SUARA PINGGIRAN: Mengenal Gaya Hidup Nol Sampah ala Siska Nirmala
Gaya hidup nol sampah tak bisa dihindari lagi untuk mengurangi kebuntuan darurat sampah Kota Bandung. Mulailah mengurangi sampah dari diri sendiri.
BandungBergerak.id - Sampah sudah menjadi persoalan bertahun-tahun yang tak kunjung selesai di Kota Bandung. Dalam sehari saja Bandung menghasilkan sampah sekitar 1.200 ton dengan sampah rumah tangga (organik) menjadi penyumbang terbanyak.
Diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan sampah Kota Bandung agar tak berubah menjadi bencana. Salah satu caranya ialah dengan memulai mengurangi sampah dari diri sendiri, misalnya dengan meminimalkan pemakaian plastik.
Zero waste adventure itulah julukan untuk seorang perempuan bernama Siska Nirmala sebagai salah satu inisiator gerakan nol sampah (zero waste) di alam bebas. Siska yang hobi melakukan pendakian gunung memulai gerakan nol sampahnya sejak tahun 2012.
Gaya hidup nol sampah di area pendakian terpantik ketika ia mendaki salah satu gunung terindah di Indonesia yaitu Gunung Rinjani pada tahun 2010. Siska menyayangkan lanskap alam yang mempesona itu dirusak oleh tumpukan sampah. Ia berpikir bagaimana caranya untuk melakukan kegiatan di alam bebas tanpa menghasilkan sampah.
Namun Siska beranggapan, menerapkan gaya hidup zero waste ketika sedang mendaki gunung saja tidak cukup. Menerapkan gaya hidup nol sampah mesti dimulai dari kebiasaan sehari-hari, dari hal-hal sederhana. Maka, ia memulai menerapkan membawa alat makan dan minum sendiri ketika jajan dan menolak kantong plastik.
Konsep tersebut kemudian diterapkan di gunung, istilahnya zero waste adventure, yaitu tidak membawa peralatan dan perbekalan yang menghasilkan sampah di saat pendakian. Untuk membuktikan gaya hidup nol sampah bisa diterapkan di pendakian, ia melakukan ekspedisi nol sampah pada tahun 2013-2015.
Ekspedisi ini dilakukan di lima gunung, Gunung Papandayan, Gunung Gede, Gunung Lawu, Gunung Tambora, Gunung Argopuro. Target ekspedisi ini adalah gunung-gunung yang mempunyai persoalan sampah. Gunung Argopuro menjadi gunung yang paling berkesan di mata Siska. Gunung ini mempunyai jalur terpanjang di pulau Jawa.
Ketika mendaki Gunung Argopuro, ia mengamati satu kelompok pendaki yang berjumlah empat orang. Mereka melakukan pendakian selama lima hari empat malam dan menghasilkan satu karung sampah.
Siska melanjutkan gerakan nol sampahnya dengan membuat toko nol sampah, untuk menambah motivasi dalam menjalani gaya hidup nol sampah. Toko nol sampah terealisasi pada tahun 2020 dengan target orang-orang yang sudah sadar akan gaya hidup tidak nyampah. Toko nol sampah tak hanya menyediakan produk-produk ramah lingkungan melainkan menjadi jembatan untuk berdiskusi antara Siska dan pelanggannya mengenai gaya hidup nol sampah.
Inti gaya hidup zero waste mengajak orang-orang untuk kembali ke budaya lama, budaya Indonesia yang sejak zaman dulu sudah membawa alat makan dan minum sendiri. Gaya hidup ini sebenarnya sangat praktis dilakukan, bisa dimulai dari yang termudah dan terdekat, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa alat makan dan minum sendiri.
Jika semua telah dilakukan secara konsisten, seiring berjalan waktu gaya hidup nol sampah akan menjadi sebuah kebiasaan. Siksa menekankan betapa pentingnya zero waste karena sekecil apa pun tindakan dalam mengurangi sampah akan berdampak besar bagi lingkungan.
Bagaimana kelanjutan cerita dari Siska Nirmala? Apa saja tantangan yang dia hadapi selama menjalankan dan mensosialisasikan gaya hidup nol sampah ? Silakan simak di kanal Youtube BandungBergerak.id. Podcast Suara Pinggiran merupakan upaya BandungBergerak.id untuk memberikan wadah untuk suara kelompok minoritas dan kaum marginal. Bergerak!
*Kawan-kawan dapat membaca lebih lanjut tulisan Repi M Rizki atau mengenai permasalahan sampah Kota Bandung melalui tautan ini