DENGERIN WARGA: Bandung Butuh Jaringan Bus Umum yang Terkoneksi
Transportasi publik di Bandung runyam dan tak nyaman. Warga sudah lama merindukan jaringan angkutan umum yang saling terkoneksi.
Penulis Reza Khoerul Iman18 Desember 2025
BandungBergerak – Permasalahan transportasi publik di Kota Bandung bukanlah cerita baru. Ribuan keluhan sudah lama berkarat, dari jalur angkutan umum yang semrawut, moda transportasi umum yang tidak terintegrasi, hingga perjalanan harian yang melelahkan akibat kemacetan. Di tengah kekusutan ini, transportasi publik di Bandung justru gagal menjadi pilihan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan oleh warga.
Gambaran ini tercermin dari polling Instagram BandungBergerak berjudul “Transportasi Publik di Bandung masih saja runyam, apa yang mesti dibenahi?”, 16-17 Desember 2025. Hasilnya, dari 276 responden hampir setengahnya (49 persen) menilai solusi yang paling mendesak adalah memperbanyak bus umum yang saling terkoneksi. Sementara 37 persen lainnya sepakat untuk mendorong penataan ulang pengelolaan angkutan kota (angkot).
Di sisi lain, ada 12 persen responden yang merasa pembatasan kendaraan pribadi adalah akar permasalahannya, dan 2 persen lainnya memilih untuk mendorong pengaktifan kembali jalur sepeda.
Hasil polling tersebut semakin menguatkan bahwa persoalan utama transportasi publik di Bandung bukan semata jumlah moda, melainkan kealfaan pemerintah daerah menghadirkan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan terkelola dengan baik.
Beragam tanggapan dari warga di kolom komentar semakin menggambarkan kerunyaman transportasi di Bandung. Sejumlah warga menekankan pentingnya konektivitas antara bus dan angkot.
“Bus umum dan angkot tekoneksi, bukan cuma bus,” tulis @lithiumnitroda, sambil mengingatkan agar sistem pembayaran tetap inklusif dan tidak sepenuhnya bergantung pada metode nontunai.
Baca Juga: DATA SKOR INDEKS HAM KOTA BANDUNG 2020-2024: Tidak Kunjung Membaik
Data 10 Tender di Kota Bandung dengan Nilai Tertinggi Tahun 2024

Catatan lain muncul terkait kondisi jalanan Bandung yang sempit, titik halte yang membingungkan, serta perilaku pengendara yang belum mencerminkan layanan transportasi publik yang layak.
“Bus juga gak cocok di Bandung, jalanannya sempit banget. Saya ke mana-mana dari dulu pake angkot. Mending angkot saja dibenahi,” tulis akun @prdaana.
Ada juga yang sudah putus asa dengan sistem transportasi publik di Bandung karena pembangunan infrastruktur selalu memihak kepada pemilik kendaraan pribadi.
“Percuma bus dan angkot dibenahi kalau kendaraan pribadi masih bebas berkendara terutama satu mobil satu orang. Bandung akan makin heurin (sempit). Kualitas udara makin buruk,” tulis akun @berlian 13.
Selama transportasi publik di Bandung masih kusut dan tidak nyaman, beban kemacetan akan terus dialihkan kepada individu. Data dan suara warga ini memperlihatkan bahwa krisis transportasi publik di Bandung terletak pada minimnya visi, konsistensi, dan keberanian pemerintah untuk membangun sistem transportasi publik sekaligus melakukan pembenahan secara serius dan menyeluruh.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

