• Kampus
  • Respons terhadap Pembelajaran Tatap Muka, Unpar Utamakan Kesehatan

Respons terhadap Pembelajaran Tatap Muka, Unpar Utamakan Kesehatan

Unpar tidak akan tergesa-gesa, tetapi juga tetap akan menyiapkan pembelajaran tatap muka.

Mahasiswa Unpar. (Dok. Unpar)

Penulis Iman Herdiana15 Oktober 2021


BandungBergerak.idKesehatan tetap menjadi pertimbangan utama Universitas Katholik Parahyangan (Unpar) dalam merespons pembelajaran tatap muka (PTM). Di samping itu, cakupan vaksinasi, infrastruktur pembelajaran jarak jauh atau hibrida (campuran daring dan luring) juga jadi perhitungan yang mendorong Unpar untuk tidak tergesa-gesa melaksanakan PTM.

“Kami sudah berdiskusi dan yang menjadi pertimbangan utama adalah kesehatan. Kami terus pantau berapa jumlah mahasiswa yang sudah divaksin, kesiapan universitas juga dalam mempersiapkan kuliah hybrid. Infrastruktur juga dipersiapkan supaya yang di rumah juga bisa merasakan interaksi yang sama baiknya. Kami punya berbagai pertimbangan, tidak akan tergesa-gesa, tetapi kami juga tetap akan menyiapkan untuk buka (PTM),” tutur Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Tri Basuki Joewono, mengutip laman resmi Unpar, Jumat (15/10/2021).

Tri Basuki Joewono menyampaikan hal tersebut dalam diskusi bersama mahasiswa dan jajaran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unpar terkait wacana dibukanya pembelajaran tatap muka (PTM) secara daring, pada Selasa (28/9/2021) malam. Unpar membuka peluang pembelajaran hybrid dilakukan sembari menyiapkan sejumlah fasilitas demi mencegah penyebaran Covid-19.

Dia pun memaklumi jika adanya keluhan kurang efektifnya pembelajaran daring selama masa pandemi ini. Namun digitalisasi pendidikan selama pandemi menjadi satu hal yang mutlak dilakukan, walau tidak dimungkiri situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Unpar. Tak menutup mata, kultur digital tidak semudah itu diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.

“Pada saat mengubah (pembelajaran menjadi sistem daring), kita mengakui, tidak ada yang siap. Mahasiswa sebagian tidak menganggap sistem ini efektif, karena mahasiswa juga merespons dengan cara yang berbeda. Kami juga meminta dan melatih dosen juga untuk lebih aktif dalam teknologi. Jika ada saran yang bisa membuat lebih baik, mungkin bisa disampaikan,” ujarnya.

Kepala Kepala Biro Administrasi dan Akademik (BAA) Unpar, Andreas Adi Cahyono mengatakan, belum ada kepastian kapan PTM benar-benar diberlakukan, karena prioritas utama Unpar adalah kesehatan. Menurut dia, Unpar perlu mempertimbangkan dengan saksama segala risiko jika PTM diterapkan.

“Sudah dari semester kemarin sudah siap-siap untuk hybrid tapi masih ditunda karena beberapa pertimbangan. Dari tim Satgas Covid-19 Unpar juga akan mempertimbangkan dulu untuk kapan bisa offline atau hybrid dilakukan,” ucap Andreas.

Sedangkan Pjs Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni Unpar, Saptono PW, juga menilai wajar antusias mahasiswa agar Unpar segera melakukan pembelajaran tatap muka mengingat pemerintah pun telah mendorong agar sejumlah perguruan tinggi di wilayah yang menerapkan PPKM level 1-3 untuk memulai PTM. Namun keselamatan, dalam hal ini kesehatan sivitas akademika Unpar menjadi poin utama.

“Kami tahu mahasiswa sangat antusias untuk bisa belajar tatap muka, tapi mau tidak mau keselamatan merupakan poin utama. Kami yang diminta untuk menjaga keselamatan mahasiswa juga masih berat. Kami selalu berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 UNPAR, beberapa teman (mahasiswa) juga sudah ada yang ke kampus, walau memang tidak dalam skala besar. Kami juga memikirkan strategi yang paling memungkinkan untuk dilakukan, tentu dengan memperhatikan situasi pandemi saat ini,” kata Saptono.

Kurangi Kejenuhan Belajar Mahasiswa saat Pandemi

Masih dalam suasana pembelajaraan di masa pandemi, tim peneliti dari Prodi Psikologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar pelatihan pembelajaran menyenangkan (joyful learning) yang dilaksanakan secara blanded atau hibrida. Pelatihan dipimpin Juntika Nurihsan.

Acara yang dilaksanakan 27 - 29 Agustus 2021 itu didasari kondisi mahasiswa yang terperangkap pada belenggu kejenuhan belajar di masa pandemi. Pelatihan joyful learning berupaya menyentuh wilayah emosi yang ada pada diri individu dalam kegiatan pembelajaran dengan aktivitas yang menyenangkan.

Pelatihan kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari prodi Psikologi Pendidikan tahun 2020. Peserta yang mengikuti pelatihan berjumlah sekitar 10 mahasiswa yang tinggal di Bandung. Dalam pelatihan joyful learning ini yang menjadi narasumber adalah Juntika Nurihsan, Mubiar Agustin, Cepi Riyana. Pelatihan joyful learning dilaksanakan melalui interaksi dan diskusi antara narasumber dan para peserta agar kegiatan pelatihan tidak monoton atau membosankan.

“Pembelajaran daring terus-menerus mengakibatkan kejenuhan dalam belajar karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti metode belajar yang monoton, situasi belajar yang tidak berubah-ubah, kurang rekreasi, ketidak mampuan guru dalam belajar, dll. Sehingga mengakibatkan kelelahan emosi, kelelahan kognitif, dan kelelahan fisik terhadap mahasiswa,” terang Juntika Nurihsan.

Pembelajaran yang menyenangkan bisa terlaksana ketika guru menciptakan lingkungan belajar yang tidak stres, menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata, menciptakan emosi positif dalam pembelajaran, melibatkan seluruh indra secara sadar, mengaktifkan otak sebelah kanan dan kiri, menggunakan teknologi pembelajaran, dan menutup pembelajaran yang mengesankan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//