Mengenal Teknologi Vaksin Covid-19 Bersama Ilmuwan Diaspora Indonesia
Masih belum jelas sejauh mana vaksin dapat melindungi dari infeksi dan penularan Covid-19.
Penulis Iman Herdiana14 April 2021
BandungBergerak.id - Vaksin Covid-19 terus bermunculan, seakan berlomba dengan transmisi penularan virus Corona yang setiap harinya terus bertambah. Padahal di masa lalu, teknologi pembuatan vaksin butuh waktu bertahun-tahun. Tetapi di masa pandemi, pembuatan vaksin justru lebih cepat.
Profesor bidang ilmu farmasi Oregon State University, Amerika Serikat, Taifo Mahmud, mengatakan memang rata-rata pengembangan vaksin memerlukan waktu panjang, yakni sekitar 10 tahun. Terjadinya pandemi Covid-19 justru mendorong pengembangan vaksin menjadi lebih cepat.
Ilmuwan diaspora Indonesia yang bekerja di luar neger ini mengatakan, sekarang pembuatan vaksin Covid-19 memakan waktu tidak kurang dari dua tahun. Dalam kurun yang relatif singkat ini, banyak vaksin dihasilkan dan sudah melalui uji klinis.
Beberapa vaksin bahkan sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authotization (EUA) dari otoritas terkait. Misalnya, vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech, China, yang telah mengantongi izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan di Indonesia.
Masyarakat sempat khawatir akan efektivitas dan keamanan vaksin yang dikembangkan dengan singkat itu. Akan tetapi Taifo menegaskan, sekalipun pengembangan vaksin Covid-19 terbilang cepat, teknologi yang digunakan sebenarnya sudah dikembangkan berpuluh-puluh tahun lalu.
Platform baru pada vaksin juga sejatinya sudah dikembangkan sejak lama, jauh sebelum pandemi Covid-19 yang melanda dunia mulai akhir 2019 lalu. “Karena Covid-19 ini sangat urgensi, berbahaya sekali. Oleh karena itu dipercepat, kurang dari dua tahun sudah mendapat EUA. Hikmahnya adanya Covid-19 ini, persetujuan dari vaksin bisa lebih cepat,” terang Taifo, yang mengisi kuliah umum virtual bertema “Viruses and Vacciness” di Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, vaksin menjadi upaya untuk mencegah penularan Covid-19. Hingga saat ini, ada banyak jenis vaksin Covid-19 yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat. Meski jenis vaksinnya sama, yaitu vaksin untuk Covid-19, terdapat keragaman teknologi di baliknya.
Menurut Taifo, saat ini terdapat lebih dari 250 institusi maupun perusahaan di dunia yang mengembangkan vaksin Covid-19 dengan beragam teknologi.
Ada dua platform utama dari teknologi pengembangan vaksin, yaitu klasik dan terbaru. Platform klasik, kata Taifo, merupakan teknologi yang selama ini sudah banyak digunakan untuk menghasilkan beragam vaksin.
Platform klasik yang banyak digunakan antara lain vaksin yang dikembangkan dari virus utuh yang diinaktivasi. Telah banyak vaksin yang dihasilkan melalui teknologi ini, seperti Polio, Rabies, hingga vaksin Hepatitis A. Sementara pada vaksin Covid-19, teknologi ini digunakan untuk pengembangan vaksin Sinovac dan Sinopharm.
Ada platform vaksin dari virus yang dilemahkan, hingga vaksin dari rekombinan atau subunit protein pada virus yang salah satunya berupa produk vaksin Covid-19 Anhui yang kini tengah uji klinis oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad).
Ada pula vaksin yang menggunakan teknologi virus-like particles (VLP) atau zat dengan struktur yang mirip dengan virus, tetapi tidak memiliki genom dari virus tersebut.
Platform selanjutnya dari vaksin dengan adenovirus atau memanfaatkan virus lain seperti yang dikembangkan Astrazeneca, Janseen, dan Gamaleya. Kemudian ada vaksin Covid-19 dari teknologi mRN, seperti vaksin yang dikembangkan Moderna, Pfizer, hingga CureVac.
Terakhir, ada vaksin yang dikembangkan dari antigen-presenting cells (APC) yang saat ini tengah dikembangkan di Indonesia.
Khusus mengenai Astrazeneca, teknologinya dinilai paling anyar karena prosesnya melibatkan rekayasa virus, DNA, bakteri e.coli, dan disemai di mamalia. Vaksin dari adenovirus ini dikembangkan para peneliti Oxford.
Ada Vaksin Bukan Berarti Bebas Covid-19
Menurut Komite WHO untuk Keamanan Vaksin (GACVS) Covid-19, per 18 Februari 2021, setidaknya ada tujuh vaksin dari tiga platform telah diluncurkan di berbagai negara. Pada saat yang sama, lebih dari 200 kandidat vaksin sedang dikembangkan, di mana lebih dari 60 sedang dalam pengembangan klinis.
Komite global tersebut menyatakan, vaksin merupakan alat baru yang penting dalam memerangi Covid-19. Namun, Komite mengingatkan tentang masih perlunya menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak secara fisik dan menghindari keramaian.
Keberadaan vaksin bukan berarti bebas berkeliaran membahayakan diri sendiri dan orang lain, terutama karena masih belum jelas sejauh mana vaksin dapat melindungi dari infeksi dan penularan Covid-19.