• Opini
  • Menjaring Solusi dengan Berpikir Komputasional

Menjaring Solusi dengan Berpikir Komputasional

Berpikir komputasional dapat membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam perkuliahan, dengan mengasah diri kita agar berpikir lebih efektif dan efisien.

Matthew William Suhaili

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Mahasiswa Unpar. Unpar merupakan salah satu perguruan tinggi di Bandung. (Dok. Unpar)*

30 Januari 2023


BandungBergerak.id—Pernahkah kita berpikir kalau pola pikir kita mempengaruhi kinerja kita? Kebanyakan  dari kita pasti berkata tidak pada pertanyaan ini. Meskipun iya, pernahkah kita berpikir  bagaimana cara mengatasi hal tersebut?

Pola pikir yang negatif dapat mempengaruhi seseorang  ketika dihadapkan pada suatu masalah. Orang dengan pola pikir negatif cenderung  menganggap dirinya tidak mampu, yang dapat menghalangi seseorang untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Ketika seseorang sudah berpikir negatif, ia cenderung akan pesimis terhadap segala sesuatu. Ketika dia selalu takut dalam melakukan sesuatu, selalu berpikir  terlalu banyak, takut jika hal-hal buruk itu akan terjadi, bahkan jika apa yang dia pikirkan mungkin tidak menjadi kenyataan. Pikiran yang seperti ini akan menghambat laju  perkembangan dan pembelajaran pada mahasiswa tersebut.

Lalu berikutnya, ketika orang berpikir negatif, ia akan menyalahkan diri sendiri. Misalnya, ketika dia gagal, dia cenderung menyalahkan dirinya sendiri dan berpikir bahwa dia  adalah orang yang paling tidak berguna. Padahal perkuliahan adalah tempat dan ajang untuk  belajar sehingga membuat kesalahan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Jika pola pikir ini diteruskan, maka mahasiswa tersebut tidak akan berani untuk belajar hal baru, hal yang mungkin akan membuat dia melakukan kesalahan. Jika diteruskan maka mahasiswa dapat  terkena depresi dan hal ini pun sudah banyak terjadi di sekitar kita.

Menurut penelitian Aulia  Maulida menggunakan desain kuantitatif deskriptif dengan pendekatan studi potong lintang di Universitas Indonesia. Didapat 15.6% mahasiswa mengalami depresi minimal, 21.9%  mahasiswa mengalami depresi ringan, 46.9% mahasiswa mengalami depresi sedang, dan  15.6% mahasiswa mengalami depresi berat. Hal ini tentunya, jika dibiarkan akan merusak  mahasiswa tersebut. Dan lagi lingkungan yang seperti ini akan semakin mempengaruhi mahasiswa lain dan cenderung akan menambah mahasiswa yang berpikir secara negatif. Pola pikir yang seperti ini harus diganti dengan pola pikir yang tentunya lebih baik. Untuk pola pikir dalam perkuliahan, maka pola pikir komputasional adalah pola pikir yang menurut saya cukup  baik untuk diterapkan dalam perkuliahan dan digunakan oleh mahasiswa.

Baca Juga: Jejak dan Karya Dindin Jamaluddin, Belajar dan Mengabdi Sepanjang HayatInovasi Rumah Tradisional dari Segi Arsitektur

Berpikir Komputasional

Berpikir komputasional mungkin terdengar sedikit asing, tetapi ini nyatanya cukup  banyak digunakan di berbagai bidang masalah. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari banyak  dari kita yang menggunakan cara berpikir komputasional. Meskipun terdapat kata  komputasional, berpikir komputasional tidak berhubungan dengan komputer yang biasa kita  pakai. Berpikir komputasional merupakan proses kognitif atau pemikiran yang melibatkan  penalaran logis di mana masalah dipecahkan, prosedur, dan sistem lebih dipahami (Csizmadia et. al., 2015).

