• Foto
  • Pasar Bingung Majalaya

Pasar Bingung Majalaya

Perniagaan rakyat di Pasar Baru Majalaya dan Pasar Bingung berlangsung di tengah kebimbangan. Antara revitalisasi yang tak pasti dan nasib mereka setelah itu.

Fotografer Leo Saputra29 Juli 2025

BandungBergerak.idSetiap hari, saat sebagian besar warga Majalaya masih terlelap, denyut aktivitas sudah mulai terasa dari dua penjuru kota. Sekitar pukul tiga dini hari, para pedagang mulai berdatangan ke dua titik pasar utama yang kini jadi pusat perekonomian rakyat Pasar Baru Majalaya dan Pasar Bingung.

Pasar Bingung berada di kawasan Terminal Majalaya dan sebagian lagi di atas lahan milik PT KAI. Pedagang berjualan di atas trotoar, di dalam bangunan semi permanen, atau di ruko sederhana. Lokasi ini disebut "Pasar Bingung" karena sifatnya yang sementara dan serba tidak pasti.

"Dagang di sini memang kurang enak sebenarnya, tapi pelanggan saya tahu saya jualan di mana. Kalau dipindah ke tempat baru, saya bisa kehilangan pembeli," kata Asep, pedagang sayur yang sudah sepuluh tahun lebih berdagang di kawasan Terminal Majalaya.

Di sisi lain, Pasar Baru Majalaya yang merupakan pasar lama sejak era 1950-an, tetap berdenyut sebagai pusat perdagangan. Bangunannya dipenuhi kios-kios tua, atap-atap rendah, gang-gang sempit yang membuat udara terasa sesak, serta jalanan tidak rata dengan beberapa genangan sisa hujan. Meski begitu, aktivitas tetap ramai. Sejak dini hari, pasar ini tak pernah benar-benar sepi.

Kedua pasar ini menyimpan energi besar dari masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada perdagangan harian. Namun secara tata ruang dan keselamatan, keduanya berada dalam kondisi yang jauh dari ideal. Di Pasar Bingung, ketidakpastian status lahan membuat pedagang resah. Terminal yang semestinya menjadi simpul transportasi telah berubah fungsi, menyebabkan kemacetan dan kesemrawutan. Sementara itu, di Pasar Baru Majalaya, jumlah pedagang terus membludak hingga memakan bahu jalan, membuat kota terasa sempit dan tak tertata.

"Saya sudah dagang dari jam 3 subuh sampai jam 9 di sini, susah bayangin kalau harus pindah lagi, apalagi tempatnya nggak jelas," kata Ijah (52 tahun), ibu pedagang sembako di Pasar Baru Majalaya.

Sejak 2018, Pemerintah Kabupaten Bandung menggulirkan rencana relokasi ke Pasar Sehat Majalaya yang terletak di Jalan Anyar Majasetra. Proyek ini bertujuan menciptakan ruang niaga yang lebih tertib dan layak bagi pedagang. Namun hingga pertengahan 2025, lokasi pasar baru masih menunjukkan kondisi memprihatinkan. Yang tampak di sana hanyalah pondasi, tumpukan bata, dan semak liar yang menjulang setinggi orang dewasa menandakan pembangunan yang mangkrak.

Pembangunan pasar ini telah dua kali berganti vendor. Vendor pertama, PT Sido Semesta, ditunjuk sekitar tahun 2018 sebagai kontraktor awal. Namun mereka dinyatakan wanprestasi karena gagal menyelesaikan proyek sesuai kontrak dan batas waktu yang ditentukan. Akibatnya, kontrak diputus oleh pemerintah daerah.

Proyek kemudian diambil alih oleh PT Tri Putra Gemilang, yang memenangkan lelang pada Oktober 2022 dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Pemkab Bandung. Groundbreaking dilakukan pada 28 Desember 2022. Investor baru ini sempat meyakinkan publik bahwa pembangunan tidak akan gagal karena telah menyiapkan jaminan pelaksanaan (performance bond). Namun, hingga awal 2025, proyek kembali mandek akibat berbagai kendala di lapangan. Saat ini, proses tender ulang tengah disiapkan, sebagaimana disampaikan oleh Bupati Kabupaten Bandung Dadang Supriatna dalam sebuah pernyataan yang dimuat di situs DialogPublik.com, 4 Maret 2025.

Sementara itu, pembeli seperti Nur (43 tahun) tetap datang setiap hari ke pasar karena merasa sudah terbiasa dan lokasinya dekat dari rumah. “Pasar yang baru katanya jauh. Di sini saya tahu tempat langganan, tahu kualitas barang,” ujarnya.

Pasar Baru Majalaya dan Pasar Bingung mungkin semrawut, sesak, bahkan tak layak secara infrastruktur. Tapi pasar-pasar ini masih hidup. Hidup dimulai dari denyut pasar yang bergerak sejak pukul tiga pagi, dari interaksi kecil antara pedagang dan pembeli, dari semangat bertahan di tengah ketidakpastian.

Di atas kertas, relokasi adalah solusi pasar yang rapi, tertib, dan modern. Tapi realitanya tak sesederhana itu. Banyak pasar tradisional yang direvitalisasi dengan dalih kesehatan, ketertiban, dan modern justru berakhir sepi pembeli.

Di tengah isu revitalisasi pasar sehat yang tak kunjung rampung, para pedagang terus berjuang di lorong-lorong sempit dan lapak-lapak sederhana.

***

*Foto dan Teks: Leo Saputra

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//