Pengembangan Transportasi Publik di Bandung Membutuhkan Konsistensi
Keinginan Pemerintah Kota Bandung mengembangkan layanan transportasi publik bukan hal baru. Yang dibutuhkan agar terjadi perbaikan signifikan adalah konsistensi.
Penulis Bani Hakiki9 September 2021
BandungBergerak.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mendorong pengembangan infrastuktur transportasi umum untuk menekan angka penggunaan kendaraan pribadi yang terus melambung tinggi. Bukan hal baru, supaya efektif, niat Pemkot ini membutuhkan konsistensi.
Data terkini menunjukkan jumlah kendaraan pribadi di Kota Bandung telah mencapai 96,59 persen, sedangkan jumlah angkutan umum hanya sebesar 3,4 persen. Perbandingan antara jumlah pengguna kendaraan pribadi dan transportasi umum juga masih sangat lebar jaraknya, yakni 81,77 persen berbanding 18,13 persen.
Dari 5.571 unit angkutan kota (angkot), saat ini hanya 60 persen di antaranya, atau sekitar 3.000 unit, yang masih beroperasi melayani 36 trayek. Untuk layanan bus, Kota Bandung memiliki lima koridur Trans Metro Bandung, dengan 10 unit armada di tiap koridor, serta bus sekolah yang melayani empat rute.
“Pemerintah Kota Bandung terus berupaya untuk terus memperbaiki kinerja yang tidak lain untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat secara bertahap. (Program) ditujukan untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung, baik bersifat jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang,” tutur Kepala Bidang Perencanaan dan Pembinaan Transportasi Dinas Perhubungan Kota Bandung, Asep Kurnia, Kamis (9/9/2021).
Untuk menarik minat semakin banyak warga menggunakan angkutan umum, Pemkot Bandung juga dikabarkan akan memberlakukan tarif murah khusus bagi buruh, veteran, guru honorer, dan pelajar.
“Bagi buruh, veteran, dan guru honorer, itu tarifnya hanya 1 rupiah. Sementara bagi pelajar kita berikan 1.000 rupiah. Kita terus berupaya memberikan kemudahan fasilitas untuk masyarakat,” kata Kepala UPT Angkutan Dishub Kota Bandung, Yudiana.
Konsistensi
Keinginan Pemkot Bandung meningkatkan mutu layanan transportasi publik bukan hal baru. Sebelumnya, sudah bergulir banyak rencana, program, dan kajian. Namun, belum ada upaya yang konsisten dan terintegrasi sehingga perubahan berjalan begitu lambat.
Pakart transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono, dalam wawancara dengan BandungBergerak.id akhir Maret 2021 lalu, menyoroti konsistensi pemerintah dalam memprioritaskan pengembangan angkutan publik. Ia mencontohkan pengelolaan angkot yang tidak menunjukkan kemajuan signfiikan, meski sudah ada sekian banyak program dan kajian. Pengaturan jalurnya kurang efisien sehingga banyak orang malas naik angkot.
“Kita coba dorong bagaimana orang mau menggunakan angkot di Kota Bandung. Itu saja diperbaiki. Saya tidak tahu kenapa Kota Bandung begitu sulit untuk menata itu,” ungkap Sony.