Di Kereta Pertama ke Bandung
Bagi mereka yang naik kereta pagi pertama dari Padalarang ke Bandung, tidak ada kemewahan waktu untuk terlelap akibat kelelahan merayakan pergantian tahun.
Bagi mereka yang naik kereta pagi pertama dari Padalarang ke Bandung, tidak ada kemewahan waktu untuk terlelap akibat kelelahan merayakan pergantian tahun.
BandungBergerak.id - “Ayeuna ti dieu lebetna?” tanya seorang lelaki tua yang mengenakan kemeja batik coklat kepada calon penumpang lain di pintu keberangkatan Stasiun Padalarang yang tak lagi berada di samping loket. Ulekan yang hendak ditawarkan ke orang-orang kota, ia letakkan sejenak. Hujan belum mau berhenti Minggu (1/1/2023) dini hari itu.
Stasiun Padalarang, yang mulanya hanya sebuah halte di jalur kereta api dari Cianjur ke Bandung yang diresmikan pada 17 Mei 1884, tahun ini direncanakan akan menjadi stasiun terakhir Kereta Cepat Jakarta Bandung. Proyek pengembangan kompleks stasiun ini sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2021, masih di tengah pandemi Covid-19.
Entah siapa yang akan bisa menikmati layanan kereta yang tiketnya dibandrol seharga ratusan ribu rupiah itu. Jelas bukan lelaki berkemeja batik dan kawan-kawan pedagangnya. Penyelamat mereka adalah kereta api Bandung Raya Ekonomi yang bermurah hati membawa mereka ke Kota Bandung, tempat mengadu nasib, cukup dengan biaya lima ribu rupiah.
Di pagi hari pertama tahun 2023 itu, kereta rel diesel (KRD) pertama berangkat meninggalkan Stasiun Padalarang pukul 04.35 WIB. Tidak hanya para pedagang atau pekerja piket yang menaiki kereta subuh di hari libur itu. Ada keluarga yang akan pulang ke kampung halamannya. Ada juga mereka yang akan meneruskan perjalanan menggunakan kereta jarak jauh. Entah ke Jakarta atau ke bagian timur Jawa.
Di sepanjang perjalanan, lampu-lampu rumah penduduk di kanan-kiri rel yang masih menyala menjadi penghias jendela gerbong. Sesekali decitan terdengar dari roda kereta yang berhenti di Stasiun Gadobangkong, Stasiun Cimahi, Stasiun Cimindi, Stasiun Ciroyom, lalu Stasiun Bandung. Selebihnya, lengang.
Banyak penumpang memilih untuk kembali memejamkan mata. Yang lain mendengarkan musik dengan earphone mereka. Hanya suara gesekan rangkaian kereta dengan rel yang terdengar memenuhi gerbong yang sudah berpendingin udara.
“Kamu kenapa gak tidur semalem?” tanya seorang ibu pada anaknya yang akan melanjutkan perjalanan ke luar kota, sambil merapikan riasan di wajahnya.
Siapa bisa disalahkan? Malam tahun baru selalu menghadirkan euforia tersendiri. Terlebih setelah presiden mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 30 Desember 2022. Perayaan pergantian tahun seolah menjadi perayaan terbebas sepenuhnya dari cengkeraman pagebluk.
Setelah 25 menit perjalanan, sampailah kereta di Stasiun Bandung yang sama tuanya dengan Stasiun Padalarang. Instrumen lagu tradisional Manuk Dadali menyambut kedatangan orang-orang pinggiran yang harus memulai lagi pergulatan hidup keseharian mereka di pusat kota.
Bagi tidak sedikit orang, seperti mereka yang naik kereta pagi pertama menuju Bandung, tidak ada kemewahan waktu untuk terlelap akibat kelelahan meryakan pergantian tahun. Hidup terus berjalan. Peruntungan harus dikejar. Kali ini, barangkali, dengan gumpal harapan yang sedikit lebih besar.
*Foto dan teks: Virliya Putricantika
COMMENTS