Perempuan! Lawan!
Hari Perempuan Sedunia 2023 di Bandung dirayakan dengan menggelar aksi turun ke jalan. Perlawanan terus-menerus dilakukan di lapangan.
Hari Perempuan Sedunia 2023 di Bandung dirayakan dengan menggelar aksi turun ke jalan. Perlawanan terus-menerus dilakukan di lapangan.
BandungBergerak.id - “Patriarki? Lawan, lawan, lawan, dan hancurkan!”
Para perempuan yang tergabung dalam Aliansi Simpul Puan meneriakkannya kencang-kencang ketika berjalan kaki dari Monumen Perjuangan (Monju) menuju Gedung Sate Kota Bandung untuk merayakan Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day), Rabu (8/3/2023) siang. Kepada setiap perempuan yang ditemui di sepanjang perjalanan sejauh dua kilometer itu, mereka memberikan ucapan selamat.
Bahkan di hari yang dikhususkan untuk penghormatan bagi perempuan itu, mereka masih harus mengalami aksi dikriminatif. Pengguna jalan memaki mereka dengan nama binatang.
Sungguh, memperjuangkan hak perempuan tidak pernah mudah. Perempuan-perempuan Bandung bisa menyampaikan kesaksian mereka.
Di RW 11 Tamansari, Eva Eryani menjadi satu-satunya warga yang masih kukuh menolak proyek pembangunan rumah deret. Hampir setiap hari, setelah mengantarkan sang ibu atau bekerja di kawasan Lembang, dia bertandang ke rumah darurat yang dia dirikan di atas puing rumah terdahulu. Di dalam ransel, Eva menyimpan barang-barang yang menemani perjalanan dan perjuangannya selama ini: benang, parfum, dan selembar foto.
Ada juga Aan Aminah yang konsisten membela hak-hak buruh. Setiap hari ibu satu anak ini menghabiskan waktu di seketariat F-Sebumi. Menuruti saran sang anak, Aan memakai lipstik merah yang tak kunjung habis meski sudah dipakai sejak dua tahun lalu.
Deti Sopandi, seorang perempuan pembela hak asasi manusia (human rights defender) Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Jawa Barat, saat ini memiliki Browna dan Browni, boneka yang ia temukan dari puing penggusuran RW 11 Tamansari.
“Dari kecil tuh aku memang tidak biasa (suka) ke boneka. Sukanya malah robot-robotan,” kata Deti. “Tapi kayak asyik juga ternyata punya boneka.”
Semakin banyak perempuan bersuara memperjuangkan hak sebagai manusia. Namun, tantangan yang mereka hadapi tidak lantas mengecil. Merujuk Catatan Tahunan Komisi Nasional Perempuan, terdapat 457.895 kasus kekerasan terhadap perempuan di sepanjang tahun 2022. Kekerasan personal masih mendominasi laporan. Yang bisa jadi sorotan adalah lonjakan kasus kekerasan di ranah negara menjadi sebanyak 68 kasus.
Perempuan tidak meminta laki-laki merasakan hal yang sama seperti yang mereka alami, Namun mereka berhak mendapatkan kebebasan dan kesetaraan yang sama seperti dimiliki laki-laki.
Foto dan teks: Virliya Putricantika
COMMENTS