Inovasi Covid-19 Buatan Kampus Bandung, Tameng Wajah 3 in 1 Sampai Tes Cepat
Pandemi Covid-19 menuntut lahirnya inovasi untuk melawan virus Corona. Agar pandemi yang berkepanjangan ini bisa diredam.
Penulis Iman Herdiana3 April 2021
BandungBergerak.id - Pandemi global Covid-19 menuntut ilmu pengetahuan bergerak cepat menghasilkan inovasi. Sejumlah ilmuwan dari Kampus Bandung pun menciptakan alat peredam virus Corona jenis SARS CoV-2. Teranyar, ilmuwan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) membikin tameng wajah (Face Protector) 3 in 1 Face Protector.
Alat ini dikembangkan Dr. Yuli Setyo Indartono dan tim mahasiswa S2 yaitu Ivan Farozan, Muhammad Azka, dan Wildan Rahmawan Ruiss. Sesuai namanya, Face Protector 3 in 1 punya tiga fungsi agar terlindung dari virus Corona yang menular melalui percikan mulut pasien positif Covid-19. Alat ini mampu menggantikan 3 alat yang biasa dipakai dalam menangani pasien Covid-19, yakni masker N-95, tameng wajah atau face shield, dan kacamata google.
Tameng wajah 3 in 1 dilengkapi blower yang berfungsi menyaring udara masuk ke blower melewati filter N-95, filter yang mampu menyaring polusi hingga 95 persen. Ide tameng wajah ini timbul dari melihat snorkeling mask.
Selain itu, Dr. Yuli melihat tenaga medis yang bekerja di ruang isolasi pasien Covid-19 tampak repot karena harus menggunakan alat perlindungan diri (APD) seperti masker, face shield, dan google yang terpisah-pisah. Mereka juga mengalami kegerahan selama menggunakan APD lengkap.
Riset 3 in 1 Face Protector dimulai September 2020. Pada November 2020, 2 unit pengetesan dibuat untuk melakukan evaluasi dengan melibatkan LPIK ITB. Hasil riset awal menghasilkan 10 unit yang dikirimkan ke beberapa fasilitas Kesehatan seperti RSHS Bandung, RS Dustira, RS Cibabat, Puskesmas, dan lain-lain, untuk mendapat mendapat masukan dari kalangan medis seperti dokter, tenaga medis, dan pihak industri. Targetnya, tahun ini sudah mengantongi izin edar dan izin produksi.
Menurut Dr Yuli, alatnya berguna bukan hanya untuk tenaga medis yang bekerja di ruang-ruang isolasi Covid-19, melainkan juga bagi pekerja di ruang-ruang penuh polusi. “Orang di industri yang bekerja dengan banyak polutan debu, asap, dan lainnya juga bisa menggunakan alat ini,” ujar Dr Yuli, dikutip dari siatan Humas ITB, Sabtu (3/4/2021).
Unpad Bikin Alat Tes Cepat
Berbeda dengan ITB, peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) menciptakan produk rapid test berbasis antigen CePAD. Alat ini dikenalkan Menteri Riset dan Teknologi RI Prof. Bambang Brodjonegoro 28 Desember 2020 lalu sebagai produk inovasi buatan anak bangsa di masa pandemi Covid-19.
CePAD merupakan alat pendeteksian cepat Covid-19 pada manusia yang tidak berbasis antibodi seperti tes cepat rapid test umumnya, melainkan mendeteksi melalui uji antigen virus Corona yang diambil dari sampel nasal swab. Uji ini mendeteksi protein virus dengan viral load tinggi di awal infeksi.
Hasil dari tes CePAD relatif sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi tinggi. Menurut Menristek, tes antigen ini sudah mendapat rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO serta rekomendasi dari Perhimpunan Patologi Klinis Indonesia.
Produk tes CePAD Unpad sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan sejak 4 November lalu. Sejumlah rumah sakit dan laboratorium kesehatan di Jawa Barat sudah menggunakan produk ini.
Produk rapid test CePAD dikembangkan Dosen Kimia FMIPA Unpad Muhammad Yusuf, PhD, dan tim. Muhammad Yusuf menambahkan, tingkat sensitivitas, spesifitas, dan akurasi tes CePAD berada pada persentase 85%, 83%, dan 84%. Angka ini sudah melampaui standar yang ditetapkan WHO untuk uji antigen, yaitu minimal 80%. “Produk CePAD juga sudah memenuhi prinsip ASSURE yang menjadi kriteria alat diagnostik menurut WHO,” kata Yusuf, dikutip dari siaran pers Unpad.
Tes CePAD dikembangkan untuk menengahi keterbatasan uji PCR sebagai standar emas dalam pendeteksian Covid-19. Di sisi lain, hasil dari tes PCR memerlukan waktu yang cukup lama untuk keluar, sehingga produk CePAD diharapkan dapat mempersingkat masa tunggu tersebut.
Karena mampu mendeteksi virus saat viral load-nya tinggi, tes CePAD mampu mendeteksi orang yang rentan menularkan virus Corona ke orang lain. “Sehingga diharapkan mampu menekan penularan Covid-19,” imbuhnya.
Saat ini, pengembangan produk tes CePAD sudah bekerja sama dengan dua mitra industri, yaitu Tekad Mandiri Citra dan Pakar Biomedika Indonesia untuk riset dan produksi dengan kapasitas 500 ribu per bulan. Selain itu, tim juga menjalin kerja sama dengan PT. UBJ Jawa Barat terkait pengembangan portal CePAD untuk proses tracing-nya.