Membuka Perpustakaan Literaksi Tamansari, Menghidupkan Ruang Perjuangan Warga
Perpustakaan Literaksi dibuka di tanah penggusuran RW 11 Tamansari. Menjadi alternatif ruang perjuangan warga.
Penulis Dini Putri29 Januari 2023
BandungBergerak.id - Perpustakaan Literaksi, yang berdiri di atas tanah penggusuran RW 11 Tamansari, Kota Bandung, mulai dibuka untuk umum, Jumat (27/01/2023) petang. Selain menawarkan bahan bacaan, perpustakaan yang dihidupi oleh kerja kolektif anak-anak muda Bandung ini diharapkan mampu menjadi ruang hidup sekaligus ruang perjuangan warga.
Nama perpustakaan ini, “Literaksi”, berasal dari gabungan kata literasi dan aksi. Koleksi bukunya bersumber dari sumbangan berbagai elemen warga kota yang sudah digalang sejak beberapa bulan allu.
“Semoga minat baca semakin meningkat, terbuka ruang diskusi yang konsisten, dan terjalin keakraban kedekatan dengan teman-teman semua,” tutur Eva Eryani, satu-satunya warga RW 11 Tamansari yang masih melawan proyek rumah deret, dalam sambutannya.
Di hadapan Eva, puluhan anak muda duduk beralas tanah. Poster-poster perlawanan menyemarakkan suasana petang. Sajian utama petang itu adalah diskusi “Buku (tetap) Jendela Dunia: Relevansi Buku Fisik di Era Digital” bersama Herry “Ucok” Sutresna (Grimloc dan Sabate Books), Jibril (Perpustakaan Jalanan Bandung), Pradewi TC (Marjin Kiri), dan Rifky Syarani Fachry (penyair dan Tim Publikasi Enemy Books).
Jibril berpendapat, digitalisasi membuat eksistensi buku fisik tergerus dan tergantikan oleh buku digital. Imbasnya, semakin sedikit orang-orang berkunjung ke perpustakaan. Lebih jauh lagi, interaksi sosial seseorang berkurang karena buku sejatinya merupakan medium relasi sosial.
Jibril mencontohkan apa yang terjadi di Perpustakaan Jalanan. Dalam rentang tahun 2010-2017, mereka membuka lapak setiap malam Minggu dari pukul tujuh hingga larut. Di sana, berkumpul sekitar 20-30 orang untuk membaca buku dan berdiskusi karena saat itu masih sulit untuk mendapatkan buku bacaan dari internet. Jumlah pembaca terus menurun seiring terus menguatnya digitalisasi.
“Plusnya (digitalisasi) mungkin orang-orang gak akan lagi kesusahan untuk mencari referensi buku atau tulisan karena sekarang tinggal (ketik) keyword apapun di Google, udah ada. Udah plus terjemahannya. Ngga serumit dulu lah kita dapet buku bahasa Inggris,” katanya.
Pradewi menyoroti ketimpangan digitalisasi di Indonesia. Kemudahan akses internet masih menjadi privilese warga perkotaan.
“Tapi kalau kita ngomongin Indonesia, masih ada banyak daerah yang listrik aja ga ada. Jadi menurut saya, bahkan di kota-kota yang sudah masuk era digital, buku fisik masih dicari,” katanya.
Buku fisik sampai hari ini masih memikat. Bagi banyak orang, ia memberikan pengalaman membaca yang khas, yang membuat nyaman. Bandingkan dengan keletihan menatap layar telepon genggam atau monitor selama berjam-jam dan terus-menerus demi menuntaskan sebuah buku digital.
Baca Juga: Lagi-lagi Teror untuk Eva Eryani di Tamansari
Satu yang Bertahan dari Gusuran Rumah Deret Tamansari
Bersama-sama Merawat
Rifky Syarani Fachry berharap agar kehadiran Perpustakaan Literaksi mampu menciptkan ruang sosial. Perpustakaan bukan hanya tentang buku atau arsip, tapi juga ruang bertukar pikiran dan berbagi gagasan.
Karena bersumber inisiatif dan kerja swadaya, sama sekali tidak bergantung pada pemerintah, Perpustakaan Literaksi harus dihidupi secara kolektif. Setiap orang bertanggung jawab untuk mengambil peran dalam merawat, menjaga, serta merayakannya. Baik lewat kegiatan luring maupun daring. Menjadi pengurus perpustakaan dalam lingkaran perjuangan seperti ini, dengan demikian, merupakan tindakan yang revolusioner.
“Saya harap perpustakaan ini menjadi ruang yang bisa lebih hidup maknanya,” ucapnya.
Selain diskusi, pembukaan Perpustakaan Literaksi diwarnai beragam aksi dari kawan-kawan solidaritas. Mulai dari mural hingga penampilan seni. Ada juga Lapakan Solidaritas.
Perpustakaan Literaksi terbuka untuk khalayak. Untuk berkunjung dan mengakses buku-buku koleksinya, kita hanya perlu menghubungi akun media sosial Instagram @perpustakaan.literaksi.