Sebagai mahasiswa kita harus bisa berpikir cepat tentang apa yang perlu kita lakukan di kala terdapat tantangan seperti tugas, makalah, esai, dsb. Selain itu, kita juga harus  memikirkan apa konsekuensi dari sesuatu yang telah dilakukan. Misalnya kita menulis esai, maka kita harus bisa mengembangkannya menjadi kalimat dan seterusnya. Jika kita kita sudah  dapat mengembangkan sesuatu, maupun itu hal kecil sekalipun, maka kita sudah memiliki cara berpikir untuk maju atau lebih aktif. Dengan pemikiran yang seperti ini maka banyak masalah  yang ada di tengah mahasiswa dapat terselesaikan dengan baik.

Karakteristik Berpikir Komputasional

Berpikir komputasional pada dasarnya adalah tidak menghafal. Dalam hal ini, arti  dasarnya adalah kompetensi. Setiap manusia memiliki kemampuan dasar, yang berarti jika  mereka dapat memahami suatu masalah secara menyeluruh, maka akan mudah untuk  menemukan solusi dari suatu masalah. Bahkan seharusnya juga dapat mengembangkan solusi  dari proses pemecahan masalah. Sebaliknya, bagi seseorang yang kemampuannya didasarkan  pada hafalan, kemungkinan besar akan sulit menyelesaikan masalah karena dapat melupakan  sesuatu yang dipahami. Oleh karena itu, seseorang yang telah memiliki kemampuan dasar dan  telah memahami sesuatu tanpa harus menghafalnya dapat dikatakan sudah dapat berpikir komputasional.

Bagi siswa, kemampuan mereka sering kali diukur dengan kepintaran menghafal  pelajaran. Hal ini yang kemudian dibawa menuju ranah perkuliahan dan menyulitkan para mahasiswa. Memang, beberapa dosen akan menanyakan teori dan yang dinilai adalah  kemampuan menghafal mahasiswa. Tetapi kebanyakan tidak begitu, zaman ini kebanyakan dosen akan lebih menanyakan soal yang jawabannya hanya bisa didapat dari pikiran kita sendiri. Tidak ada di buku maupun google, yang pada masa sekolah menengah, sangat diandalkan dalam mencari jawaban. Dan pada kenyataan dunia ini, memang berpikir komputasional inilah yang akan dicari para perusahaan. Inilah kenapa sekarang perkuliahan lebih menekankan kepada pemikiran yang kritis. Di mana inilah kesulitan terbesar yang dialami oleh para mahasiswa. Oleh karena itu pemikiran komputasional merupakan solusi yang cukup tepat untuk dipakai para mahasiswa yang kesulitan.

Dekomposisi

Dekomposisi adalah metode atau konsep dalam berpikir komputasional yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang besar dan kompleks menjadi masalah yang lebih kecil. Jika masalah besar dan kompleks sudah dibuat menjadi lebih kecil, maka masalah tersebut akan mudah untuk dipecahkan. Dekomposisi juga dapat digunakan untuk memudahkan penelitian dan implementasi suatu inovasi. Misalnya kita akan memproduksi suatu barang, maka kita akan membutuhkan inovasi yang unik agar barang tersebut memiliki suatu kelebihan yang mengalahkan barang lain yang mirip dengan barang yang akan kita produksi.

Dekomposisi sendiri memiliki banyak kegunaan lainnya, tetapi pada intinya dekomposisi memudahkan kita menyelesaikan suatu masalah dengan membagi masalah tersebut menjadi lebih kecil. Dalam perkuliahan pun, ini akan sangat membantu para mahasiswa. Banyak mahasiswa baru yang mengeluh kalau perkuliahan sangatlah berat, sulit dijalankan, dan mereka ingin menyerah karenanya. Padahal kalau dekomposisi ini diterapkan dengan baik, maka jalan mereka tidaklah akan terasa berat karena masalah-masalah yang dirasakan akan terbagi menjadi lebih kecil.

Pengenalan Pola

Pengenalan pola adalah metode pemikiran dalam berpikir komputasional yang mirip dengan komputer yaitu menemukan pola dalam data untuk mendapatkan informasi yang penting digunakan dalam memahami pola yang telah ditemukan. Pengenalan pola ini biasanya dilakukan ketika kita mengenali seseorang dari wajahnya, suaranya, dll. Bahkan pengenalan pola ini dapat digunakan untuk memprediksi cuaca yang akan terjadi. Dalam fenomena alam, pengenalan pola yang sebenarnya dapat dilihat pada pola konstelasi, pola daun, dan lain-lain.

