Lima Poin Kunci Pengelolaan Stadion GBLA Gedebage
Masa depan Stadion GBLA Gedebage, yang diproyeksikan menjadi markas Persib Bandung, bakal ditentukan oleh pilihan skema pengelolaan dan pengembangannya.
Penulis Tri Joko Her Riadi15 April 2021
BandungBergerak.id - Ketika pembangunannya mulai digulirkan pada oktober 2009 lalu, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage memikul sekian banyak harapan. Persib, klub sepakbola kebanggaan warga Bandung, akhirnya bakal punya stadion kandang yang berkelas internasional.
Dibangun di lahan seluas 16,9 hektare, Stadion GBLA mampu menampung 38 ribu bobotoh. Total duit rakyat yang digelontorkan mencapai Rp 545 miliar, terbagi dalam beberapa tahun anggaran.
Apa lacur, belum juga jadi pusat tontonan warga kota, stadion itu lebih dulu bertubi-tubi didera masalah. Temuan retakan pada konstruksinya berujung pada penyidikan kasus korupsi oleh polisi. Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) lantas menguatkan adanya ketidakberesan. Negara dirugikan hingga Rp 103 miliar dalam proyek raksasa tersebut.
Di luar kasus hukum itu, pengelolaan Stadion GBLA juga menemui kendala administratif. Satu dari tiga tahap proyek pembangunannya tidak kunjung diserahterimakan dari ke Pemerintah Kota Bandung. Prosesnya memakan waktu bertahun-tahun.
Deretan masalah itu membuat pemanfaatan Stadion GBLA jalan di tempat. Alih-alih memanjakan warga dengan tontonan-tontonan yang menghibur, stadion dengan rumput istimewa ini jadi bangunan setengah mangkrak yang terus-terusan menguras anggaran. Biaya perawatannya di kisaran Rp 2-3 miliar per tahun.
Masa depan Stadion GBLA nampaknya bakal ditentukan oleh pilihan skema pengelolaan dan pengembangannya. Ini lima poin kuncinya.
Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Setelah sempat bersikukuh mampu mengelola sendiri Stadion GBLA, Pemkot Bandung akhirnya sadar juga. Mengurus infrastruktur sebesar ini bakal memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Kerja sama dengan pihak ketiga menjadi skema yang dipilih dan dimatangkan setelah urusan administratif dengan pihak pengembang tuntas pada akhir 2020 lalu. Skema ini dimungkinkan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Kenapa harus dikerjasamakan? Karena kita tidak mungkin operasional lewat APBD. Harus kita kerjasamakan dengan orang lain,” tutur Wali Kota Bandung Oded M. Danial di Pendopo Kota Bandung, Rabu, 14 April 2021, dikutip dari siaran pers Humas Kota Bandung.
Penentuan siapa pihak ketiga yang akan menjadi pengelola Stadion GBLA dilangsungkan lewat proses lelang yang ditargetkan tuntas akhir tahun 2021. Saat ini Pemkot Bandung sedang menyiapkan kelengkapan syarat administrasinya.
Laik Fungsi
Salah satu isu krusial yang menyertai bergulirnya kasus korupsi dana proyek pembangunan Stadion GBLA adalah kelayakan infrastrukturnya. Temuan retakan-retakan akibat pergerakan tanah memunculkan kecemasan terkait keselamatan pengguna stadion. Bayangkanlah betapa dahsyat goncangan ketika 38 ribu orang berteriak dan melonjak-lonjak bersamaan ketika Persib mencetak gol.
Isu keselamatan ini mewarnai riwayat pemanfaatan Stadion GBLA dalam lima tahun terakhir. Beberapa rencana untuk menggunakan pertandingan atau perhelatan olah raga di stadion ini kandas.
Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Kota Bandung Eddy Marwoto, pada Rabu, 14 April 2021, memastikan pihaknya sudah mengantongi Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Untuk bisa memasuki proses lelang, dibutuhkan hasil dari studi kelayakan.
“Kita sudah memproses surat laik fungsi dan alhamdulillah sudah turun (terbit). Kita sedang menunggu dari pihak ketiga untuk feasibility study atau studi kelayakan,” katanya.
PT. Persib Bandung Bermartabat
Stadion GBLA sejak awal diniatkan dibangun sebagai markas Persib. Skema kerja sama dengan pihak ketiga yang sedang digulirkan Pemkot Bandung memungkinkan PT Persib Bandung Bermartabat ikut lelang dan memenanginya. Dengan demikian, pengelolaan klub Persib dan Stadion GBLA bisa dilakukan seiring sejalan secara profesional.
Kabar tentang ketertarikan PT. Persib Bandung Bermartabat untuk mengelola Stadion GBLA bukan barang baru. Komunikasi di antara kedua institusi itu sudah berkali-kali dilangsungkan. Beberapa rencana besar juga sempat digulirkan ke publik.
Ke depan, Stadion GBLA Gedebage bukan hanya melulu menjadi tempat bermain dan berlatih bagi para pemain Persib. Beberapa fasilitas baru akan ditambahkan. Selain toko cindera mata, juga direncanakan dibangun Museum Persib yang menampilkan penggal-penggal sejarah Maung Bandung.
Akses Pintu tol KM 149
Berada di kawasan Gedebage, yang berada di bagian timur Kota Bandung, pengelolaan dan pengembangan Stadion GBLA membutuhkan percepatan pembangunan infrastruktur pendukung. Salah satunya yang krusial adalah pembukaan akses pintu tol KM (Kilometer) 149 yang akan memperlancar mobilitas warga dan distribusi barang.
Wacana pembukaan akses pintu tol ini, sama seperti banyak rencana pembangunan di kawasan timur Bandung, sudah bergulir sejak lama. Namun sampai saat ini belum juga tuntas terwujudkan. Kewenangan memutuskan ada di pemerintah pusat.
"Kita tengah mengupayakan karena ini kebijakan pemerintah pusat. Kita sebagai pemerintah daerah terus berkoordinasi agar ini bisa lancar. Karena yang penting pemanfaatannya,” tutur Oded M. Danial.
Pelibatan warga dan Komunitas
Sebagai produk sebuah megaproyek, Stadion GBLA Gedebage sejak awal terasa berjarak dari warga dan komunitas yang menjadi basis utama pendukung klub sepakbola Persib Bandung. Ditambah lagi, muncul bertubi-tubi kabar miring tentang proyek tersebut. Dari praktik korupsi hingga isu keselamatan.
Orang bisa jadi apatis terhadap pengelolaan stadion yang sudah menghabiskan dana ratusan miliar rupiah ini. Menjadi tugas Pemkot Bandung, dan siapa pun mitra pengelola Stadion GBLA itu nanti, untuk menggandeng mereka. Dibangun dengan duit rakyat, pengembangan infrastruktur megah ini harus melibatkan warga dan memberikan manfaat kepada mereka.