BandungBergerak.id – Amerta, 9 tahun, - bukan nama sebenarnya - dinyatakan positif human immunodeficiency virus (HIV) pada akhir tahun 2020, ketika banyak hal menjadi sulit akibat gelombang pandemi Covid-19 yang sedang menuju puncaknya. Ibunya, Mariana, 41 tahun, - bukan nama sebenarnya - menerima vonis positif terlebih dahulu setelah mengeluhkan batuk yang berkepanjangan dan penurunan berat badan hingga 17 kilogram dalam jangka hanya enam (6) bulan. 

Mulanya Mariana menduga dia menderita batuk biasa. Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung, dokter yang menanganinya menyarankan agar dia mengambil voluntary councelling and testing (VCT). Hasilnya, positif HIV. Tes yang kemudian dilakukan juga ke Amerta, anak satu-satunya, menunjukkan hasil yang sama. Sejak itulah perjalanan keluarga kecil ini menemui kelokan baru. 

Sampai hari ini seolah tak ada yang berubah dalam diri Amerta. Dia tetap aktif seperti biasanya. Tidak ada yang membedakannya dari teman sebaya. Anak perempuan penyuka warna ungu yang bercita-cita menjadi komando wanita Angkatan Darat ini selalu dalam kondisi sehat. Sesuatu yang sangat disyukuri Mariana dan sang suami.

Amerta mempunyai jadwal berbeda dengan ibunya untuk mengkonsumsi obat antitretroviral (ARV) dewasa. Jika Mariana meminum satu tablet di setiap malam, dia harus meminum dua tablet yang berbeda jenisnya dari sang ibu setiap pagi dan malam.

“Nggak (pahit),” begitu jawaban Amerta, disusul senyum manisnya ketika ditemui Minggu, 1 September 2024.

Mariana menyampaikan cerita lain. Kepadanya, terutama di momen-momen privat, sang bocah tidak jarang mengeluhkan rasa mual dan pahit setelah mengkonsumsi obat ARV dewasa. Namun tidak ada jalan lain, keduanya harus telaten mengkonsumsi ARV sebagai cara untuk merawat diri. 

Ayah Amerta tidak ketinggalan peran untuk terus mengingatkan kedua perempuan yang sangat berarti baginya itu agar tidak melewatkan obat ARV. Bukan tanpa alasan, meski tidak ada efek yang dirasakan ketika ARV telat diminum, tapi hal itu mempengaruhi hasil tes viral load (VL) yang biasa dilakukan satu tahun sekali di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Sebagai bagian dari ketulusan merawat dan mendampingi pertumbuhan Amerta, Mariana saat ini aktif di kelompok dukung sebaya di wilayah Bandung. Ruang diskusi yang melibatkan 26 orang pendamping anak dengan HIV ini memiliki harapan besar akan kehadiran ARV khusus anak.

“(Kami) benar-benar berharap banget pemerintah bisa menyediakan obat ARV khusus untuk anak,” tutur Mariana.

*Cerita ini ditulis dan diproduksi sebagai bagian dari program pengembangan keterampilan media yang diselenggarakan oleh Thomson Reuters Foundation. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//