• Berita
  • Jangkauan Vaksinasi Covid-19 pada Anak di Bandung masih sangat Rendah

Jangkauan Vaksinasi Covid-19 pada Anak di Bandung masih sangat Rendah

Ombudsman Jabar desak Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar mempercepat vaksinasi pada anak.

Siswi SMP menunggu disuntik dosis 1 vaksin Covid-19 di aula SMPN 2 Bandung, 14 Juli 2021. Sebanyak 2.000 dosis vaksin Covid-19 Bio Farma diberikan pada pelajar tingkat SMP, SMA atau sederajat guna mempercepat target vaksinasi harian dan target kekebalan komunal di Indonesia. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Bani Hakiki23 Juli 2021


BandungBergerak.id -Jangkauan vaksinasi Covid-19 untuk anak di Kota Bandung masih sangat kecil. Dari 238.139 anak Kota Bandung usia 12-17 tahun yang menjadi target vaksinasi, baru 1 persen yang sudah terjangkau. Pasokan vaksin Covid-19 jadi kenadala utama.

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengakui bahwa jumlah anak divaksin di Kota Bandung masih sangat rendah. Pihaknya telah memulai vaksinasi Covid-19 untuk anak sejak 14 Juli 2021.

“Vaksin bagi lansia sudah 50 persen. Sedangkan untuk usia 12-17 tahun, angkanya masih rendah karena masih terbatas (pasokan vaksinnya),” ungkap Yana Mulyana, dalam siaran pers, Jumat (23/7/2021).

Yana mengajak semua pihak untuk meningkatkan protokol kesehatan di saat pagebluk masih belum terkendali, begitu juga dengan anak-anak. Pemkot Bandung sendiri mentargetkan bisa menjangkau 1,9 juta warganya divaksin, berikut anak-anak.

Yana mengatakan, Pemkot Bandung telah mengajak kerja sama dengan sejumah pihak, mulai dari instansi pemerintahan hingga swasta guna memperlancar dan mempecepat jalannya vaksinasi Covid-19.

“Dengan upaya kolaborasi berbagai pihak, mempercepat proses penyelesaikan vaksin untuk percepat herd immunity,” tuturnya.

Data Bandung.go.id pada 22 Juli 2021 merilis, dari total taret 1.952.358 warga Kota Bandung yang harus divaksin, baru 732.995 (37,54 persen) warga yang telah menjalani suntik dosis pertama, dan sebanyak 390.050 (19,98 peren) telah menjalani dosis kedua. Sementara angka vaksinasi pada anak baru 1.598 (0,67 persen), itu pun baru dosis pertama.

Rendahnya cakupan vaksinasi anak, panjangnya pagebluk, membuat anak harus kembali menjalani sekolah daring pada tahun ajaran baru 2021-2022 yang bergulir sejak 19 Juli 2021. Mereka menjalani masa-masa suram pembelajaran jarak jauh yang penuh keterbatasan. Kebijakan PJJ menjadi pil pahit yang harus diambil demi mengurangi risiko penularan Covid-19 yang meningkat tajam dua bulan terakhir.

Ombudsman Jabar Desak Vaksinasi Anak jadi Prioritas

Ombudsman Jabar meminta pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan jaminan kesehatan anak di masa pagebluk, termasuk memprioritaskan mereka mendapatkan vaksinasi Covid-19. Rencahnya jangkauan vaksinasi pada anak berpotensi menimbulkan sejumlah permasalahan lain yang lebih besar, yakni tercerabutnya kebahagiaan mereka sebagai anak-anak.

Anak-anak masa pandemi lebih banyak tinggal di rumah, jauh dari lingkungan sosial yang menjadi dunia mereka di zaman normal. Mereka pun tidak bebas dari infeksi yang telah merenggut jutaan jiwa di dunia.

Hingga Juni kemarin, Dinas Kesehatan Jawa Barat merilis 52.350 kasus Covid-19 pada anak. Paling banyak usia sekolah, disusul pra-sekolah seperti balita, dan bayi baru lahir. Penambahan Covid-19 mencapai 3.300 per pekan. Daerah tinggi kasus Covid-19 pada anak terdiri dari Kabupaten Garut, Kota Bandung, dan Kabupaten Subang. 

“Ini berkenaan dengan masalah kesehatan anak. Banyak murid yang tertinggal pelajaran karena terbatasnya gadget (gawai) di rumah, sementara sekolah tatap muka belum bisa (diadakan) karena gak aman,“ ungkap Kepala Ombudsman RI Perwakilan Jawa Barat Dan Satriana, kepada Bandungbergerak.id, Sabtu (17/7/2021).

Dan Satriana mengaku telah mewanti-wanti Pemkot Bandung dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendahulukan vaksinasi pada anak sejak awal 2021. Namun nyatanya program vaksinasi anak berjalan lambat. Vaksin untuk anak seharusnya bisa jadi pilihan utama jauh sebelum lonjakan Covid-19 terjadi.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//