Berterima Kasih Kepada Air
Ritual ngahaturnuhunkeun ka cai rutin dilakukan warga penghayat di Cicalung, Lembang. Menyambut momen tahun baru Kalender Sunda ke-1959.
Ritual ngahaturnuhunkeun ka cai rutin dilakukan warga penghayat di Cicalung, Lembang. Menyambut momen tahun baru Kalender Sunda ke-1959.
BandungBergerak.id - Sisa-sisa hujan semalam masih menetes lembut dari ujung atap permukiman di sekitar Pasewakan Waruga Jati, Cicalung, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa pagi, 1 Juli 2025. Warga penghayat di kawasan Maribaya telah bersiap dengan pakaian adat. Dari anak-anak hingga orang dewasa berkumpul khidmat untuk menyambut momen sakral: perayaan Tahun Baru Kalender Sunda ke-1959.
Mereka berbondong-bondong di atas jalan yang masih lembap. Anak-anak berdiri paling depan, berbaris rapi sambil membawa umbul-umbul bendera berwarna merah, kuning, putih, dan hitam. Bendera tersebut bukan pemanis. Bagi masyarakat penghayat, setiap warna memiliki makna tersendiri.
Menurut penghayat muda, Rosida, di balik warna-warna bendera terkandung makna filosofis yang berbeda-beda. Merah melambangkan unsur api; kuning melambangkan unsur air; putih melambangkan unsur angin; dan hitam melambangkan unsur bumi. Keempat unsur ini merupakan elemen dasar kehidupan yang tidak terpisahkan dari manusia.
Keempat unsur tersebut sangatlah penting bagi para penghayat yang hidup selaras dengan alam. Rosida mengatakan, jika salah satu saja dari unsur tersebut hilang, maka keberlangsungan hidup manusia tidak mungkin bisa dipertahankan. Maka dari itu, keempat unsur ini harus dijaga dan dihormati.
Di barisan belakang para penghayat cilik, ibu-ibu berbaris dengan sesaji di tangan. Wajah mereka secerah pagi dan selalu bertukar senyuman. Iringan tabuhan kendang dan suling mengiringi karavan yang bergerak menuju mata air yang diyakini sebagai sumber kehidupan.
“Tong gancang teuing, tong gancang teuing,” ucap seorang bapak mengingatkan anak-anak yang di depan untuk tidak berjalan terlalu cepat.
Perjalanan menuju sumber mata air memakan waktu kurang lebih 30 menit. Kami menyusuri jalanan kampung yang menanjak, menurun, dan berliku mengikuti kontur tanah kaki Gunung Tangkuban Parahu. Di sisi kiri dan kanan perkebunan sayur warga terhampar seperti permadani.
Sesampainya di sumber mata air, warga segera duduk di bawah tenda sekitar mata air yang sudah dipersiapkan satu hari sebelumnya. Ritual pun dimulai dengan kirab sesaji, pembacaan doa, pembacaan pupuh Asmarandana, dan tabur bunga dan pembacaan doa.
Salah satu sesi adalah penanaman Pohon Pancasila. Seorang warga penghayat menyatakan bahwa pohon ini merupakan pohon langka dan endemik yang memiliki nilai ekologis, historis, dan filosofi yang tinggi. Pohon Pancasila memiliki kemampuan menghasilkan dan memperbesar aliran air, menjadikannya sumber daya penting untuk desa-desa di bawahnya.
“Aya laku ritual kumargi ieu kedah dijagi, kedah dirawat, anu engkena bakal nyalametkeun anak incu urang di nu wilahan cai (Ada proses ritualnya karena pohon ini harus dijaga dan dirawat. Nantinya pohon ini akan menyelamatkan anak cucu kita di wilayah sekitar mata air),” ucapnya.
Warga penghayat lainnya, Ros (70 tahun), menjelaskan bahwa perayaan Tahun Baru Kalender Sunda tidak hanya layak dilakukan oleh masyarakat di Cicalung, tetapi juga oleh seluruh masyarakat Sunda, bahkan seluruh Indonesia. Dari sinilah makna syukur manusia pada kehidupan dirayakan penuh khidmat.
Di usianya yang sudah sepuh, Ros tetap semangat menjaga budaya dan tradisi. Baginya, perayaan ini bukan sekadar ritual, tetapi sebagai bentuk rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada leluhur nusantara, dan kepada alam yang telah memberikan kehidupan.
“Ibu teh nganuhunkeun ka cai anu atos dipasihan kahirupan-kahirupan boh di bumi, boh di kebon, pami teu aya cai panginten ieu pepelakan oge. Ngahaturkeun nuhun ka nu kagungan, ka Gusti nu Maha Suci (Ibu bersyukur kepada air yang sudah memberikan kehidupan kepada Ibu, di rumah maupun di kebun. Kalau tidak ada air tidak aka nada tanaman. Terima kasih kepada Tuhan yang Maha Suci),” ucap Ros.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB
COMMENTS