• Berita
  • Sekolah Tatap Muka di Bandung Terkendala Banyak ‘PR’

Sekolah Tatap Muka di Bandung Terkendala Banyak ‘PR’

Sekolah tatap muka di Bandung menuai kritik. Pemkot Bandung diminta transparan soal sekolah yang siap dan tidak siap menggelar tatap muka di tengah pandemi Covid-19.

Situasi lorong kelas di SDN 168 Cipadung, Kota Bandung (9/4/2021). Selama pandemi Covid-19, sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh. Kemendikbud baru-baru ini merencanakan pembukaan sekolah tatap muka Juli 2021. (Foto: Virliya Putricantika)

Penulis Iman Herdiana10 April 2021


BandungBergerak.id - Rencana sekolah tatap muka oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, menuai kritik dari pemerhati pendidikan. Banyak pekerjaan rumah (PR) yang dinilai belum selesai sebagai syarat dibukanya sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19. Terlebih sekolah tatap muka akan dibuka di semua jenjang, mulai PAUD sampai SMP.

Pengamat pendidikan dari Kalyana Mandira, Bandung, Ben Satriana, mengatakan saat ini memang ada kebutuhan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) karena tidak seluruh proses belajar bisa dilakukan melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di rumah.

Namun di sisi lain, pelaksanaan PJJ selama pandemi Covid-19 belum maksimal. Akibat tidak maksimalnya PJJ membuat orang tua mendesak diberlakukannya sekolah tatap muka atau PTM.

“Padahal masih banyak ‘PR’ terkait pelaksanaan PTM. Misalnya transparansi informasi terkait kesiapan sekolah dalam melakukan PTM,” kata Ben Satriana, saat dihubungi BandungBergerak, Sabtu (10/4/2021).

Ben menilai, informasi terkait sejauh mana sekolah sudah siap melakukan PTM belum tersebar luas. Sejauh ini informasi yang tersebar masih sebatas angka atau jumlah sekolah yang sudah siap PTM.

“Sedikit sekali informasi terkait indikator yang digunakan untuk menyatakan sekolah tersebut siap atau tidak melakukan sekolah tatap muka,” tandas Ben.

Data soal kesiapan sekolah di Bandung dalam menggelar proses belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 dapat dilihat dari kuesioner yang dihimpun Dinas Pendidikan Kota Bandung di semua jenjang sekolah yang ada di 30 kecamatan di Kota Bandung.

Ada 238 sekolah (8,25 persen) yang menyatakan siap, dan 1.314 sekolah (45,56 persen) yang menyatakan belum siap. Dari jumlah ini, sebanyak 1.332 sekolah (46,19 persen) belum lapor atau menyatakan siap dan belum siap. Total sekolah ada 2.884 unit.

Pada data lainnya, terdapat 50 sekolah (1,73 persen) yang melakukan pembelajaran tatap muka, dan 1.333 sekolah (46,22 persen) yang melakukan pembelajaran dari rumah. Sedangkan sekolah yang belum melaporkan kegiatannya sebanyak 1.501 sekolah (52,05 persen). Total sekolah ada 2.884 unit.

Pemkot Bandung Ragu

Dwi Subawanto dari Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Bandung mengatakan, pihak orang tua pada dasarnya bersikap mengikuti keputusan terbaik yang ditelurkan pemerintah terkait rencana sekolah tatap muka. Dengan catatan, sekolah tatap muka harus mengutamakan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

“Harus benar-benar ada wujudnya di lapangan dari mulai masker, hand sanitizer, cuci tangan, jaga jarak, monitoring harian atas pergi pulang siswa. Setelah aspek kesehatan baru aspek pembelajarannya,” ungkap Dwi.

Pemkot Bandung sendiri masih mempersilakan masyarakat untuk memilih pembelajkaran tatap muka atau tetap belajar daring. Dwi melihat sikap Pemkot Bandung ini sebagai keraguan dalam membuka sekolah tatap muka.

“Kalau Pemkot masih ragu masyarakat harus memilih, lebih baik Pemkot menunda proses pembelajaran dan sediakan pembelajaran jarak jauh yang lebih baik dan disempurnakan,” katanya. Menurutnya, Bandung merupakan kota modern yang mampu menjadi contoh dalam pembelajaran jarak jauh.

Fortusis juga menyoroti masih minimnya jumlah guru dan tenaga pendidik yang divaksin Covid-19. Data terakhir Pemkot Bandung, baru 2.300-an guru dan tenaga pendidik yang telah disuntik vaksin Covid-19. Jumlah ini masih jauh dari target yang harus disuntik vaksin Covid-19, yaitu lebih dari 30 ribu guru dan tenaga pendidik.

Karena itu, Fortusis mendorong Pemkot Bandung memprioritaskan vaksinasi Covid-19 untuk guru dan tenaga pendidik, kalau pembelajaran tatap muka mau dilaksanakan. “Kota Bandung harus melakukan prioritas utama untuk vaksinasi guru baik ASN dan honorer,” saran Dwi.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//