CERITA ORANG BANDUNG #100: Sepi di Lorong Kebun Binatang, Penyegelan di Mata Seorang Pawang
Sudah 31 tahun Usup Supriatna bekerja di Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo). Selama berkerja baru kali ini ia merasakan dampak penutupan.
Penulis Retna Gemilang22 Oktober 2025
BandungBergerak - Garis kuning polisi membentang tegas di pintu gerbang Kebun Binatang Bandung. Selama tiga bulan penuh kawasan konservasi dan wisata satwa itu disegel, ditutup bagi pengunjung karena konflik lahan dan manajemen. Tak ada hiruk-pikuk suara anak-anak, tak ada lalu-lalang keluarga yang biasanya memenuhi lorong-lorong kandang.
Hanya hewan-hewan yang tetap bertahan di dalam, ditemani para penjaga yang setia datang setiap hari, seperti Usup Supriatna. Pria paruh baya ini menyaksikan langsung bagaimana tempat yang ia rawat lebih dari tiga dekade berubah senyap seperti kuburan.
"Sedih atuh aduh. Bapak teh asa geus rumah sorangan, geus puluhan tahun (kerja) [Bapak sudah merasa seperti di rumah sendiri setelah puluhan tahun kerja di Kebun Binatang Bandung]," kata Usup, Jumat, 17 Oktober 2025, saat ditemui BandungBergerak di sela jam istirahat.
Mengenakan kaus polo biru lengkap dengan sepatu booth oranye dan topi andalannya, otot-otot di tangan Usup menunjukkan bahwa ia pekerja keras. Pawang berusia 52 tahun ini sudah 31 tahun mendedikasikan hidupnya di kebun binatang. Sejak masih bujangan ia telah bekerja di sini hingga akhirnya dipercaya sebagai pawang satwa karnivora dan omnivora sejak tahun 2010. Ia tak pernah membayangkan akan menyaksikan kebun binatang disegel secara resmi.
Namun, meski pintu gerbang terkunci, tugas Usup tak bisa berhenti. Pada hari pertama penyegelan, di saat konflik sedang panas-panasnya, ia dan para pekerja lain bahkan harus memanjat pagar tinggi untuk masuk dan memberi pakan satwa.
"Baru bisa masuk teh setengah sebelas, setengah sebelas teh naik pager, luncat!" kenangnya sambil tergelak.
Biasanya, Usup sudah mulai berkeliling sejak pukul 07.00 pagi. Tapi hari itu, satwa-satwa harus menunggu lebih lama. Usup khawatir mereka kelaparan.
Bagi Usup, yang menganggap kebun binatang sebagai rumah keduanya, keheningan yang menyelimuti selama penutupan menjadi pengalaman paling menyedihkan. Ia rindu suara-suara pengunjung, terutama anak-anak yang selalu menjadi penyemangat hari-harinya saat merawat hewan.
"Mun sepi mah asa di kuburan, geus asa sadedengeun kitulah. Lamun urang geus di jero kandang teh asa aya galecok budak [Sepinya seperti di kuburan, suka terngiang-ngiang suara pengunjung. Kalau lagi di kandang rasanya suka ada suara anak kecil]," tuturnya lirih.
Bagi Usup, kehadiran pengunjung bukan sekadar aktivitas wisata. Suara tawa dan sorak-sorai anak-anak yang menyapa binatang menjadi bagian penting dari ekosistem kebun binatang.
Meerkat dan Harimau, Tetap Dirawat Tanpa Jeda
Salah satu hewan yang menjadi tanggung jawab Usup adalah meerkat (Suricata suricatta), hewan kecil asal Afrika yang sekilas mirip luwak. Dalam kondisi normal, meerkat bisa dilihat bermain di luar kandang. Namun selama masa penutupan, mereka lebih banyak diam di dalam.
"(Meerkat) dimasukin ke kandang sekarang mah. Kalau ada pengunjung, (meerkat) masih ada di sini belum dimasukin ke kandang," jelas Usup.
Selain meerkat, ia juga merawat harimau benggala (Panthera tigris tigris). Tahun ini, lima anak harimau lahir dari hasil pengembangbiakan yang dibantu perawatannya oleh Usup.
