yang membuatnya berhenti mimpi melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi karena ekonomi.
Pendapatan orang tuanya yang berprofesi sebagai petani tidak akan sanggup membayar biaya kuliah yang mahal. Tidak adanya fasilitas asrama juga membuatnya harus menyiapkan tempat kos yang harganya juga mahal.
Ia tidak akan sanggup membayar uang kuliah dan sewa kos-kosan. Untuk sementara ia mengubur cita-citanya dan berencana mencari pekerjaan. Meski begitu, ia sendiri masih kebingungan akan bekerja apa nantinya setelah lulus.
Tadinya Ardiyanto ingin kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. “Kayaknya tahun depan. Tahun ini belum siap. Belum siap biaya kuliahnya. Terus nanti mikirin ngekos,” ungkapnya ketika ditemui BandungBergerak di Asrama Cempaka Wyata Guna, Jumat (19/3/2021).
Saat Wyata Guna masih sebagai panti rehabilitasi diwabilitas, para siswa masih bisa mendapatkan fasilitas asrama hingga jenjang perguruan tinggi. Di asrama mereka mendapat tempat tinggal, makan, peralatan mandi, seragam.
“Kemarin karena perubahan peraturan, fasilitas distop, kebetulan itu kelas 10 mau naik kelas 11, ada teman kelas 9 mau naik kelas 10, katanya udah ujian harus keluar,” ungkapnya.
Siswa lainnya, Meitiara, juga mengeluhkan perubahan panti menjadi balai. Siswi kelas 12 asal Cilacap, Jawa Tengah, ini merasakan betul manfaat asrama. Asrama menyediakan kebutuhan air, listrik dan lain-lain.
Gorden-gorden asrama selalu bersih dan diganti. Kalau ada keluhan, pihak panti langsung cepat tanggap. Namun kini semua fasilitas itu tinggal kenangan sejak status panti berubah jadi balai oleh Permensos No 8 tahun 2018.
“Sekarang, lampu kamar saya mati semenjak tahun kemarin pas pulang karena Covid, sampai sekarang belum diganti. Air juga susah, lagi tidak ada air, kadang nyala kadang mati, susah untuk nyuci. Untuk mandi harus ke masjid,” keluhnya.
Siswi yang akrab disapa Mei itu berharap masih bisa tinggal di asrama Wyata Guna untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tapi harapan tinggal harapan. Kenyataannya sekarang ia harus bersiap meninggalkan asrama.
Orang tuanya di kampung bekerja sebagai tukang bangunan. Sulit baginya bisa kuliah dan membayar kos-kosan. Sama dengan Ardyanto, Mei ingin kuliah di UPI mengambil jurusan SLB.
Siswi lainnya, Cati, juga mengluhkan hal sama. Perempuan asal Karawang, Jawa Barat, ini menegaskan bahwa dirinya dan teman-temannya masih membutuhkan panti Wyata Guna yang memfasilitasi asrama dan pendidikan tinggi.
“Biar ada adik-adik kita bisa masuk lagi ke sini, bisa mencapai cita-citanya pendidikan sampai kuliah,” ungkapnya.
Para siswa menggantungkan harapan itu kepada Menteri Sosial yang baru, Tri Rismaharini, yang Kamis (18/3/2021) lalu berkunjung ke Wyata Guna. Tetapi kunjungan ini bukan untuk menemui para siswa, melainkan untuk membahas program atensi melalui sentra kreasi pemberdayaaan penyandang disabilitas.
Kabar kedatangan Mensos Risma sampai ke siswa dan mahasiswa yang tinggal di asrama. Perwakilan dari mereka berhasil menemui sang Menteri, di antaranya Ketua Forum Akademisi Luar Biasa, Rian, dan Sofwan, mahasiswa.
Ada nada kecewa saat Rian menceritakan hasil pertemuan dengan Menteri Risma. Menurutnya, Menteri Risma berbicara dengan nada tinggi. Menteri Risma menjanjikan akan menguliahkannya.
Padahal tujuan Rian menemui Risma bukan untuk kepentingan pribadi mengingat ia sendiri tidak kuliah. Ia bermaksud menyampaikan aspirasi adik-adiknya yang membutuhkan asrama untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Rian bilang, Menteri Risma berjanji akan mempertimbangkan aspirasi siswa-siswi yang membutuhkan asrama sebagai tempat tinggal sampai perguruan tinggi. “Oke saya pegang janjinya mudah-mudahan beliau menepati janji itu,” kata Rian.
Menurut Sofwan, Menteri Risma berjanji akan mengurusi kebutuhan siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Kepada Menteri Risma, Sofwan juga menyinggung soal Permensos yang mengubah panti Wyata Guna menjadi balai.
Bahwa siswa keberatan dengan aturan yang membatasi masa tinggal siswa maksimal sampai 6 bulan. Padahal kebutuhan siswa tinggal di asrama sampai perguruang tinggi. “Terus dia (Menteri Risma) bilang, iya sudah saya urus, sudah diganti Permensosnya,” tutur Sofwan.
Sofwan maupun rekan-rekannya di Wyata Guna kini harap-harap cemas bahwa janji Menteri Risma bukan sekadar janji. Mereka menunggu realisasi.
Program Pelatihan untuk Disabilitas
Tahan Isnaini, humas sekaligus penyusun Bahan Kesejahteraan Sosial Wyata Guna menjelaskan sentra kreasi atensi yang dibahas Menteri Risma saat berkunjung ke Wyata Guna. Sentra kreasi atensi merupakan program untuk penyandang disabilitas Wyata Guna.
Lewat program ini akan dibangun unit-unit atau instalasi produksi sebagai pemberdayaan difabel. Program ini akan melatih siswa difabel agar menguasai keahlian, memiliki aktivitas produktif, dan mereka sendiri yang akan merasakan hasilnya.
“Sentra kreasi atensi tidak ada untuk balai, semua murni dari mereka untuk mereka, supporting Kementrian melalui balai. Kita sediakan lahan dan fasilitas pendidikan dan alat-alatnya,” terang Tahan Isnaini.