• Foto
  • Nasib Empat Pasang Bangunan Kembar di Bandung

Nasib Empat Pasang Bangunan Kembar di Bandung

Sedikitnya ada empat pasang bangunan kembar di Bandung yang masih bertahan. Sebagian tetap kokoh berdiri. Yang lain kumuh tak terawat, bahkan mengalami pembongkaran.

Fotografer Virliya Putricantika16 Mei 2021

BandungBergerak.idBandung mewarisi ribuan bangunan cagar budaya dengan riwayat dan ceritanya masing-masing. Salah satunya yang khas adalah keberadaan bangunan-bangunan kembar.

Djefry W. Dana, dalam buku Ciri Perancangan Kota Bandung (1990), menyebut bangunan kembar berfungsi sebagai gerbang lingkungan untuk menyatakan adanya perbedaan antara ruang dalam dan ruang luar. Bangunan-bangunan kembar, yang terpengaruh gaya Renaisans, berada di mulut suatu penggal jalan.

Dalam buku tersebut, disebut keberadaan empat pasang bangunan kembar di Bandung. Inilah informasi awal yang menjadi bekal BandungBergerak.id untuk menelusuri keberadaan dan kondisi terkininya selama dua pekan.

Sepasang bangunan kembar pertama berdiri berseberangan di sudut persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Malabar. Nasib salah satu dari kedua bangunan cermin itu, yang diyakini didesain oleh presiden pertama Republik Indonesia Sukarno, membuat geger publik pada Juli 2018 lalu. Sang pemilik melakukan perombakan terhadap bangunan cagar budaya itu tanpa mengantongi izin dari pemerintah.

Sepasang bangunan kembar kedua bisa ditemukan di simpang lima Jalan Sultan Tirtayasa, Jalan Truonojoyo, dan Jalan Maulana Yusuf. Oleh pemiliknya masing-masing kedua bangunan difungsikan secara berbeda. Bangunan di bagian utara, yang dijadikan kantor, terlihat terawat. Sementara itu, bangunan di bagian selatan dijadikan distro dan warung kopi.

Di bagian barat Kota Bandung, tepatnya di sudut simpang Jalan Sudirman dan Jalan Waringin, kita bisa menemukan sepasang bangunan kembar ketiga. Berada di lingkungan Pasar Andir, kondisi lingkungannya kumuh. Terdapat beberapa tulisan “Dijual” di badan bangunan sebelah timur.

Sepasang bangunan kembar keempat berada di dalam kawasan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Aula Timur dan Aula Barat. Berdiri kokoh dan terawat, kedua bangunan tersebut telah satu abad lamanya menjadi saksi sekian banyak acara dan kegiatan penting di kampus Ganesha.

Ketua Bandung Heritage Aji Bimarsono menyatakan, keberadaan bangunan-bangunan kembar masih relevan hingga hari ini. Mereka mengajarkan konsep penataan kawasan secara berkesinambungan, bukan tambal sulam. Kondisi bangunan-bangunan kembar juga bisa dijadikan cermin bagi upaya melestarikan warisan cagar budaya.

“Bandung sudah punya Perda (Peraturan Daerah). Langkah pertama dan terpenting adalah menyosialisasikan itu sehingga warga, terutama para pemilik bangunan, mengerti hak dan kewajiban mereka,” ucapnya, Minggu (16/5/2021) sore.

Foto dan teks: Virliya Putricantika

Editor: Redaksi

COMMENTS

//