Dalam perkuliahan, pola-pola akan sering kalian temukan di dalamnya. Seperti pola mengajar dosen, pola tugas yang diberikan, pola soal yang akan diujikan, dan masih banyak lagi. Untuk hal ini hal yang harus kalian pertajam sebagai mahasiswa adalah pengamatan. Dengan mengamati bagaimana dosen bertindak, pengalaman kakak tingkat, soal tahun sebelumnya, dan sebagainya. Akan terlihat sebuah pola yang dapat kalian kenali, yang tentunya akan membantu kalian menyelesaikan banyak masalah dalam dunia perkuliahan.

Abstraksi

Abstraksi juga merupakan salah satu metode berpikir komputasional yang mengutamakan hal-hal yang berhubungan langsung dengan masalah yang dihadapi. Bisa juga dikatakan kalau abstraksi adalah metode yang fokus hanya pada informasi yang penting untuk masalah saat ini dan mengabaikan detail yang tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Jika dekomposisi memecah masalah, maka abstraksi membuang hal yang bukan merupakan masalah saat ini. Hal ini diterapkan agar kita dapat lebih fokus dengan masalah yang kita hadapi, tentu kita mungkin akan menghadapi banyak masalah sekaligus dan sulit untuk memfokuskan diri hanya pada satu masalah. Tetapi itulah inti dari metode ini, jika kita menyelesaikan semua masalah bersamaan, maka kita akan kewalahan jika tidak memiliki kemampuan multitasking yang baik. Yang pada akhirnya hanya akan membuat kita merasa gagal dan tidak mampu mengikuti perkuliahan. Metode ini mengajarkan kita untuk fokus menyelesaikan masalah satu per satu, dengan begitu kita akan lebih merasa mampu dan menyelesaikan tugas sesuai prioritas dengan baik sebagai mahasiswa.

Algoritma

Algoritma adalah suatu pola pikir dalam berpikir komputasional yang digunakan untuk merencanakan langkah-langkah sistematis untuk memecahkan suatu masalah. Walaupun algoritma ini sering dikaitkan dengan perhitungan, namun metode berpikir ini dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun perkuliahan. Langkah demi langkah yang dilakukan juga tidak sembarangan, ada aturan yang harus diikuti dalam membuat suatu algoritma dalam diri kita. Pada dasarnya algoritma sendiri juga mengikuti pemikiran dalam pengenalan pola. Di mana jika pola sudah diidentifikasi, kita akan membuat algoritma untuk mengatasi pola yang ditemukan.

Dengan algoritma, pola yang sudah dikenali akan dapat terselesaikan, dengan hasil yang terbaik pula. Misal kita akan menghadapi UAS dan kita sudah mengetahui kalau pada UAS, dosen A akan memberikan soal yang mirip dengan tahun lalu. Maka kita dapat membuat algoritma dengan pola yang sudah diketahui seperti memperoleh soal tahun lalu dengan meminta bantuan kakak tingkat, dan mempelajari tipe-tipe soal yang akan keluar pada UAS sehingga hasil yang kita terima akan membaik daripada tidak melakukan algoritma tersebut.

 

Seperti yang kita ketahui, banyak para mahasiswa terutama yang baru mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Depresi dan pikiran negatif lainnya akan sangat sering ditemui pada tahap ini. Oleh karena itulah saya menyarankan pemikiran saya tentang berpikir komputasional ini agar dapat membantu para mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Berpikir komputasional dapat sangat membantu kita dalam berpikir menyelesaikan masalah.

Banyak tahapan seperti dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma yang di mana masing-masing dari tahapan-tahapan ini akan sangat membantu cara berpikir seseorang terutama mahasiswa baru yang kesulitan dalam perkuliahan yang dijalani. Harapan saya adalah agar saya dapat membantu kalian dalam menyelesaikan perkuliahan dan lebih memahami tentang pentingnya berpikir komputasional. Kalian akan lebih mudah dalam mengamati masalah, mencari solusi berdasarkan suatu permasalahan, memecahkan permasalahan, dan bisa berbagi solusi atau pemecahan masalah. Selain itu, berpikir komputasional juga mengasah diri kita agar berpikir lebih efektif dan efisien.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//