• Narasi
  • JURNAL BUNYI #1: Sastra dan Nada dalam Tembang Sunda Cianjuran

JURNAL BUNYI #1: Sastra dan Nada dalam Tembang Sunda Cianjuran

Sastra merupakan unsur penghubung dari berbagai unsur musikal yang terdapat pada tembang Sunda Cianjuran.

Abizar Algifari Saiful

Pendidik musik, komposer, dan peneliti

Mamaos tembang Sunda Cianjuran. (Foto: Abizar Algifari Saiful)

15 Oktober 2021


BandungBergerak.idTembang Sunda Cianjuran memberikan beberapa tawaran dalam sajian karyanya. Setiap orang dapat mendengarkan dan merasakan hipnotis bunyi yang tenang, nyaman, sedu, manis, romantis sekaligus damai. Bunyi yang relatif mengalun membuat setiap yang mendengarkannya terbawa arus bunyi dari merdunya vokal, tenangnya bunyi kacapi ditambah dengan lilitan indah dan lincah bunyi suling. Kesatuan setiap instrumen tersebut membuat waktu terasa melambat, enggan untuk beranjak. Semua perasaan mulai dari kebahagiaan, kesedihan, kegundahan, kedamaian, kekhusyukan dan keagungan terlampiaskan dalam karya-karya tembang Sunda Cianjuran. Ditambah dengan rumpaka yang dilantunkan oleh juru mamaos menambah kebermaknaan tembang Sunda Cianjuran semakin dalam. Butuh pengetahuan, perenungan, dan penghayatan dalam menikmati setiap unsur yang ada.

Para awam yang baru mendengar biasanya mengira lagu-lagu tembang Sunda Cianjuran ini yang biasa mereka dengar di warung makan atau restoran masakan Sunda. Anggapan begitu tidak salah, mungkin dengan musik tersebut dapat meningkatkan nafsu makan orang yang berkunjung ke sana. Tidak hanya lidah para pengunjung yang dimanjakan, kesan bunyi dari karya tembang Sunda Cianjuran membuat pengunjung betah berlama-lama di tempat makan Sunda sambil bersantai mengobrol ringan dengan teman, saudara dan keluarga.

Ketika melihat tembang Sunda Cianjuran dari perspektif yang berbeda, banyak ketakjuban yang ditemukan dalam setiap karyanya. Pertama kompleksitas ornamentasi yang dilakukan oleh juru mamaos. Dirasakan ketika kita mencoba untuk mempelajari teknik vokalnya. Banyak sekali variasi ornamentasi vokal tembang Sunda Cianjuran dan hanya dengan latihan terus menerus kita dapat menguasainya.

Guru tembang Sunda Cianjuran saya menyebutnya untuk melemaskan tenggorokan terlebih dahulu, supaya berbagai ornamentasi dapat dikuasai. Kedua tembang Sunda Cianjuran memiliki dua bentuk karya yaitu karya lagu mamaos dan karya lagu panambih. Karya lagu mamaos memiliki tempo yang tidak pasti, dalam karawitan Sunda disebut dengan bebas wirahma. Dengan tempo yang tidak pasti penembang harus dapat mengira, merasakan dan menyeimbangkan lantunan vokal dengan tuturan pirigan kacapi indung. Pertama kali mencoba pasti seseorang mengalami kesulitan dalam menyanyikannya tapi lama-lama pasti terbiasa. Sedangkan karya lagu panambih adalah lagu yang memiliki tempo yang teratur atau bisa disebut dengan tandak. Rumpaka lagu disusun mengikuti pola ritme yang disusun sesuai dengan cepat lambatnya tempo yang telah ditentukan. Menyanyikan karya lagu panambih lebih mudah menghafalnya karena terikat ritme yang baku.

