• Berita
  • Keterisian Rumah Sakit Kota Bandung Turun, Jumlah Pasien Covid-19 masih Tinggi

Keterisian Rumah Sakit Kota Bandung Turun, Jumlah Pasien Covid-19 masih Tinggi

Turutnnya angka keterisian rumah sakit (BOR) rujukan pasien Covid-19 di Kota Bandung tidak boleh menurunkan kewaspadaan dan pengendalian.

Petugas kesehatan di ruang peralatan isolasi khusus Covid-19 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung, 27 Juli 2021. (Foto: Prima MuliaI

Penulis Bani Hakiki31 Juli 2021


BandungBergerak.idAngka keterisian rumah sakit (BOR) rujukan pasien Covid-19 baik di Kota Bandung mengalami penurunan. Walau begitu, ketegangan akibat ledakan kasus masih menghantui tenaga-tenaga kesehatan di rumah sakit. Termasuk kekhawatiran akan pasokan oksigen medis.

Sehingga penurunan jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit bukan berarti kendurnya pengendalian Covid-19 di masyarakat oleh Pemkot Kota Bandung. Faktanya, upaya testing, tracing, dan treatment (3T) di Kota Bandung sejauh ini belum diketahu data riilnya.

Proses 3T sendiri merupakan penanggulangan pandemi yang bersifat di hulu atau masyarakat. Proses 3T perlu digencarkan untuk mencegah terjadi ledakan kasus di hilir, yaitu rumah sakit, seperti yang terjadi Juni-Juli kemarin. Rendahnya angka 3T bisa diartikan masih banyak kasus di lapangan yang belum terdeteksi dan berpotensi memicu penularan.

Wali Kota Bandung Oded M. Danial mengatakan BOR rumah sakit Kota Bandung saat ini ada di angka 64,13 persen, Kamis (29/7/2021). Sebelumnya, BOR rumah sakit Kota Bandung sempat tembus angka 90 persen. Oded mengaanggap data terkini BOR tersebut sebagai kabar baik.

"Penurunan BOR di Kota Bandung ini menjadi tanda yang baik. Semoga ke depan akan terus menurun dan kasus Covid-19 di Kota Bandung dapat terkendali," ungkap Oded M. Danial, dalam siaran pers, Sabtu (31/7/2021).

Dari 2.000 kasur yang tersedia di 30 rumah sakit rujukan Kota Bandung, telah diterisi oleh 1.1475 pasien. Oded mengklaim, turunnya angka BOR sebagai salah satu indikator keberhasilan penanganan pagebluk di Kota Bandung. Oded pun berharap Kota Bandung bisa segera beranjak dari zona merah menuju oranye.

Oded juga menyatakan ketersediaan oksigen medis di Kota Bandung relatif aman. Menurutnya, ketersediaan oksigen medis bertambah hingga 55.574,24 meter kubik. Sedangkan kebutuhan oksigen medis di rumah sakit rujukan Kota Bandung mencapai 40.483 meter kubik per hari.

Sementara pada 27 Juli 2021 lalu, pihak Disdagin Kota Bandung memaparkan jumlah persediaan oksigen medis di Kota Bandung masih di angka 37.816 meter kubik. Jika kebutuhan oksigen rumah sakit rujukan ditambah dengan kebutuhan pasien isoman di luar rumah sakit, maka dalam sehari konsumsi oksigen medis Kota Bandung lebih dari 80 ribu meter kubik.

Sehingga sediaan oksigen medis 55.574,24 meter kubik untuk Kota Bandung seperti yang disampaikan Oded, posisinya masih mengkhawatirkan. Terlebih dalam sepekan terakhir, masih banyak keluarga pasien isoman yang kesulitan mendapatkan oksigen medis.

Di sisi lain, turunnya angka BOR sebenarnya lebih dikarenakan bertambahnya ruang-ruang rawat inap Covid-19. Yang terbaru adalah adanya penambahan rumah sakit rujukan Covid-19, yakni Ruma Sakit Melinda 1, Bandung. Ada pula peran dari  didirikannya tempat-tempat isolasi mandiri (isoman) di sejumlah kecamatan yang ada di Kota Bandung.

Dengan kata lain, penurunan BOR bukan semata-mata karena kasus penularan Covid-19 di lapangan menurun. Kalau dilihat dari pusat data Covid-19 Kota Bandung per Sabtu, (30/07/2021), masih ada 8.983 pasien konfirmasi aktif atau dalam perawatan yang memenuhi ruang-ruang rawat inap rumah sakit.

Jadi, BOR memang menurun, tetapi jumlah pasien masih harus diwaspadai. Masih terjadi transmisi penularan di masyarakat. Masih diperlukan pengetatan-pengetatan protokol kesehatan. 

Baca Juga: Lagi, Miliaran Rupiah APBD Kota Bandung untuk Pembangunan Gedung Gelanggang Generasi Muda (GGM)
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Jumlah Pasien Dirawat belum Menurun

Ketegangan di RSHS

Situasi pagebluk Kota Bandung terkini bisa diketahui dari pusat rumah sakit rujukan Covid-19, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Seorang tenaga kesehatan di sana, Sabtu (31/7/2021), mengabarkan kondisi rumah sakit masih tegang. Mereka juga khawatir dengan sediaan oksigen medis. Mereka harus pintar-pintar menyusun strategi agar kebutuhan udara buatan untuk pasien Covid-19 tersebut bukan bisa digunakan secara merata.

Persediaan oksigen medis harian di tempatnya bekerja masih sering habis selama dua hingga tiga pekan terakhir. Bahkan dalam kurun waktu 28-30 Juli 2021 saja, terdapat 6 pasien Covid-19 meninggal dunia akibat kurang mendapatkan pasokan oksigen medis. Sementara dalam satu bulan terakhir, jumlah pasien yang meninggal sudah tidak bisa dihitung dengan jari, belum lagi dengan pasien non-Covid-19.

“Oksigen (medis) kurang, pasien (yang datang) gak pernah habis setiap hari pasti ada. Paling bahaya pasien lansia sama yang punya penyakit bawaan. Apalagi yang punya penyakit paru-paru pasti butuh bantuan oksigen, minimal 12 orang jamlahnya per hari,” kata tenaga kesehatan rumah sajut terbesar se-Jawa Barat tersebut, melalui sambungan telepon.

Sebelumnya, krisis oksigen medis di RSHS sempat disampaikan Plt Direktur Utama RSHS, Irayanti pada 26 Juli 2021. Menurutnya, stok oksigen rata-rata hanya bertahan sekitar empat sampai lima hari untuk setiap pasokan.

Bandungbergerak.id telah kembali menghubungi yang dr. Irayanti pada Sabtu (31/7/2021) siang, namun belum ada jawaban. Sementara menurut Heri, Humas RSUD Kota Bandung, Ujung Berung mengatakan ada penurunan jumlah kunjungan pasien Covid-19 dalam beberapa hari terakhir.

“Trennya memang menurun, dari angka kedatangan menurun, cuma kita belum bisa kasih data berapa jumlah pasien. Karena bicara penurunan kan harus berdasarkan data,” kata Heri, saat dihubungi via telepon.

Ia menambahkan, kapasitas BOR RSUD Ujung Berung sebanuak 60 unit. Keterisian saat ini turun menjadi 75-80 persen. Sebelumnya, pada 27 Juli 2021, RSUD di bawah Pemkot Bandung ini masih menutup layanan IGD Covid-19-nya karena masih sulitnya mendapat pasokan oksigen. Pasien Covid-19 dengan gejala menengah sampai berat akan dirujuk ke rumah sakit pusat.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//