• Berita
  • RSHS Lakukan Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Usia 8 Bulan

RSHS Lakukan Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Usia 8 Bulan

Tim dokter RSHS harus memisahkan jantung dan lever yang menyatu. Operasi ini memakan waktu 2,5 jam.

Bayi kembar siam Hasna dan Husna, asal Soreang, Kabupaten Bandung. Bayi ini menjalani operasi pemisahan di RSHS, Bandung. (Dok RSHS)

Penulis Iman Herdiana7 April 2021


BandungBergerak.id - Tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung melakukan operasi pemisahan bayi kembar siam bernama Hasna dan Husna asal Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (7/4/2021). Operasi pemisahan dua tubuh bayi yang mengalami dempet sejak lahir itu memakan waktu 2,5 jam.

Ketua Tim Dokter RSHS, dr. Dikki Drajat Kusmayadi Surachman, Sp.BA., menjelaskan operasi pemisahan bayi kembar siam dimulai pukul 10.00 WIB, dan selesai pukul 12.30 WIB. Pembedahan dilakukan oleh dokter bedah plastik dengan desain atau pola tertentu.

Desain tersebut dilakukan akan memudahkan menutup kembali luka operasi. Pembedahan dilanjutkan ke perut sampai dada. Pada tahap ini, pembedahan dilakukan oleh dokter bedah torak yang berkaitan dengan operasi jantung.

Dalam fase bedah torak, tulang dada bayi dibuka dan dilepas untuk sementara. Tim dokter menemukan sebuah selaput yang menutup dua buah jantung. Tim lalu memisahkan masing-masing jantung.

Selanjutnya, dokter bedah anak melakukan operasi pemisahan lever yang menyatu. Lama operasi pemisahan lever memakan waktu 1 jam, karena dokter harus memastikan tidak salah memotong pembuluh darah. Akhirnya lever berhasil dipisahkan, tingginya 10 cm dengan ketebalan 4 cm.

Dikki menjelaskan, bayi Hasna dan Husna memiliki sistem pencernaan sendiri-sendiri. Kondisi ini cukup membantu proses operasi pemisahan. Selesai pemisahan, masing-masing bayi ditangani oleh tim dokter tersendiri di ruang operasi tersendiri pula.

Di ruangan terpisah, masing-masing tim dokter melakukan operasi penutupan luka bekas operasi, yakni penutupan dinding dada oleh dokter bedah torak. Kemudian tim bedah plastik membuat pola dari kuli untuk menutup bagian tubuh yang terbuka. Operasi penutupan luka bekas operasi memakan waktu dua jam.

“Tantangan yang dirasakan paling berat pemisahan lever dan selaput jantung. Selaputnya 1 membungkus 2 jantung, harus dipisahkan dan kemudian selaputnya ditutup lagi,” terang dr Dikki, kepada Humas RSHS Bandung, ditemui usai operasi.

Pasca-operasi, kedua bayi dinyatakan stabil. Dokter berharap tidak ada operasi lanjutan. Operasi penutupan luka pun lancar, meski memerlukan cangkok kulit mengingat kulit yang ada tidak cukup menutup luka bekas operasi pada kedua bayi.

Tim dokter akan melakukan observasi pasca-operasi, mulai dari pernapasan, pendarahan, kondisi perut. “Akan kami follow up secara ketat,” katanya. Meski demikian, butuh waktu bagi bayi mencapai pemulihan hingga benar-benar stabil. “Stabilisasinya bisa beberapa jam sampai beberapa hari.”

Ia optimis hasil operasi akan berjalan lancar dan kondisi bayi akan berangsur sehat. Sebab, operasi dilakukan pada batas ideal usia bayi, yakni lebih dari 6 bulan. Hasna dan Husna sendiri berusia 8 bulan.

“Secara teori ilmiahnya bayi kembar siam direkomendasikan menjalani operasi pemisahan setelah 6 bulan, diharapkan dia siap menerima operasi yang kompleks dan sulit sehingga tubuhnya cukup mentolelir pendarahan banyak, lama operasi yang juga berpengaruh pada tubuh. Diharapkan 6 bulan cukup. Dan ini 8 bulan saya pikir ideal,” paparnya.

Dikki juga memohon doa dari masyarakat dan donator yang telah menyumbang Hasna dan Husna agar kedua bayi tersebut sehat walafiat. “Semoha operasi memberikan kepuasan semuanya, termasuk orang tua, donatur, dan kita, tenaga medisnya, sama, bayinya sehat dan selamat,” ungkapnya.

Perasaan Campur-aduk

Orang tua jabang bayi, Oom Komariah, mengalami perasaan campur-aduk saat menanti belahan jiwanya dioperasi. Ada rasa bahagia, ada juga rasa takut. Bahagia karena bayi yang selama ini dempet tubuh, kini menjalani operasi pemisahan. Tetapi ia juga takut dengan hasil operasi.

“Takut kenapa-napa saat melaksanakan operasi. Bahagia, takut, sedih anak saya,” kata Oom Komariah.

Sebelum operasi ia sudah diberi penjelasan oleh tim dokter tentang konsekuensinya. Jika kedua anaknya dalam kondisi kuat dan sehat, maka operasi pemisahaan ini akan berlangsung sukses.

Oom siap menerima konsekuensi itu sambil berdoa agar anaknya bisa melalui meja operasi dalam keadaan sehat, kemudian cepat pulih dan kumpul lagi bersama keluarga. Tak lupa, Oom menyampaikan rasa terima kasihnya kepada keluarga, teman, donatur dan pihak RSHS yang membantu jalannya operasi dari awal sampai akhir.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//