• Cerita
  • Setelah Bandang Menerjang Lamajang Peuntas

Setelah Bandang Menerjang Lamajang Peuntas

Ratusan warga Lamajang Peuntas dipaksa mengungsi akibat bandang yang memporak-porandakan kampung mereka. Nestapa yang terus berulang di Bandung selatan.

Kampung Lamajang Peuntas, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung porak-poranda diterjang bandang Kamis, 11 Januari 2024 . (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Prima Mulia14 Januari 2024


BandungBergerak.id - Bangkai-bangkai sepeda motor teronggok begitu saja di sudut kampung saat warga dibantu petugas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum membersihkan akses jalan dan membuat benteng karung pasir untuk menambal tanggul Sungai Cigede yang jebol di Kampung Lamajang Peuntas, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Minggu, 14 Januari 2024. Kampung itu porak-poranda diterjang bandang empat hari sebelumnya.

Warga bergotong-royong membersikan lumpur tebal dalam gang dan secara estafet mengumpulkannya di jalan desa. Sebuah ekskavator mini bersiaga di jalan desa dekat jembatan. Alat berat ini nantinya dipakai untuk mengambil lumpur dan tanah yang sudah terkumpul.

Sisa-sisa rumah yang roboh dihantam bandang, belum bisa diperbaiki oleh penghuni yang jadi pengungsi, Minggu, 14 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Sisa-sisa rumah yang roboh dihantam bandang, belum bisa diperbaiki oleh penghuni yang jadi pengungsi, Minggu, 14 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Dahsyatnya air bah ketika tanggul jebol akibat tak kuat menahan debit air sungai pada Kamis 11 Januari 2024 lalu terlihat jelas dari lumpur-lumpur yang menutup semua akses jalan dan gang di kampung. Beberapa rumah jebol dan hampir runtuh konstruksinya. Nyaris tak ada yang tersisa dari rumah-rumah itu.

Lumpur juga menggenangi ruang dalam rumah-rumah warga. Perabotan jungkir balik dan rusak, sepeda motor terendam tanah dan lumpur, material sampah banjir serta material bangunan rumah menumpuk di teras dan halaman-halaman rumah warga.

Ruangan-ruangan rumah di permukiman menyisakan bukti dahsyatnya amukan bandang. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Ruangan-ruangan rumah di permukiman menyisakan bukti dahsyatnya amukan bandang. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

"Waktu itu Kamis sore air datang seperti gelombang, cepat sekali. Nggak ada tanda-tanda mau banjir. Kemarin itu kayak ombak aja yang datang, saya sama suami dan anak naik ke atap rumah. Gak ada yang dibawa kecuali pakaian yang melekat. Untung tas isi uang untuk bayaran sekolah anak-anak sempat diambil saat terapung di air dalam rumah," ucap Dwi, 53 tahun, ibu dua anak yang rumahnya rusak diterjang banjir bandang di Kampung Lamajang Peuntas. 

Dwi hanya memiliki satu pakaian yang saat ini dikenakannya. Yang lainnya hanyut oleh bandang. Beruntung, sekolah memberikan bantuan seragam anak-anaknya. Beberapa kawan anaknya juga turut menyumbang seragam.

Warga mengungsi di ruang laboratorium SMPN 1 Dayeuhkolot, membutuhkan bantuan berbagai kebutuhan dasar.(Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Warga mengungsi di ruang laboratorium SMPN 1 Dayeuhkolot, membutuhkan bantuan berbagai kebutuhan dasar.(Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Merujuk data yang dilansir BPBD Kabupaten Bandung, tercatat sedikitnya 2.423 rumah di Desa Citeureup terdampak banjir dan ratusan keluarga harus mengungsi. Jumlah total pengungsi di Desa Citeureup sebanyak 556 jiwa yang tersebar di beberapa titik pengungsian. Salah satunya di ruang laboratorium SMPN 1 Dayeuhkolot.

Selain bahan makanan, pengungsi korban banjir bandang Kampung Lamajang sangat membutuhkan pakaian, perlengkapan tidur, perlengkapan sanitasi pribadi, dan perlengkapan sekolah. Saat bencana banjir bandang menghantam kampung, pakaian yang tersisa hanya yang mereka pakai saja.

Warga bergotong-royong memperbaiki tanggul Sungai Cigede yang jebol dan memicu bandang. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Warga bergotong-royong memperbaiki tanggul Sungai Cigede yang jebol dan memicu bandang. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Bantuan bahan pangan terlihat cukup banyak masuk ke salah satu ruangan posko di SMPN 1 Dayeuhkolot. Namun penyalurannya dikeluhkan kurang merata.

"Dari hari pertama sampai sekarang bantuannya lambat,” kata salah seorang warga yang tengah kerja bakti membuat tanggul karung pasir di Sungai Cigede. “Kami warga juga kan perlu bantuan bahan pangan."

*Kawan-kawan bisa menikmati karya-karya lain Prima Mulia, atau artikel-artikel lain tentang Banjir Bandung

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//