Tur Malam Naga Kayu
Tur malam Imlek yang bertepatan dengan shio naga kayu ini dilakukan orang-orang muda penyemai toleransi. Perbedaan bukanlah kendala untuk saling mengerti.
Tur malam Imlek yang bertepatan dengan shio naga kayu ini dilakukan orang-orang muda penyemai toleransi. Perbedaan bukanlah kendala untuk saling mengerti.
BandungBergerak.id - Sorot redup dari lampu di Jalan Kelenteng menerangi aktivitas warga. Ada yang berjualan, mengatur lalu lintas, dan beberapa orang berjalan kaki menuju vihara maupun ke kelenteng yang beberapa di antaranya berdiri di sekitar Pecinan, Kota Bandung.
Selain masyarakat Tionghoa yang beribadah pada Jumat, 9 Februari 2024 malam, ada pula aktivitas tur malam imlek yang diinisiasi Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub).
Sekitar 35 orang muda berkumpul di depan gerbang vihara bercat putih, mengobrol satu sama lain disertai derai senyuman. Barisan lampion berwarna merah terlihat cantik dari luar gerbang. Bagi beberapa orang ini menjadi perjalanan malam imlek kesekian kalinya. Namun untuk Sifa Aini (20 tahun), ini tur pertamanya.
“Aku pengin tahu lebih bagaimana orang-orang Tionghoa beribadah dan kebetulan aku tertarik sama agama-agama yang ada di Indonesia, jadi aku pengin dengar langsung,” ungkap perempuan yang mengenakan kerudung berwarna merah muda.
Rasa keingintahuan Sifa bukan tanpa sebab. Di era Orde Baru yang fasis, masyarakat Tionghoa menjadi sasaran sentimen negatif.
Sugiri Kustedja, salah satu pengurus Vihara Satya Budhi menjelaskan, para peserta tur malam Imlek yang bertepatan dengan shio naga kayu ini dikenalkan pada sejarah bangunan. Para peserta juga dilengkapi dengan microphone dan speaker kecil yang dikalungkan.
“Departemen agama kita mengacunya pada agama yang ada Tuhan, sedangkan ini kepercayaan, dalam ukuran standar Indonesia,” jelas Sugiri, di depan vihara.
Lewat tur malam Imlek yang diikuti oleh orang muda, mahasiswa, bahkan anak-anak setidaknya menunjukan bahwa masyarakat Indonesia khususnya di Bandung Raya, semakin melek dengan nilai-nilai toleransi.
Setiap orang mesti menghormati keberagaman agama dan keyakinan yang sudah tumbuh di masyarakat sejak zaman lampau. Sebagai contoh, untuk tahun baru pun di kita ada beberapa jenis sesuai dengan latar belakang kepercayaan, seperti tahun baru Imlek, tahun baru Masehi, maupun tahun baru Islam.
*Foto dan Teks: Virliya Putricantika
COMMENTS