• Berita
  • PILWALKOT BANDUNG 2024: Belum Sepenuhnya Mewadahi Aspirasi Kawan-kawan Difabel

PILWALKOT BANDUNG 2024: Belum Sepenuhnya Mewadahi Aspirasi Kawan-kawan Difabel

Sebanyak 8.545 orang kawan difabel di Kota Bandung tidak boleh dipandang sebagai angka. Pemerintah perlu memperhatikan aspirasi dan aksesibilitas untuk mereka.

Kawan difabel di Masjid Al Jabbar, Bandung, Sabtu, 7 September 2024. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Awla Rajul12 Oktober 2024


BandungBergerak.idEmpat pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung yang berlaga di Pilwalkot Bandung 2024 telah bergerak melakukan kampanye untuk meraih simpati publik pemilih. Poster serta baliho pun banyak mejeng di jalanan. Sayangnya, masih terdapat pemilih difabel yang belum mengetahui siapa saja para paslon Pilwalkot Bandung 2024, apalagi mengetahui visi-misi yang diusung mereka.

“Banyak (difabel) yang belum tahu loh calonnya. Sekarang gimana mau tau visi-misi kalau ternyata belum semuanya juga mereka kenal dengan calonnya. Jadi sebenarnya yang harus diketahui adalah calon-calon dulu,” ungkap Direktur Eksekutif Cahaya Inklusif Indonesia (CAI), Kustini, kepada BandungBergerak.id melalui telepon, Rabu, 9 Oktober 2024.

Meski sudah banyak poster dan baliho para paslon yang bertebaran di jalanan, Kustini menilai metode itu belum bisa menjangkau seluruh ragam difabel, terutama difabel yang terbatas dengan penglihatan. Sehingga ia merasa cukup wajar masih banyak difabel yang belum mengenal para paslon. Penyebaran informasi yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu melalui akun Instagram resminya juga dinilai belum cukup maksimal. Sebab belum semua ragam difabel bisa mengoperasikan dan atau mampu mengaksesnya.

Selain itu, sosialisasi dinilai masih lebih banyak dilakukan oleh penyelenggara pemilu dibandingkan oleh para paslon. Kustini mendorong agar para paslon melakukan “pengenalan diri” kepada kelompok difabel, baik melalui organisasinya, komunitas, individu di tengah masyarakat, kelompok pendamping, orang tua, dan lainnya.

“Nah itu kami belum liat ke arah sana (mengenalkan diri ke kelompok difabel),” tambahnya.

Kustini memberi catatan, penyelenggara pemilu memang mengundang beberapa organisasi difabel dalam kegiatan deklarasi. Tetapi, beberapa organisasi itu tidak mewakili seluruh difabel. Makanya, upaya sosialisasi yang lebih masif perlu dilakukan, baik oleh penyelenggara pemilu maupun para paslon.

“Kalau melihat visi-misi masih sangat normatiflah. Mungkin nanti kita bisa liat pada saat debat misalnya, mengorek. Kalau baca ini (visi-misi) aja kan belum secara gamblang menggambarkan bahwa mereka memiliki keberpihakan kepada disabilitas,” ungkap Kustini menanggapi soal visi-misi keempat paslon Pilwalkot Bandung 2024.

Senada dengan Kustini, Sekretaris Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia Kota Bandung, Tri Nur Subhi, menyebut banyak teman-teman difabel di organisasinya yang belum mengetahui visi-misi para paslon. Hal itu terjadi lantaran masih jarang disabilitas terlibat atau hadir dalam kampanye para paslon.

Meski begitu, Tri menilai semua paslon sudah menaruh beberapa kata kunci dalam visi-misinya yang menyinggung keberpihakan terhadap disabilitas, seperti inklusif, tata ruang, dan mobilitas. “Dari beberapa paslon kan ada kata-kata itu, tapi masih buram karena belum ketemu dengan para paslon,” terangnya ketika dihubungi Rabu, 9 Oktober 2024.

Sementara Direktur BILIC, Zulhamka Julianto menilai, hanya paslon nomor urut 2, Arfi – Yena yang menaruh kata “inklusif” di visi mereka. Sementara tiga paslon lainnya menaruh kata inklusif di dalam misi.

“Misi itu kan turunan dari visi. Dari secara ini sih memang nomor 2, tapi bukan berarti saya juga pendukungnya, kalau saya lihat dari visi-misinya,” kata Julianto via telpon, Rabu, 9 Oktober 2024. "Saya sih harapannya itu masuk ke visinya. Karena ketika udah di visi, itu tujuan besar yang harus benar-benar dicapai.”

