Kampus Bukan Tembok yang Memenjarakan Alam Pikiran Mahasiswa
Najwa Shihab, Nicholas Saputra, Dee Lestari, dan Erika membedah peran penting pendidikan nonformal bagi perkembangan kepribadian Gen Z maupun mahasiswa.
Penulis Pahmi Novaris 8 November 2024
BandungBergerak.id - Acara Generasi Campus Roadshow di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menarik banyak perhatian warga kampus. Diskusi yang mengambil tema “Generasi Bicara Generasi” ini menghadirkan Najwa Shihab, Nicholas Saputra, Dee Lestari, dan Erika, yang berbagi pandangan tentang pentingnya pendidikan nonformal di kalangan mahasiswa.
Najwa Shihab menekankan bahwa pendidikan nonformal sangat vital dalam membentuk kemampuan mahasiswa. Keterlibatan dalam kegiatan nonformal mengajarkan mahasiswa untuk bersosialisasi dan meyakinkan orang lain terhadap gagasan mereka.
"Ketika menjadi mahasiswa, banyak kemampuan dan skill yang dapat diasah melalui organisasi dan kepanitiaan. Jangan jadikan universitas sebagai tembok yang memenjarakan kamu," kata Najwa Shihab di kampus UPI, Bandung, 4 November 2024.
Nicholas Saputra menambahkan, pengalaman di luar kelas, seperti berakting, dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Aktor film Ada Apa dengan Cinta ini menekankan, pentingnya keberlanjutan dalam memilih jalur pendidikan dan karier, dengan memanfaatkan berbagai pengalaman non-formal untuk memperkaya diri.
"Setiap individu memiliki kekhususan yang berbeda. Mahasiswa yang belajar hukum dan tertarik pada jurnalistik bisa melahirkan sosok sehebat Najwa Shihab," kata Nicholas Saputra.
Dee Lestari juga menyoroti pentingnya pendidikan nonformal dalam membangun mental dan karakter. Pendidikan nonformal bisa menjadi warisan bagi generasi penerus. Pendidikan nonformal melatih berpikir kritis dan mendorong individu untuk keluar dari zona nyaman.
Perempuan penulis novel ini mengajak orang-orang muda untuk tidak mudah menyerah pada setiap sesuatu yang sudah dimulai. "Passion memiliki dua sisi; rela menderita dan bertahan untuk apa yang kita cintai adalah bagian dari proses pertumbuhan," katanya.
Erika juga memberikan perspektif penting mengenai komunikasi lintas generasi. Hal ini akan didapatkan di pendidikan baik formal maupun nonformal.
"Pendidikan formal dan nonformal harus saling melengkapi untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja," kata Erika.
Baca Juga: Pengaruh Pendidikan Modern Mesir pada Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
: Mencari Pendidikan yang Mengabdi pada Rakyat
Mengenal Penyebab Diskriminasi Gender di Dunia Pendidikan
Pendidikan Nonformal Membantu Mengeksplorasi Hobi dan Minat Pribadi
Dalam hal ini, merujuk pada laporan terbaru yang menunjukkan bahwa 50 persen perusahaan di Amerika Serikat mencatat bahwa fresh graduate kurang motivasi dan inisiatif. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan organisasi dan komunikasi yang buruk menjadi tantangan serius bagi generasi muda.
Data dari Indonesia Millennial & Gen Z Report 2024 menunjukkan, 75 persen generasi muda terdorong untuk mengembangkan keterampilan baru, sedangkan 68 persen menyukai fleksibilitas dalam pendidikan nonformal. Selain itu, 61 persen responden menyatakan bahwa pendidikan nonformal membantu mereka mengeksplorasi hobi dan minat pribadi.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa ada peluang besar bagi pendidikan nonformal untuk menjawab kebutuhan generasi muda yang ingin lebih fleksibel dan berorientasi pada pengembangan diri. Namun, tantangan tetap ada. Stereotip negatif terhadap Gen Z sering kali menghambat pengakuan atas potensi mereka. Mereka dianggap manja dan tidak mandiri, dengan berbagai anggapan yang tidak selalu mencerminkan realitas. Najwa Shihab menegaskan pentingnya memahami bahwa stereotip sering berasal dari ketidaktahuan.
"Apa pun yang kita dapatkan tidak pernah hanya karena usaha diri sendiri; ada banyak keterlibatan orang lain di sekitar kita," ujar ujar Najwa Shihab.
Nicholas Saputra juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara pujian dan kritik dalam proses belajar. Ia mengingatkan, kritikan penting untuk memacu diri, sedangkan pujian bisa menjadi pedang bermata dua jika tidak dihadapi dengan sikap kritis.
Dalam konteks ini, generasi muda perlu belajar untuk menerima umpan balik dengan terbuka dan menjadikannya sebagai alat untuk berkembang. Laporan juga mencatat bahwa 6 dari 10 perusahaan di Amerika Serikat mengeluhkan fresh graduate karena berbagai alasan, antara lain: 50 persen kurang motivasi dan inisiatif, 42 persen memiliki keterampilan organisasi yang buruk, dan 39 persen memiliki keterampilan komunikasi yang kurang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak selalu cukup untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan di dunia kerja.
Data menunjukkan bahwa stereotip negatif terhadap Gen Z mencakup pandangan bahwa mereka suka yang serba instan, mudah menyerah, dan memiliki mental yang lemah. Dalam konteks ini, Najwa Shihab dan para pembicara lainnya menyerukan agar stereotip ini tidak menjadi halangan dan acuan dalam menentukan pilihan.
"Stereotip sering kali lahir dari ketidaktahuan dan penyederhanaan hidup. Jika kita memahami bahwa setiap generasi memiliki potensi yang unik, kita dapat menciptakan solusi yang lebih baik," ujarnya.
Dengan semangat kolaborasi dan saling menghargai, Generasi Campus Roadshow di Bandung memberikan wawasan baru tentang pentingnya pendidikan nonformal dalam mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang lebih baik. Acara ini menjadi wahana bagi generasi muda untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan menemukan cara-cara baru untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi, baik dalam pendidikan maupun di dunia kerja.
Para pembicara sepakat bahwa pendidikan nonformal bukan hanya tentang mengembangkan keterampilan, tetapi juga tentang membangun karakter dan mentalitas yang kuat. Dengan mengedepankan pendidikan yang inklusif dan kolaboratif, generasi muda diharapkan dapat lebih siap menghadapi tantangan di era digital yang terus berkembang.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca artikel-artikel lain dari Pahmi Novaris, atau tulisan-tulisan menarik lainnya tentang Pendidikan