Kecintaannya pada satwa tak diragukan lagi. Dengan penuh dedikasi, Usup membersihkan kandang dan memberi makan satwa setiap sore, dari daging sapi, ayam, buah, hingga rumput, tergantung pada kebutuhan masing-masing hewan. Porsi makan hewan pun tidak main-main. Harimau, misalnya, bisa menghabiskan 3,5 hingga 8 kilogram daging dalam sekali makan.

Dari Tukang Bersih-bersih ke Pawang Karnivora
Karier Usup dimulai dari bawah. Saat pertama kali bekerja di Kebun Binatang Bandung pada usia 20 tahun, ia hanya bertugas membersihkan kandang. Namun ketekunan dan perhatian terhadap hewan membuatnya naik perlahan hingga dipercaya menangani hewan-hewan buas, meski tanpa latar belakang pendidikan formal di bidang peternakan.
“Kalau dulu pendidikan lihat belakangan, yang penting kerjanya bagus, perhatian sama binatang, suka sama binatang,” ujarnya.
Manajemen kemudian memfasilitasi Usup untuk menempuh pendidikan tambahan di bidang peternakan. Ilmu ini ia gunakan sepenuhnya untuk meningkatkan kualitas perawatan satwa di kebun binatang.
Dari status bujangan hingga kini menjadi ayah dua anak, Usup tetap disiplin. Ia selalu datang pukul 07.00 meski jam kerjanya baru dimulai pukul 08.00. Anak bungsunya kini mengikuti jejaknya, bekerja sebagai petugas kebersihan di lokasi yang sama.
Terkadang ia pulang pergi bersama anak bungsunya dari rumahnya di kawasan Cibiru menuju Bandung Zoo. Dia tak lagi mengeluh soal jarak tempuh 17 km dan hiruk pikuk macetnya Bandung. Menurutnya, Bandung Zoo sudah ia anggap seperti hunian keduanya.
“Ayeuna mah jiga mangkat ka cai (Seperti jalan ke toilet),” katanya sambil terkekeh, menggambarkan rutinitas harian yang sudah menjadi bagian hidup.
Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG #98: Maman, Tukang Lahang Keliling yang Semakin Langka
CERITA ORANG BANDUNG #99: Utang di Jalan Panjang Angkot Margahayu-Ledeng
Tiga Bulan Tanpa Pengunjung
Selama penyegelan, kehidupan di kebun binatang terasa timpang. Hewan-hewan tetap makan, kandang tetap dibersihkan, tapi denyut kehidupan nyaris tak terasa. Meski demikian, Usup bersyukur karena selama penutupan, gaji bulanan tetap dibayarkan penuh. Begitu juga dengan anggaran pakan, tidak ada pemotongan.
Namun rasa cemas tetap menyelimuti. Di rumah, sang istri yang membuka warung kecil selalu menantikan kabar baik. Apakah tempat Usup bekerja akan dibuka kembali? Apakah sang suami akan tetap bekerja?
Usup menyayangkan konflik kepemilikan ini sampai merembet ke kehidupan satwa dan karyawan.
“Aya nu ngarebut ieu kebon binatang, keun da engke Alloh ge uninga. Keun anu dzolim ka urang mah, keun na ge bakal aya akibatna. Ayeuna bade dibuka, tah eta nu ditunggu-tunggu ke karyawan teh [Ada yang merebut kebun binatang. Tuhan Maha Tahu. Orang yang zalim kepada kita nanti ada akibatnya. Sekarang kebun binatang mau dibuka, itu yang ditunggu-tunggu karyawan]," katanya penuh harap.
Usup dan para pekerja hanya ingin kepastian, kapan kebun binatang kembali hidup. Baginya hewan-hewan di kebun binatang jangan sampai terdampak konflik antarmanusia.
Harapan sempat muncul ketika police line dibuka pada Senin malam, 13 Oktober 2025. Humas Bandung Zoo Sulhan Syafi’i mengonfirmasi bahwa kebun binatang akan kembali beroperasi.
“Kami bersyukur police line sudah dibuka. Tugas kami melanjutkan pengabdian menjaga satwa di dalam Bandung Zoo,” ujarnya.
Sabtu, 19 Oktober 2025, Kebun Binatang Bandung dibuka gratis untuk warga. Ribuan orang datang, piknik, botram, dan melihat kembali hewan-hewan yang selama ini terkurung tanpa interaksi.
Namun kegembiraan itu hanya sesaat. Keesokan harinya Bandung Zoo kembali ditutup. Hingga kini belum ada kepastian soal status operasional kebun binatang ke depan.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB