• Foto
  • Terang Kasih Siti

Terang Kasih Siti

Di rumah petak empat meter persegi di tengah kampung padat Kota Bandung, Siti Nur Mubarokah sekuat tenaga merawat ketiga anaknya. Si bungsu divonis stunting.

Fotografer Virliya Putricantika7 April 2023

BandungBergerak.id - Siti Nur Mubarokah (25), seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang tinggal di rumah petak kontrakan berukuran empat meter persegi di Gang Sukapakir Dalam, Jamika. Salah satu kelurahan terpadat di Kota Bandung dengan gang-gang amat sempit mirip labirin ini tidak pernah sepi dari suara anak-anak.

Si sulung RY (5) baru akan memasuki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berada di lantai satu bangunan kontrakan yang ditinggali keluarga Siti. Putra keduanya, RL (4), lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah petak bersama kendaraan mainannya. Sementara si bungsu RA (2), yang divonis menderita stunting, nyaris tidak pernah lepas dari dekapan sang ibu. Dia masih kesulitan menopang tubuhnya sendiri. Bahkan untuk sekadar duduk.

Di kamar kontrakan mereka di lantai dua, hanya ada satu kasur ukuran satu orang dewasa yang terpaksa digunakan untuk lima orang. Di langit-langit kontrakan, terdapat satu ruang seperti ranjang kecil, digunakan untuk menyimpan barang-barang. Sebuah alat penanak nasi ada di sudut kamar. Tak ada dapur. 

Kamis pekan kedua di setiap bulan menjadi hari penting bagi Siti. Itulah saatnya ia bersama ibu-ibu lainnya yang memiliki balita di Kelurahan Jamika pergi ke posyandu. Demikianlah Kamis (14/7/2022) lalu, Siti mendatangi posyandu bersama ketiga anaknya. RL berlari di antara warga-warga yang beraktivitas di gang, sementara Siti yang menggendong RA berjalan berdampingan dengan RY.

Karena alat timbangan yang digunakan di posyandu adalah timbangan orang dewasa, Siti perlu menimbang beratnya dua kali. Yang pertama dengan menggendong RA, sementara yang kedua sendirian. Berat badan si bungsu diketahui dari selisih keduanya. Hanya delapan kilogram.

Setelah penimbangan, salah seorang petugas posyandu mengukur lengan RA karena terlihat terlalu kecil untuk anak seusianya. Pengukuran tinggal pengukuran karena Siti mengaku tidak pernah dianjurkan asupan apa yang mesti dikonsumsi oleh anaknya yang diberi status stunting itu. Layanan kesehatan belum banyak berubah dalam setahun terakhir.

Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat. Pada 2022, meski sudah turun dibandingkan tahun sebelumnya, prevalensi stunting masih di angka 19,4 persen. Masih ada ribuan bayi stunting di kota ini yang menghadapi masa depan yang amat rentan.  

Tinggal di wilayah padat penduduk yang serba terbatas, termasuk akses dan mutu layanan kesehatan, tidak lantas membuat Siti patah semangat. Dengan para tetangga, dia saling menyapa dan membantu. Termasuk dalam mengurus anak-anak.

“Ya gini,” ucap Siti sambil tersenyum tulus.

Sti seorang lulusan sekolah menengah atas. Dia sempat bekerja di salah satu butik mal Kota Bandung selama delapan bulan, sebelum memilih berhenti bekerja ketika di usia 19 tahun menikah dengan Herman (36). Beberapa tawaran pekerjaan sempat datang, tapi dia memutuskan untuk tidak mengambilnya. Waktu dan tenaga dia curahkan sepenuhnya untuk mendampingi tiga anak yang dia kasihi.  

“Sempet kemarin ditawarin beberapa kerjaan, bisa dikerjain dari rumah,” tutur Siti. “Tapi kalau ada waktu luang, pasti dipakai nemenin anak sama beres-beres kamar.”

*Foto dan teks: Virliya Putricantika

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//