• Kolom
  • BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #12: Pengadilan, Surat Kabar Berbahasa Melayu Pertama di Bandung

BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #12: Pengadilan, Surat Kabar Berbahasa Melayu Pertama di Bandung

Pengadilan merupakan mingguan berbahasa Melayu diterbitkan De Vries & Fabricius di Bandung untuk memperkenalkan bumiputra dengan hukum dan yurisprudensi Belanda.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Nomor perdana surat kabar Pengadilan, Sabtu, 1 Januari 1898. Ini merupakan edisi resmi setelah terbitnya dua nomor contoh pada November dan Desember 1897. (Sumber: Perpustakaan Nasional RI)

11 Oktober 2023


BandungBergerak.id – Surat kabar pertama yang berbahasa Melayu di Bandung ternyata bertaut dengan Jacob Roelof de Vries. Namanya Soerat Kabar Pengadilan dan nomor contohnya mulai diterbitkan pada hari Sabtu, 13 November 1897. Saya sendiri beruntung dapat mengakses koleksi Perpustakaan Nasional RI untuk menelusuri isinya, paling tidak hingga edisi 2 April 1898.

Pada halaman pertama edisi perdana nomor contoh, terbaca bahwa surat kabar tersebut “Terbit pada pertjitakan firma De Vries & Fabricius di Bandoeng”, di tengahnya ada lambang Kerajaan Belanda berupa dua singa saling berhadapan dan memeluk mahkota, keterangan “Hoofd-redacteur: G. Francis di Batavia”, di bawahnya “Keloewar tiap-tiap hari SAPTOE di Bandoeng”. Fakta-fakta tersebut disusul dengan harga berlangganan dan memasang iklan. Harga berlangganannya f. 10 untuk satu tahun dan f. 1 untuk satu bulan, sementara iklannya seharga 20 sen untuk lima kata dan sekali memasang iklan tidak boleh kurang dari f. 1.

Penjelasan latar belakang penerbitan Pengadilan dibaca dari pengumuman De Vries & Fabricius dan penjelasan yang ditulis G. Francis dengan titimangsa Batavia, 10 November 1897. Dari “Pembrien tahoe!” terbaca, “Kepada sekalian sobat-sobat pembatja, maka dari ini Soerat Kabar Pengadilan di keloearken pada boelan November satoe kali dan boelan Desember satoe kali dengan tiada … (tidak terbaca) .. dan moelai keloewar 1 Januari 1898, keloewarnja satoe Monggoe satoe kali …

Sementara penjelasan Francis diberi tajuk “Pada sekalian pembatja!”. Pada paragraf pertama ia menulis: “Soedah bebrapa lamanja kami ada ingaran boeat mengeloewarken soewatoe kabar ketjil jang mana sebeloennja daripada karangan jang biasa, ada disertaken djoega dengen gambarnja satoe doewa roepa hal, jang soedah kedjadian disini, atawa dilaen-laen negri soepaja sambil membatja karangan jang endah-endah dapatlah djoega dilihat gambarnja dari hal jang di tjeritaken dalem karangan jang terseboet itoe … Perwujudannya ia utarakan pada paragraf kedua, “Maka baroe sekaranglah dapat dikaboelken maksoed kami itoe, dengan pertoeloengan toean-toean De Vries & Fabricius, toekang tjitak di Bandoeng”.

Selanjutnya, ia menyatakan karena di Bandung (dan Hindia Belanda secara umum) tidak ada yang pandai menggambar, terpaksa ia memesan gambarnya dari Eropa, yang akan dikirimkan setiap minggu. Untuk isi surat kabarnya ia akan memasukkan berbagai karangan seperti dongeng, sair, pantun, pengetahuan umum tetapi yang paling penting adalah tulisan tentang aturan hukum dan pemerintahan Hindia Belanda yang penting untuk diketahui (“Sjahadan, maka selaennja dari gambar-gambar dan karangan jang bergoena pada pembatja dari segala tjeritera dongeng, sair, pantoen dan roepa-roepa ilmoe pengetahoewan, maka paling perloe di dalam ini soerat kabar kami hendak masoekkan roepa-roepa karangan fasal atoeran hoekoem dan pemerintahan negri sekedar jang dirasa bergoena”). Untuk keperluan tersebut, ia mendapatkan batuan dari P. L. A. Collard, guru ilmu hukum di sekolah priyayi di Magelang.

