• Foto
  • Laung Nirmala

Laung Nirmala

Mengalami kekerasan dalam pacaran, Nirmala mengumpulkan keberanian untuk keluar dari lorong gelap, lalu bersuara. Berdaya berkat dukungan teman-teman sebaya.

Fotografer Virliya Putricantika18 Juni 2022

BandungBergerak.id - Trauma Nirmala sebagai korban kekerasan dalam pacaran ibarat sebuah lorong gelap. Setiap kali melintasinya, gemetar yang menjalar di sekujur tubuh memaksanya sering menghentikan langkah. Bukan sekali, dia hilang arah.

Ancaman demi ancaman membuat Nirmala semakin jauh terperosok ke lorong gelap itu. Sendirian.

Lingkaran kekerasan (cycle of abuse) dialami Nirmala selama lebih dari satu tahun. Janji berubah yang berulang disampaikan padanya tinggal jadi janji manis yang tidak pernah ditepati.

“Saat mengalami kondisi kekerasan, aku sadar, tapi aku ga bisa keluar,” kata Nirmala, duduk lesehan di lantai teras salah satu sudut kampusnya.

Tindak kekerasan dalam pacaran, termasuk di dalamnya kekerasan seksual, merupakan masalah serius di negeri ini. Komisi Nasional Perempuan mencatat, dari 4.500 laporan yang diterima sepanjang tahun 2021, sebanyak 1.200 di antaranya merupakan tindak kekerasan dalam berpacaran.

Di lingkungan perguruan tinggi, yang mestinya menjadi ruang aman bagi para anak muda, kecenderungan serupa terjadi. Merujuk data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), diketahui selama periode Januari-Juli 2021 tecatat 2.500 kasus kekerasan seksual di kampus. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan jumlah kasus di sepanjang tahun 2020, sebanyak 2.400 kasus. Secercah harapan muncul dengan terbitnya Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.

Bercerita pada salah seorang teman yang dipercayai menjadi awal Nirmala mulai menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban kekerasan dalam berpacaran. Dia pun keluar dari sebuah hubungan yang tidak sehat.

Mengumpulkan keberanian, Nirmala menguatkan tekadnya untuk menyuarakan isu gender dan kekerasan seksual. Menjadi bagian dari organisasi yang memberikan pendampingan kepada para penyintas menjadi jalan yang dia pilih.

“Perempuan bisa bergerak dengan yakin pada diri sendiri terlebih dahulu,” katanya.

Nirmala hari ini adalah aktivis perempuan yang bersama teman-temannya secara aktif menciptakan ruang aman, terutama di lingkungan kampus.

Meninggalkan lorong gelapnya, laung Nirmala kian lantang.

*Reportase yang merupakan bagian dari program Permata Photojournalist Grant (PPG) XI "Courage" oleh PannaFoto Institute bekerja sama dengan Permata Bank ini, dipamerkan 14 Juni - 8 Juli 2022 di lobi WTC 2, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//