• Foto
  • Menjelang Tujuh Tahun di Rusunawa Sadang Serang

Menjelang Tujuh Tahun di Rusunawa Sadang Serang

Dari kampung dengan tempat bermain yang luas di bantaran Sungai Cikapundung, anak-anak Kampung Kolase harus tinggal dan tumbuh di unit kamar Rusunawa Sadang Serang.

Fotografer Virliya Putricantika26 Februari 2022

BandungBergerak.idMenerima meski sepi. Mungkin kalimat ini tepat untuk menggambarkan perasaan Jildan Septian (17).

Jildan, nama panggilannya, terpaksa pindah dari rumahnya di RT 05 RW 10 Kelurahan Hegarmanah ke rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Sadang Serang, pada 2 Oktober 2015 lalu, bersama adik dan kedua orang tuanya. Ada sekitar 40 kepala keluarga (KK) lain yang bernasib serupa.  

Kampung kelahiran Jildan yang tepat menghadap Sungai Cikapundung di kawasan Babakan Siliwangi itu, yang belakangan dikenal juga sebagai Kampung Kolase, harus hilang demi memuluskan proyek pembangunan Teras Cikapundung. Sebuah ruang publik baru yang digadang-gadang bukan hanya jadi tempat rekreasi, tapi juga edukasi.

Ketika pertama kali masuk ke unit kamar seluas 24 meter persegi yang menggantikan rumahnya, Jildan masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Kini dia sedang bersiap mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai bagian dari kegiatan di SMK tempat dirinya mengenyam pendidikan.

Rusunawa Sadang Serang, bangunan setinggi lima lantai dengan cat warna putihnya yang kusam, jauh berbeda dengan kampung kelahiran Jildan yang memanjang di tepi bantaran. Unit kamar yang oleh Jildan disebut “rumah” terasa sempit karena harus ditinggali oleh lima orang, setelah adik bungsunya lahir lima tahun lalu. Nyaris tak ada ruang privasi yang dibutuhkan oleh remaja seusianya.

Di rusunawa, lahan untuk bermain terbatas. Jildan tidak lagi bisa bebas bermain bola seperti dulu di bantaran Sungai Cikapundung. Ia harus berpikir dua kali karena ada tetangga-tetangga kamar yang pastilah bakal terganggu kenyamanannya.

“Iya sepi aja di sini, enggak kayak dulu di Siliwangi,” tutur Jildan, ditemui Selasa (8/2/2022).

Kakak beradik Putri (18) dan Tegar (15), yang juga harus pindah dari Kampung Kolase ke Rusunawa Sadang Serang, memiliki pengalaman serupa. Mereka semakin jarang berinteraksi dengan teman-teman bermainnya dulu.

“Kalau main, (saya) lebih sering di luar daripada di sini,” ujar Tegar.

Saat ini sudah hampir tujuh tahun Jildan, Putri, dan Tegar tinggal di Rusunawa Sadang Serang. Dari masih anak-anak, mereka kini sudah remaja dan anak muda. Unit kamar berukuran tak seberapa luas, yang nyaris tidak menyisakan ruang privasi, menjadi pusat pertumbuhan mereka.

Ada sekian banyak keterbatasan, toh Jildan tidak kehilangan impian yang mulia.

Ngebahagiain orang tua sih, pasti,” ucapnya.

Foto dan teks: Virliya Putricantika

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//