Menariknya, di ujung penjelasannya Francis memberitahu edisi-edisi surat kabar itu dapat dijahit dan dijilid untuk setiap tahunnya, sebagai koleksi yang berharga di rumah (“Tiap-tiap tahon soerat kabar ini boleh didjahit hingga mendjadi satoe djilid jang tebal, maka haroeslah sekalian sahabat menaroh soewatoe kitab ini didalam roemahnja, seperti soewatoe barang permata jang amat endahnja dan amat besar harganja, djoewa adanja”).

Masih di halaman pertama, ada artikel bertajuk “31 Augustus 1898” sebagai hari raya bagi bangsa Belanda karena terkait dengan “Sri Baginda Wilhelmina” yang ditulis oleh Mr. C. di Magelang pada 10 Oktober 1897. Pada halaman kedua tersaji “Vonnis Raad Justitie di Batawi tanggal 4 December 1885, perkaranja Kan Tjeng Soen” yang ditulis redaktur Pengadilan. Di halaman ketiga ada tulisan pendek berjudul “Bangsa Japan” dan ada dua iklan yang dipasang, yaitu Toko Makassar merk Goan Hong di Pasar Pisang, Batavia, dan A.Corner di Rijswijk, Welverden. Halaman empat seluruhnya berisi iklan. Di halaman lima ada tulisan “Hal Saksi-saksi” dan “Seri Deminggoe”.

Halaman enam berisi hiburan berupa tebak-tebakan, teka-teki, dan dongeng berjudul “Hikajat seorang laki-laki jang ditambah oemoernja”. Dongengnya bersambung ke halaman tujuh yang juga berisi beberapa iklan. Untuk rubrik hiburan, semuanya diberi ilustrasi berupa gambar-gambar. Halaman delapan hingga sepuluh, seluruhnya berisi iklan.

Tanggapan Edisi Perdana

Atas terbitnya Pengadilan, beberapa surat kabar menyambutnya dengan antusias. De Preanger-bode edisi Senin, 15 November 1897 menjelaskan pada hari Sabtu surat kabar berbahasa Melayu Pengadilan muncul untuk pertama kalinya dari De Vries & Fabricius di Bandung. Ini konon perwujudan atas keinginan banyak bumiputra yang bergairah menunggu terbitnya surat kabar di Priangan. Edisi pertama Pengadilan, berisi sepuluh halaman, disunting editor ahli. Termasuk sejumlah bagian yang dimasukkan. Beberapa kasus pengadilan juga dimuat, sehingga nama surat kabarnya cukup terjustifikasi, dan beberapa potong humor, dan dua teka-teki berhadiah yang dapat menarik minat para pembacanya.

Sehari berikutnya, Java-bode edisi 16 November 1897 mengabarkan mulai 1 Januari 1898, firma De Vries & Fabricius di Bandung akan menerbitkan surat kabar mingguan berbahasa Melayu di bawah redaktur G. Francis. Surat kabar yang nomor contohnya sudah diterbitkan itu disebut Pengadilan dan disunting menggunakan dialek Riau yang cenderung murni. Artikel-artikel akan diberi ilustrasi sebanyak mungkin dengan gambar-gambar, anekdot-anekdot, teka-teki, dan lain-lain, sehingga mingguan tersebut akan sangat populer di tengah-tengah warga bumiputra yang memang menjadi sasaran surat kabar tersebut.

Sedangkan, Bataviaasch Nieuwsblad memasang iklan Pengadilan pada edisi 19 November 1897 dan 26 November 1897 bahkan mengabarkan rencana De Vries & Fabricius untuk menerbitkan surat kabar berbahasa Sunda, di samping De Preanger-bode, De Kinder-courant, De Protestant dan Pengadilan. Tentu saja, De Preanger-bode tak ketinggalan turut mengiklankan pengadilan dalam berbagai edisinya, seperti pada edisi 2 Desember 1897 dan 9 Desember 1897.

Perkembangan Selanjutnya

Nomor contoh kedua Pengadilan terbit pada Sabtu, 18 Desember 1897. Di halaman pertamanya tersaji beberapa informasi penting terkait penerbitan surat kabar tersebut. Antara lain dalam “Peringetan”, redaksi menyatakan agar surat-surat yang berkaitan dengan redaksi dikirimkan ke G. Francis di Batavia (“segala soerat-soerat perkara Redaksie pada alamat toean G. Francis Redakteur PENGADILAN di Batavia [djangan dikirim ka Bandoeng, sebab toean Francis ada tinggal di Batavia]”), sementara urusan di luar redaksi dialamatkan ke De Vries & Fabricius “karana ini soerat kabar ditjitak disana dan dari sana dikirimken teroes pada langganannja”.

