Mahasiswa Era Pandemi Dituntut Berwirausaha
Dalam situasi pandemi Covid-19, kalangan muda atau usia produktif dituntut berwirausaha sehingga mereka tidak menjadi bagian dari antrean pencari kerja.
Penulis Iman Herdiana14 April 2021
BandungBergerak.id - Angka penganggur usia muda bertambah seiring menyempitnya lapangan kerja akibat terdampak pandemi Covid-19. Dalam situasi ini, kalangan muda atau usia produktif dituntut berwirausaha. Sehingga mereka tidak menjadi bagian dari antrean pencari lowongan kerja.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebagian besar penduduk Jawa Barat tergolong usia kerja yaitu 24,21 juta orang (64,53 persen). Dari jumlah itu, sebanyak 21,68 juta orang penduduk bekerja dan 2,53 juta orang pengangguran.
BPS juga mencatat terjadi penurunan jumlah lowongan kerja pada Agustus 2019. Penurunan ini terutama terjadi di sektor industri pengolahan sebanyak 0,63 juta orang, konstruksi sebanyak 0,14 juta orang, dan lain-lain. Dampaknya, jumlah penduduk yang bekerja berkurang 0,38 juta orang.
Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan hanya di sektor pertanian sebanyak 0,72 juta orang, transportasi dan pergudangan sebanyak 0,02 juta orang (BPS 2020).
Penduduk Jawa Barat sendiri sampai September 2020 tercatat sebanyak 48,27 juta jiwa. Laju pertumbuhan di provinsi ini 1,11 persen per tahun. Sementara penduduk usia kerja di Jabar mengalami kenaikan dari 36,92 juta orang pada Agustus 2019 menjadi 37,51 juta orang pada Agustus 2020.
Di sisi lain, pendidikan di Indonesia masih berorientasi mengisi lowongan kerja, bukan sebagai pembuka lapangan kerja. Laman resmi Unpar pada 30 November 2020 memuat artikel “Konferensi Final INSPIRE 2020 Ajak Anak Muda Berwirausaha Sosial”. Di sana disebutkan, pada 2014, universitas di Indonesia tidak menyediakan kurikulum standar yang berfokus pada kewirausahaan, pengajar tidak memiliki keterampilan, dan beberapa pusat kewirausahaan yang didirikan di universitas beroperasi dengan buruk.
Di era pandemi Covid-19 ini, mahasiswa sedari dini perlu mengubah mindset bahwa setelah menuntaskan studi mereka harus berperan sebagai penyerap tenaga kerja atau penyedia lapangan kerja. Mahasiswa perlu mengubah orientasi kerja menjadi orientasi berwirausaha.
Kepala Program Studi DIII Manajemen Perusahaan, Nina Septina, mengatakan bertambahnya jumlah wirausahawan otomatis akan mengurangi pengangguran. Munculnya lapangan kerja juga berefek domino pada ekonomi.
“Terserapnya tenaga produktif di suatu lokasi usaha, maka daya beli dan perekonomian setempat akan meningkat,” terang Nina Septina, dikutip dari laman resmi Universitas Katolok Parahyangan (Unpar), (28/7/2020).
Kepada lulusan Unpar pun Nina berpesan agar mereka bisa mengimplementasikan ide-ide bisnis baru yang dapat membuka lapangan kerja dan mendorong roda ekonomi masyarakat. Menurutnya, memang tidak mudah membuka usaha di zaman yang tidak mudah karena pandemi Covid-19.
“Tapi jika kita dituntut untuk memecahkan suatu masalah dan tantangan di bawah tekanan pada masa sulit, ini akan mengasah kita untuk mengerahkan segala daya upaya hingga akhirnya tuntas ditemukan solusi yang kreatif,” paparnya.
Secara alamiah, dalam kondisi kepepet manusia bisa mencapai sesuatu hal yang awalnya tidak yakin bisa diraih. Di sisi lain, ada banyak peluang baru seiring munculnya kebiasaan baru di masyarakat yang terbentuk di masa pandemi.
Saat ini, semua aktivitas perlu mematuhi protokol Kesehatan. Sikap konsumen pun lebih mengutamakan kesehatan. Kata Nina, berbagai perubahan perilaku konsumen di masyarakat merupakan peluang bisnis baru yang layak untuk dijajaki dan dikembangkan.
Sebagai contoh, peluang bisnis daring yang semakin berkembang karena berbanding lurus dengan kebutuhan konsumen di masa pandemi. Karena itu mahasiswa diharapkan mampu peluang secara kreatif. Bahwa setiap kesulitan yang terjadi dapat diterjemahkan sebagai tantangan yang perlu dicari solusinya secara inovatif.
Dalam berbisnis, ia menegaskan, bukan hanya memikirkan produk apa yang akan dijual. Saat ini ada bisnis yang fokus pada customer driven di mana wirausahawan secara kritis menemukan akar masalah apa yang dialami konsumen dan bagaimana produk yang ditawarkannya menjadi solusi bagi masalah itu.
Menurutnya, di era pandemi saat yang muda menjadi pahlawan. Pahlawan era pandemi bukan bukan orang yang berangkat di medan perang. Melainkan pahlawan yang menjadi wirausahawan muda yang menurunkan angka pengangguran, memberdayakan lingkungan sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Teknologi dan Pandemi
Bisnis di era pandemi membutuhkan peran teknologi, khususnya penggunaan sarana informasi dan komunikasi terkini. Kebutuhan ini bisa dipenuhi generasi muda yang memiliki kompetensi bisnis dan teknologi yang mumpuni.
Lalu, apa saja yang mesti dipelajari oleh para calon pebisnis digital di era global ini? Maria Widyarini selaku Kajur Administrasi Bisnis Unpar mengatakan, selain wawasan administrasi bisnis sebagai dasar ilmu utama, para peserta didik perlu menguasai wawasan teknologi digital melalui informatika, serta kemampuan analisis data seperti matematika bisnis dan data science.
Hal yang sama disetujui oleh Mario Wijaya yang merupakan alumnus Administrasi Bisnis dan kini berkarier sebagai Corporate Finance Manager di salah satu perusahaan media terkemuka di Indonesia.
“Bisnis digital sebagai masa depan bisnis secara internasional membutuhkan wawasan dan keahlian yang mumpuni. Penguasaan akan teknologi digital akan menjadi nilai plus yang luar biasa,” kata Mario Wijaya, dikutip dari laman resmi Unpar (29/3/2021).
Sehingga tidak lengkap jika pembelajaran bisnis digital hanya dilakukan melalui kuliah semata. Peserta didik perlu mengembangkan diri dengan berbagai alternatif. Misalnya, keikutsertaan dalam kompetisi internasional yang tidak hanya menantang para mahasiswa menerapkan ilmu, tetapi juga membuka jejaring komunitas baru di tingkat global.