Baca Juga: PILWALKOT BANDUNG 2024: Jadwal Tahapan, Jumlah DPT, Visi-Misi, dan Nomor Urut Empat Pasangan Calon
PILWALKOT BANDUNG 2024: Pemilih Pemula Kota Bandung Membutuhkan Pendidikan Politik
PILKADA JABAR 2024: Nomor Urut Para Kontestan Pilgub Jabar 2024, Pilwalkot Bandung 2024, Pilbup Bandung 2024, Pilbup Bandung Barat 2024

Aspirasi Difabel untuk 4 Paslon Pilwalkot Bandung 2024

Kustini mempertanyakan, apakah ada paslon Wali Kota Bandung yang melibatkan kawan-kawan difabel sebagai tim sukses. Menurutnya, seharusnya ada pelibatan difabel dalam tim sukses. Itu merupakan bentuk keterlibatan difabel dalam berpolitik.

Sementara Tri berharap, setiap paslon Wali Kota Bandung melakukan kampanye yang inklusif. Dalam kegiatan kampanye, mestinya menyediakan ruang untuk ragam difabel. Tri menegaskan, kampanye bukan dilakukan khusus untuk difabel, sebab akan menunjukkan kesan ekslusifitas. Tetapi, kampanye dilakukan secara inklusif dengan memilih tempat yang representatif dan aksesibel bagi ragam difabel.

“Harapannya sih kalau kami, disabilitas itu kan sebenarnya sedikit ya, apalagi tunanetra dari seluruh disabilitas yang ada di Kota Bandung, paling hanya nol koma dari pemilih umum. Jadi dari pemilih yang sedikit ini, mereka lebih memperhatikan kebutuhannya. Ketika menjabat sebagai Wali Kota, apa sih inklusif bagi mereka, kita pengin tahu nih dari masing-masing paslon. Biar nanti ke depan ketika membuat kebijakan, aturan, tata ruang itu melibatkan disabilitas,” kata Tri.

Selain itu, momen Pilkada juga seharusnya dimanfaatkan untuk memaksimalkan keterlibatan disabilitas. Meski terbilang sebagai kelompok minoritas dan rentan, Tri percaya diri, teman-teman ragam difabel memiliki banyak potensi. Siapa pun pemimpin Kota Bandung, perlu menonjolkan potensi yang dimiliki para difabel dengan aksesibilitas.

“Bukan bantuan sosial, tapi akses,” tegasnya.

Adapun Julianto, merasa bersyukur sebab penyelenggara pemilu beberapa kali melibatkan pihaknya dalam kegiatan deklarasi. Kegiatan macam itu menjadi momen bagi teman-teman difabel untuk menyampaikan pandangan inklusif kepada keempat paslon Wali Kota.

“Dengan sudah tahu itu, siapa tahu dia bisa menjadi agen perubahan untuk mendukung awareness terhadap disabilitas yang kita harapkan semuanya mendapatkan sosialisasi terkait inklusivitas,” katanya.

Baginya, bukan ramah disabilitas yang penting, tetapi aksesibilitas. Aksesibilitas adalah sarana kemudahan bagi orang yang mengaksesnya. Artinya aksesibilitas untuk seluruh kalangan, disabilitas, lansia, ibu hamil, dan lainnya. Aksesibilitas perlu memperhatikan aspek kemudahan, keselamatan, keamanan, dan kemandirian dengan penerapan konsep universal design.

“Nah bagaimana menuju inklusi ya harus terpenuhi aksesibilitasnya, tersedia akomodasi yang layak dengan mengedepankan konsep universal design dan informasinya yang inklusif,” kata Julianto.

Julianto berharap siapa pun yang akan menduduki tampuk kepemimpinan Kota Bandung lima tahun mendatang, haruslah bisa saling berkoordinasi antardinas dan masyarakat. Agar kebijakan maupun program yang digulirkan nantinya tidak mengorbankan rakyat.

Adapun 8.545 orang atau 0,48 persen pemilih difabel di Kota Bandung diharap tidak dipandang semata sebagai angka. Pemerintah perlu memperhatikan aspirasi dan mendukung penuh aksesibilitas untuk produktivitas difabel.

Julianto juga berpendapat, sebuah upaya baik jika keempat paslon menyertakan teman-teman difabel dalam kampanye. Hal itu bisa membuat teman-teman difabel bisa lebih mengenal dan bisa mengetahui lebih lanjut terkait komitmen yang akan dilakukan ketika menjabat. Harapannya, seluruh ragam difabel diikutsertakan.

“Bagi saya perlu terus menyuarakan terkait kepedulian disabilitas supaya kelompok ini yang tadinya apatis, punya sikap dalam berpolitik. Hal itu pun selaras dengan UU 18/2016 yang menjamin hak politik teman-teman disabilitas,” ungkapnya. 


*Kawan-kawan yang baik bisa membaca artikel-artikel lain dari Awla Rajulatau tulisan-tulisan menarik lain Pilkada atau Pilwalkot Bandung 2024

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//