G. Francis menulis “Kepada sekalian sahbat pembatja!” dari Batavia tanggal 17 Desember 1897. Di antaranya dia menyatakan, “Setelah tersiar tjonto jang pertama, daripada soerat kabar ini, dari koeliling tempat, di dalam dan di loewar poelo Djawa, kami telah mendapat tiada laen daripada poedjian hal tjitakan dan karangan soerat kabarkoe ini!”

Oleh karena itu, ia menyatakan terima kasih atas sokongan yang datang dari sana-sini. Lebih khususnya, dalam tulisan “Pembrian Tahoe!”, Francis menyatakan berterimakasih kepada Babah Lie Kim Hok dan Tan Tjhan Hie di Batavia, Tjoea Tjoe Kwan di Solo, Mr. Na Tian Piet di Singapura, Badarel Firdaus (mantri guru), dan Abdul Wahid di Tanjungkarang, Lampung. Katanya, “Semoewa orang ini memang telah masjhor namanja sangat pandei di dalam ilmoe karang mengarang jang bergoena pada sekalian pembatja, maka boleh diharap soerat kabar ini mendjadi tambah-tambah rameinja dengan bantoean marika itoe”.

Pada nomor pertama edisi resminya, yaitu Sabtu, 1 Januari 1898, Francis masih menjadi pemimpin redaksinya. Demikian pula pada nomor 2, 8 Januari 1898 hingga nomor tujuh, 19 Februari 1898. Namun, sejak nomor delapan, 5 Maret 1898, pemimpin redaksi Pengadilan dijabat oleh R. Brons Middel. Mengenai hal ini, De Vries & Fabricius sebagai penerbit surat kabar mengumumkan perubahannya dalam tulisan “Berita kepada pembatja”.

Di situ, mereka menyatakan “Maka sebab segala karangan dan soerat kiriman jang dikirim dari kantor redactie di Betawi ka pertjitakan di Bandoeng lambat datengnja sampai itoelah mendatangken soesah dan sangkoetan kepada toewan-toewan Uitgever soepaja soerat chabar Pengadilan dapat dikeloewarkennja pada harinja jang tentoe, maka toewan-toewan Uitgever (jang mengeloewarken) telah menentoeken maka redactie Pengadilan itoe diserahkennjalah kepada toewan R. Brons Middle di Bandoeng, soepaja soerat chabar itoe boleh keloewar pada tiap-tiap hari Saptoe”.

Pergantian pemimpin redaksi itu juga diwartakan De Preanger-bode edisi 3 Maret 1898. Di dalamnya dikatakan, Pengadilan yang semula berada di bawah pemimpin redaksi G. Francis untuk selanjutnya akan diedit oleh R. Brons Middel. Selain itu, diwartakan Jacob Roelof de Vries telah membeli perusahaan toko buku dan percetakan Gebr. Smits di Bandung, demi keperluan De Vries & Fabricius.

Edisi terakhir Pengadilan yang terdapat dalam koleksi Perpustakaan Nasional adalah edisi nomor 12, 2 April 1898. Pada saya timbul pertanyaan apakah dengan kondisi yang tiada saingan di Bandung khususnya dan Priangan umumnya disertai dengan pembelian percetakan itu justru menyebabkan Pengadilan menjadi mundur? Atau adakah alasan lainnya? Salah satu jawabannya dapat kita simak dari surat pembaca di NBH yang dimuat ulang dalam De Preanger-bode edisi 9 Mei 1898.

Si pembaca menulis bahwa Pengadilan, mingguan berbahasa Melayu, itu utamanya ditujukan untuk urusan hukum dan pengadilan, diciptakan setengah tahun lalu oleh Francis di Batavia, dibantu oleh Collard, guru ilmu hukum dan ilmu-ilmu yang berkaitan lainnya di sekolah priyayi di Magelang, dan diterbitkan De Vries & Fabricius. Tujuan publikasinya untuk memperkenalkan warga bumiputra dengan buku-buku hukum dan yurisprudensi Belanda dengan cara yang dapat dipahami. Meski demikian, jumlah pelanggannya sangat terbatas, sehingga penerbitan Pengadilan enggan dilanjutkan. Apalagi Francis telah mengundurkan diri beberapa bulan lalu. Dan meski telah digantikan Brons Middel, guru berbakat dari sekolah priyayi di Bandung, sakitnya surat kabar ini tak nampak lagi sebagai kejutan dan tidak lama kemudian telah menyerah.

Bila membaca uraian si pembaca, saya pikir bulan April memang akhir penerbitan Pengadilan dan pada awal Mei 1898 Pengadilan sudah tidak lagi diterbitkan. Dengan demikian, surat kabar tersebut hanya bertahan 12 nomor atau 12 minggu ditambah dua nomor contoh yang terbit pada November dan Desember 1897.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//