• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Merebut Wacana Islam Progresif, Kaum Santri Bersatulah!

MAHASISWA BERSUARA: Merebut Wacana Islam Progresif, Kaum Santri Bersatulah!

Pendekatan Islam progresif menjadi pintu bagi santri untuk memiliki pemahaman yang terbuka dan pemahaman Islam yang lebih inklusif.

Tegar Afriansyah

Mahasiswa Ilmu Sosiologi di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta.

Umat Islam usai melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Bandung, 13 Mei 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

21 Oktober 2023


BandungBergerak.id – Dinamika sosial dan politik di kalangan umat Islam telah memunculkan berbagai wacana. Salah satu wacana yang menarik adalah Islam progresif, yang melihat Islam tidak hanya sebatas hubungan dengan Tuhan. Melainkan sebagai sebuah pendekatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, terutama dalam melawan bentuk-bentuk ketidakadilan yang terjadi di sekitar. Wacana Islam progresif menawarkan nilai-nilai Islam yang inklusif, keadilan sosial dan keterlibatan umat Islam dalam partisipasi politik yang substansial.

Wacana Islam progresif terus diupayakan untuk mendapatkan tempat dalam diskursus keislaman yang akhir-akhir ini cenderung tidak substansial dan kusut. Pada titik ini, kaum santri sebagai kelompok yang memiliki keterikatan kuat dengan tradisi keagamaan melalui pendidikan pesantren memegang peranan penting dalam mengartikulasikan pesan Islam progresif di kalangan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, wacana Islam progresif merebak di mimbar-mimbar dan lorong-lorong pesantren. Nilai-nilai Islam progresif kemudian mendorong kalangan pesantren dan santri untuk memiliki pandangan yang terbuka dan lebih terlibat dalam melihat ketidakadilan di sekitarnya.

Nilai itulah yang kemudian membedakan partisipasi politik yang ditawarkan dalam wacana Islam progresif dengan kelompok politik Islam fundamentalis. Setidaknya ada dua perbedaan di antara keduanya, yaitu dalam paradigma dan praktik Islam, yang kemudian berpengaruh pada cara pandang dalam penafsiran, pendekatan terhadap perubahan sosial, dan pemahaman terhadap nilai-nilai agama. Islam progresif lebih menekankan pada wacana yang lebih terbuka, kemajuan ilmu pengetahuan dan adaptasi terhadap perkembangan zaman sehingga melahirkan pembaharuan pemikiran dan pemaknaan terhadap nilai-nilai agama Islam yang berorientasi pada perubahan, terutama membela mereka yang tertindas.

Sementara itu, partisipasi politik dalam kerangka Islam fundamentalis merupakan pemahaman sempit tentang keterlibatan umat Islam dalam kehidupan publik. Partisipasi politik dalam pandangan Islam fundamentalis hanya diposisikan sebagai upaya umat Islam untuk memperebutkan ideologi negara melalui penaklukan pemikiran yang tidak jarang berujung pada kekerasan. Kelompok ini juga masih menggunakan pendekatan konservatif dalam memahami Islam. Mereka menekankan pemahaman literal terhadap teks-teks suci, seperti Al-Quran dan hadis. Mereka percaya bahwa Islam harus dipahami dan diikuti sesuai dengan tradisi lama dan pemahaman yang kaku.

Dengan demikian, Islam progresif diupayakan sebagai sebuah pendekatan untuk merebut wacana keislaman untuk mendorong pembaruan kultural di kalangan pesantren dan santri agar inklusif, segar, dan terbuka. Hal ini karena pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional memiliki peran penting dalam membentuk identitas santri. Selama ini, karakter, moral, dan pemahaman keagamaan para santri dilandasi oleh pemahaman Islam yang konservatif dan ketat. Pendekatan Islam progresif menjadi pintu bagi santri untuk memiliki pemahaman yang terbuka dan pemahaman Islam yang lebih inklusif. Santri-santri muda saat ini cenderung mencari pemahaman yang lebih relevan dengan tantangan masa kini, dan hal ini menjadi dasar partisipasi politik mereka dalam merebut wacana Islam progresif.

Partisipasi Politik Santri

Partisipasi politik santri mencakup berbagai bentuk, termasuk terlibat dalam proses pemilihan umum, mendukung gerakan sosial dan advokasi, serta berpartisipasi dalam dialog dan debat terkait isu-isu agama dan politik. Ada beberapa motivasi yang mendorong partisipasi politik santri dalam merebut wacana Islam yang progresif, yakni perubahan kontruksi sosial dan perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi informasi, terutama internet dan media sosial telah membuka akses ke berbagai macam pandangan dan pemikiran. Santri yang lebih muda memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber-sumber informasi yang mencakup pemahaman Islam yang lebih inklusif dan progresif. Beberapa santri percaya bahwa partisipasi politik adalah sarana untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat dan negara mereka. Mereka melihat politik sebagai cara untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Santri dengan pandangan Islam progresif cenderung memiliki pemahaman agama yang mencakup nilai-nilai inklusi, keadilan sosial, dan dialog antar agama. Mereka melihat agama sebagai sarana untuk mencapai perdamaian dan kesejahteraan. Dalam konteks partisipasi politik santri dan upaya mereka untuk merebut wacana Islam progresif, ada beberapa teori pendukung yang dapat membantu kita memahami fenomena ini secara lebih mendalam.

