Dua Wajah Trotoar Kota Kita
Dari trotoar-trotoar di Kota Bandung, kita tahu ketimpangan antara yang pusat dan yang pinggiran masih menjadi wajah pembangunan kota kita.
Dari trotoar-trotoar di Kota Bandung, kita tahu ketimpangan antara yang pusat dan yang pinggiran masih menjadi wajah pembangunan kota kita.
BandungBergerak.id - Trotoar merupakan fasilitas umum yang dibangun oleh pemerintah untuk membuat nyaman dan aman aktivitas warganya berjalan kaki di luar ruangan. Wajah trotoar adalah wajah pelayanan publik kita.
Dari trotoar-trotoar di Kota Bandung, kita bisa merasakan ketimpangan antara yang di pusat dan yang di pinggiran. Trotoar di Jalan Asia Afrika, Braga, Riau, dan Dago, misalnya, tidak berhenti bersolek. Ratusan miliar dana APBD digelontorkan untuk mempercantik jalan-jalan yang ada di kawasan komersial dan tujuan wisata itu.
Bukan hanya kualitas lantainya yang premium, di trotoar-trotoar pusat kota yang relatif lebar itu juga disediakan berbagai infrastruktur pendukung. Ada deretan bangku dan lampu yang didesain khas. Tidak ketinggalan: bunga-bunga. Semua dilakukan untuk mempercantik kota dan memberi rasa nyaman pada wisatawan yang berkunjung.
Di pinggiran kota, seperti Ujung Berung dan Panyileukan, kondisinya bertolak belakang. Bukan hanya tidak terawat, sebagian ruas trotoar di kawasan timur Bandung itu justru membahayakan warga pejalan kaki.
Kondisi serupa ditemukan di Jalan A. H Nasution di kawasan Arcamanik. Lubang yang menganga di trotoar memaksa warga lebih memilih berjalan di bahu jalan raya dan membahayakan keselamatannya sendiri karena banyak kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tersebut.
Lain lagi persoalan adalah tumpukan sampah dan sisa material proyek yang menutup akses trotoar.
“Saya harap pemerintah lebih memperhatikan trotoar-trotoar yang berada di daerah timur Bandung, seperti di A. H Nasution ini karena masih banyak warga yang masih berjalan kaki,” ujar Cucun (50), salah satu warga.
Dari trotoar-trotoar di Kota Bandung, kita tahu ketimpangan antara yang pusat dan yang pinggiran masih menjadi wajah pembangunan kota kita.
Foto dan teks: Bambang Firmansyah
COMMENTS