BandungBergerak.id - Di Dago Elos, kampung kota yang ada dalam bayang-bayang penggusuran, malam takbiran juga tiba. Suara bedug saling sahut menyambut 1 Syawal 1445 Hijriah yang ditetapkan pemerintah Indonesia jatuh pada Rabu, 10 April 2024. 

Selepas subuh, satu per satu alas untuk salat digelar di Terminal Dago yang menjadi lokasi salat Id warga Dago Elos dan warga RW 02 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Spanduk "TANAH UNTUK RAKYAT" dibentangkan, tersorot jelas oleh sinar matahari di bagian depan terminal yang menjadi arah kiblat.

Idul Fitri adalah hari kemenangan. Bagi warga, hari kemenangan ini serupa check point perjuangan mempertahankan hak atas tanah yang masih akan berlanjut. Yang mungkin masih akan lama dan terjal jalannya.

“Kemenangan demi kemenangan tersebut kita harapkan menjadi kemenangan yang nyata,” ucap Angga,  ketua Forum Dago Melawan.

Salat Idul Fitri dilaksanakan pukul 06.42 WIB. Ratusan warga Dago Elos memenuhi barisan yang memberi prioritas akses untuk warga lanjut usia. Momen Idul Fitri dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bersilaturahmi sekaligus menyampaikan pesan kepada warga bahwa Dago Elos masih ada dalam sengketa konflik. Bahwa perjuangan masih terus berlanjut. Bahwa ruang hidup harus diusahakan sebaik-baiknya.

“Tidak ada jalan, kecuali kita harus berjuang dengan cara yang baik, dengan cara yang tidak merugikan,” ucap khatib dalam ceramah setelah salat.

Itu juga yang barangkali tebersit di obrolan singkat antara Ayang dan Dea, dua orang perempuan di garis depan perjuangan Dago Elos, ketika berpelukan seusai salat. Bagi mereka, Ramadan seperti waktu istirahat. Sesekali mengadakan konsolidasi, tapi tetap menyediakan waktu lebih banyak untuk diri sendiri dan keluarga.

Ayang, 44 tahun, terlibat dalam banyak hal. Ibu satu anak ini secara aktif turut menyuarakan haknya sebagai warga negara. Pendidikan magister tidak dijadikan penghambat untuk terlibat di kampung halaman. Masalah sengketa lahan dia pelajari sejak tahun 2017.

“Tadi saling bisikin, ‘siap lagi ya abis lebaran’,” tutur Ayang.

Di Dago Elos, peran negara untuk melindungi warganya boleh jadi tidak mampir. Tapi tidak dengan Ramadan dan lebaran. Keduanya selalu datang memberi jeda yang hangat.

 

*Foto dan teks: Virliya Putricantika

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//