Poin ketiga adalah rumpaka yang sangat mengandung nilai sastra yang tinggi. Bahasa Sunda yang digunakan pada rumpaka tembang Sunda Cianjuran menggunakan tingkatan bahasa yang halus dan terkadang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Keindahan susunan katanya membuat tembang Sunda Cianjuran mempunyai kedalaman makna disetiap rumpakanya. Para pencipta lagu tembang Sunda Cianjuran memiliki dua kemampuan yaitu kemampuan musikal dan kemampuan linguistik (sastra Sunda/sastra Lagu). Di samping pencipta lagu dapat memainkan waditra dan menjadi penembang profesional, mereka pun merupakan seorang penyair yang handal dalam menyusun kata-kata indah sekaligus mengandung makna yang mendalam pada karyanya. Dalam rumpaka tembang Sunda Cianjuran banyak tersimpan pesan yang tersirat dan tersurat. Butuh kemampuan pemahaman bahasa Sunda yang cukup untuk dapat memaknai rumpakanya.

Baca Juga: Seputar Mang Koko dan Karyanya (2): Letusan Dahsyat 1982 dalam Syair Guntur Galunggung
Seputar Mang Koko dan Karyanya (1)
Kawih menurut Musikolog Sunda Raden Machjar Angga Kusumadinata

Poin keempat adalah tembang Sunda Cianjuran memiliki kesan afektif yang sangat kuat. Sesuai dengan judul artikel ini manis, romantis, sendu, rumit, tenang dan damai. Kesan tersebut terbangun dengan sendirinya. Bahkan awam pun dapat langsung merasakan perasaan tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa tembang Sunda Cianjuran memiliki sifat transendental (ruhaniah). Bunyi jentrengan kacapi indung, meliuk-liuknya suara panembang dan balutan melodi suling yang menggugah perasaan ‘gaib’ tersebut muncul dalam alam pikiran dan jiwa. Komposisi tersebut merupakan penyatuan dari berbagai aspek yang menjadikan tembang Sunda Cianjuran memiliki keajaibannya.

Masih banyak lagi keunggulan dalam Tembang Sunda Cianjuran. Kesenian tembang Sunda Cianjuran menjadi identitas sejati orang Sunda. Terdapat banyak sekali nilai yang dapat diperoleh dalam tembang Sunda Cianjuran. Nilai tersebut bersifat abstrak dan perlu interpretasi untuk menemukan kebermaknaan dalam tembang Sunda Cianjuran. Dari nilai kehidupan, keagamaan, kedamaian sampai dengan keagungan dapat diperoleh dari kandungan makna rumpaka karya tembang Sunda Cianjuran.

Sastra merupakan unsur penghubung dari berbagai unsur musikal yang terdapat pada tembang Sunda Cianjuran. Bunyi setiap instrumen hanyalah ‘bunyi’ tanpa arah dan tujuan. Sastra menggandeng bunyi, bercampur aduk, seakan tidak ada lagi batasan antara kata dan bunyi. Semua menjadi satu kesatuan yang murni. Bunyi berkata dalam kata dan kata berbunyi dalam bunyi. Tembang Sunda Cianjuran memiliki banyak sekali fenomena menarik di dalamnya.

Selayaknya kesenian bernilai  ini dapat menjadi cerita, kisah, pengalaman, dan tuntunan bagi kita untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama dan alam. Keseimbangan mungkin tidak akan sempurna tercapai. Seperti halnya komposisi dalam kesenian tembang Sunda Cianjuran, setiap waditra memiliki fungsinya masing-masing. Adaptasikan hal tersebut dalam kehidupan kita sebagai manusia. Fungsikan diri kita sesuai dengan fungsinya (dalam kadarnya), jangan berlebihan, karena sesuatu jika berlebihan akan berdampak buruk bagi diri dan sesamanya.

Dari sini kita dapat melihat bahwa suatu karya seni jangan dilihat hanya dalam batas ‘hiburan’ semata. Kadang pola pikir kita selalu mengacu pada dominasi. Tidak salah, namun lebih bijaksana apabila kita dapat berpikir lebih dalam dan kritis. Melihat sesuatu dari sisi dan dimensi yang lain. Tembang Sunda Cianjuran adalah sebuah contoh produk seni yang memiliki pandangan yang luas. Memiliki sifat retrospektif (berpikir ke belakang) untuk melihat prospektif (berpikir ke depan).

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//