• Pemerintah
  • Data Kasus Balita Stunting di Kota Bandung 2014-2020, Prevalensi Melambung di Tahun Pandemi Covid-19

Data Kasus Balita Stunting di Kota Bandung 2014-2020, Prevalensi Melambung di Tahun Pandemi Covid-19

Pada tahun 2020, prevalensi kasus balita stunting di Kota Bandung melambung hingga 8,93 persen, atau setara dengan 9.567 anak dari total 107.189 anak yang ditimbang.

Penulis Sarah Ashilah28 September 2021


BandungBergerak.idSalah satu indikator penting yang tidak boleh dilewatkan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat adalah status gizi balita. Untuk memantau status gizi balita, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menyelenggarakan Bulan Penimbangan Balita (BPB). Sayangnya, di bulan-bulan awal pagebluk Covid-19 pada 2020 lalu, hampir semua posyandu terpaksa menghentikan layanan rutinnya.

Dalam situasi darurat seperti ini, Dinas Kesehatan Kota Bandung membentuk Kelompok Penimbangan (Pokbang) agar status gizi balita tetap terpantau. Dari kerja lapangan inilah, data bayi atau balita yang terindikasi stunting dapat diketahui.

Stunting merupakan kondisi kekurang gizi kronis yang diderita anak dalam seribu hari kehidupannya. Ciri paling umum adalah ukuran panjang atau tinggi badan yang lebih pendek dari usianya. Meski begitu, tidak serta-merta balita yang bertubuh lebih pendek pasti menderita stunting. Perlu adanya pendalaman latar belakang untuk memastikan faktor-faktor penyebab stunting pada anak.

Dokumen Profil Kesehatan Kota Bandung 2021 menunjukkan, angka prevalensi stunting tertinggi di Kota Bandung terjadi pada tahun 2015, yakni 8,96 persen atau setara dengan 11.999 anak dari total balita ditimbang. Di tahun-tahun berikutnya, tren perkembangan kasus stunting cenderung fluktuatif, dengan angka terendahnya berada di tahun 2017, yakni 1,94 persen atau setara dengan 2.509 anak.

Di tahun pagebluk 2020, prevalensi kasus balita stunting di Kota Bandung melambung hingga 8,93 persen. Angka ini setara dengan 9.567 anak balita dari total 107.189 anak ditimbang, terdiri dari dari 2,27 persen balita berstatus sangat pendek dan 6,65 persen balita berstatus pendek.

Jika dirinci berdasarkan kewilayahan, data penimbangan bayi pada tahun 2020, Kecamatan Buah Batu memiliki prevalensi stunting tertinggi, yakni 23,97 persen atau setara dengan 824 orang balita. Menyusul Cidadap dengan prevalensi 15,64 persen atau setara dengan 291 orang balita, dan Rancasari dengan prevalensi 23,97 persen atau setara dengan 546 balita. Sementara itu, wilayah dengan angka stunting terendah adalah Kecamatan Cibeunying Kaler, yakni 1,8 persen. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//