1) Sosialisasi Politik:

Sosialisasi politik menekankan pada peran lingkungan dan pengaruh sosial dalam membentuk perilaku politik individu. Bagi santri, pesantren adalah lingkungan utama tempat sosialisasi politik mereka berlangsung. Pesantren memainkan peran penting dalam membentuk identitas politik santri. Namun, perubahan sosial dan teknologi informasi telah memperluas lingkungan sosialisasi politik mereka, sehingga mereka terpapar dengan berbagai pandangan dan pemikiran politik. (Paul Allend Beck, 2019)

2) Mobilisasi Sosial:

Mobilisasi sosial menekankan pada peran gerakan sosial dan kelompok advokasi dalam memobilisasi individu untuk berpartisipasi dalam politik. Santri dengan pandangan Islam progresif sering terlibat dalam system sosial yang mempromosikan nilai-nilai keadilan sosial dan kebebasan. Mereka terinspirasi oleh nilai-nilai agama mereka untuk berpartisipasi dalam perjuangan untuk perubahan sosial yang positif. (Charles Tilly, 2017)

3) Partisipasi Politik:

Partisipasi Politik mencakup berbagai system yang mempengaruhi subjek untuk terlibat secara penuh. Seperti, motivasi individu, akses terhadap sumber daya, dan persepsi terhadap system politik. Santri yang terlibat dalam partisipasi politik sering kali memiliki motivasi yang kuat berdasarkan nilai-nilai Islam yang progresif. Mereka juga dapat memanfaatkan akses terhadap sumber daya dan jaringan teknologi informasi yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan politik. (Gabriel A. Almond 2019).

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Inovasi Beton Ramah Lingkungan Hasil Olahan Limbah Batubara
MAHASISWA BERSUARA: Menyoal Isu Lingkungan, dari Propaganda Politik hingga Kesadaran Anak Muda
MAHASISWA BERSUARA: Menerapkan Wind Damper ala Taipei 101 untuk Mengurangi Dampak Gempa pada Gedung Tinggi

Pesantren Progresif di Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tak heran jika pondok pesantren menjamur dan tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Baik yang ada di kota maupun yang ada di desa-desa. Di berbagai pondok pesantren yang telah menjamur tersebut, ada yang memiliki kurikulum, yang mengajarkan para santrinya untuk memiliki paradigma yang kritis dan progresif. Seperti: Pondok Pesantren Nurul Jadid di Jember, Jawa Timur, Pondok Pesantren Misykat Al Anwar di Bogor, Jawa Barat, Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur, Pondok Pesantren Al Mizan di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan masih banyak lagi Pondok Pesantren yang memiliki ciri khas Islam Progresif.

Laporan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama mencatat ada 4,37 juta santri yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2020/2021. Para santri tersebut tersebar di 30.494 pondok pesantren. Bayangkan, jika jutaan santri yang disebutkan oleh Kementerian Agama tersebut merebut wacana Islam yang progresif. Barangkali, hari santri nasional akan dijadikan ajang konsolidasi untuk melawan kekuasaan yang lalim yang abai terhadap kehidupan umat.

Tantangan dan Potensi

Partisipasi politik kaum santri dalam merebut wacana Islam progresif menghadapi sejumlah tantangan yang harus diatasi. Pertama, mereka menghadapi resistensi dari partai-partai konservatif yang cenderung mempertahankan pandangan Islam yang ketat. Santri yang mencoba mengartikulasikan Islam progresif sering kali dihadapkan pada kritik dan resistensi dari kalangan tradisional.

Kedua, akses terhadap literatur dan sumber-sumber yang mendukung Islam progresif mungkin terbatas di lingkungan pesantren atau tradisional. Para santri yang ingin memahami Islam progresif sering kali harus mencari sumber-sumber tersebut di luar pesantren. Ketiga, ada hambatan dan tekanan sosial yang mungkin dihadapi oleh para santri yang terlibat dalam partisipasi politik. Beberapa komunitas mungkin melihat aktivisme politik sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan tradisi pesantren atau pandangan agama.

Namun, potensi partisipasi politik santri dalam merebut wacana Islam progresif sangat besar. Mereka dapat membantu mengembangkan pemahaman Islam yang lebih inklusif, relevan, dan berorientasi pada keadilan sosial. Dengan mengatasi tantangan dan terus bekerja untuk mempromosikan pemahaman ini, mereka memiliki potensi untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat dan politik.

Santri yang memiliki akar kuat dalam tradisi keagamaan melalui pesantren telah menjadi agen perubahan dalam mempromosikan nilai-nilai Islam yang lebih inklusif, progresif, dan berorientasi pada keadilan sosial. Dalam perjalanannya untuk merebut wacana Islam progresif, mereka menghadapi perlawanan, hambatan, dan tekanan sosial. Namun, dengan pemahaman keagamaan yang progresif, mereka terus berusaha untuk menciptakan perubahan positif.

Bersatulah para santri!

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//