MAHASISWA BERSUARA: Standardisasi Gaya Busana di Lingkungan Kampus, Memang Penting?
Gaya busana menjadi wadah untuk mengekspresikan diri. Namun, memperhatikan etika berpakaian tetaplah penting, terutama di lingkungan kampus.
Nauli Vega Hutabarat
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
15 Januari 2025
BandungBergerak.id – Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Katolik Parahyangan Nomor: III/PRT/2020-07/082 tentang Pedoman Perilaku Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan serta peraturan turunan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) berisi panduan berpenampilan bagi mahasiswa dan mahasiswi di lingkungan kampus. Peraturan tersebut terbit dengan alasan adanya kebutuhan untuk menyesuaikan gaya berbusana mahasiswa dengan nilai-nilai etika yang sejalan dengan budaya akademik. Di satu sisi, Generasi Z (Gen Z) sebagai kelompok mahasiswa dominan saat ini, memiliki preferensi gaya busana yang unik dan dinamis yang sering kali dipengaruhi oleh tren global.
Namun, tanpa batasan yang jelas, kebebasan dalam pilihan gaya berbusana ini dapat memunculkan potensi konflik antara ekspresi individu dan norma sosial kampus. Oleh karena itu standardisasi gaya busana perempuan di lingkungan kampus perlu diterapkan demi terciptanya etika berbusana di kampus yang tidak hanya menghormati kebebasan berekspresi tetapi juga mencerminkan profesionalitas sebagai bagian dari komunitas akademik. Standardisasi ini dapat menjadi jalan tengah untuk menjaga keharmonisan antara budaya kampus yang inklusif dan nilai-nilai yang melekat dalam institusi pendidikan.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Penegakan HAM sebagai Kunci Peningkatan Derajat Perempuan di Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Mengapa Pola Pikir yang Menekankan Konsistensi itu Penting?
MAHASISWA BERSUARA: Hukuman Mati Bagi Koruptor Bukan Solusi
Gaya Busana Gen Z
Menurut survei Goodstats pada tanggal 5-16 Agustus 2022 mengenai preferensi gaya fesyen anak muda yang diisi oleh 261 responden, terdapat fakta bahwa sebagian besar responden atau sekitar 62,5 persen memilih gaya kasual sebagai gaya busana mereka. Mayoritas anak muda memilih gaya kasual karena dianggap praktis dan nyaman untuk digunakan ketika menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk di kampus. Namun, gaya berpakaian ini sering menuai kritik karena kurangnya kesadaran untuk menyesuaikan gaya busana dengan konteks dan norma sosial.
Sebagai contoh, ada beberapa siswa yang terkadang mengenakan pakaian yang dianggap terlalu santai atau bahkan tidak sopan untuk lingkungan akademik, seperti crop top atau celana pendek, yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Dalam konteks akademik, cara berpakaian semestinya mencerminkan rasa hormat terhadap institusi akademik.
Selain itu, gaya kasual Gen Z di kampus sering kali dianggap mengaburkan batasan antara kebebasan berekspresi dan kepatutan. Beberapa mahasiswi tampaknya tidak memperhatikan standar kesopanan dalam memilih pakaian mereka; seperti mengenakan pakaian yang terlalu ketat, transparan, atau minim di tempat yang seharusnya menjunjung nilai profesionalisme. Sehingga hal tersebut menimbulkan kritik bahwa kebebasan berpakaian harus disertai dengan tanggung jawab sosial, terutama dalam lingkungan akademik yang membutuhkan suasana kondusif. Generasi muda dapat menunjukkan penghormatan terhadap sesama dan institusi tempat mereka belajar dengan mengenakan busana yang patut.
Berpakaian Sesuai Konteks
Dikutip dari Tempo.co, baru-baru ini terdapat kejadian di mana seorang mahasiswa datang ke kampus menggunakan lingerie (pakaian dalam). Perkembangan tren busana yang dipengaruhi oleh media sosial, seperti viralnya penggunaan lingerie di lingkungan kampus, menunjukkan betapa pentingnya kesadaran mahasiswi akan kesesuaian penampilan dalam konteks tertentu. Sebagai tempat pembentukan karakter dan profesionalisme, kampus semestinya menjadi ruang di mana mahasiswa belajar memahami etika berbusana yang sesuai dengan norma dan situasi. Ketidakcocokan gaya berpakaian dengan lingkungan akademik, seperti mengenakan pakaian malam atau lingerie, tidak hanya mengundang kontroversi tetapi juga dapat menciptakan kesan bahwa individu tersebut kurang menghargai institusi pendidikan dan aktivitas di dalamnya. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kesesuaian berbusana di lingkungan kampus menjadi langkah awal untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penampilan yang profesional.
Selain relevan untuk kehidupan kampus, kebiasaan mengenakan pakaian yang sesuai dengan norma kesopanan juga membantu mahasiswi mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kerja di masa depan. Dunia profesional umumnya memiliki standar berpakaian yang mencerminkan rasa hormat dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Jika mahasiswi terbiasa menyesuaikan penampilan mereka dengan konteks formal seperti perkuliahan, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan aturan dan ekspektasi dunia kerja. Dengan demikian, memahami etika berbusana tidak hanya melatih kedisiplinan dan tanggung jawab, tetapi juga membangun citra diri yang positif di masyarakat dan dunia profesional.
Standardisasi Gaya Busana
Menurut Salma dan Falah (2023), gaya busana atau fesyen merupakan bentuk ekspresi diri dan karakter. Standarisasi gaya busana di lingkungan kampus berperan dalam membangun karakter mahasiswi, terutama dalam mengarahkan mereka untuk memahami arti profesionalisme dan kesesuaian penampilan. Pakaian tidak hanya menjadi cerminan kepribadian melalui pilihan warna dan gaya, tetapi juga mencerminkan sikap dan nilai-nilai yang dijunjung seseorang. Dengan adanya standarisasi tertentu, seperti aturan berpakaian rapi dan sopan, mahasiswi dapat belajar menyeimbangkan ekspresi diri mereka dengan norma yang berlaku, sehingga membentuk kebiasaan untuk menyesuaikan penampilan dengan konteks sosial. Langkah ini bukan hanya membantu menciptakan suasana akademik yang tertib, tetapi juga mendukung pembentukan karakter yang disiplin, percaya diri, dan berintegritas.
Walaupun gaya busana menjadi wadah untuk mengekspresikan diri, namun memperhatikan etika berpakaian tetaplah penting, terutama di lingkungan kampus sebagai seorang mahasiswa. Perilaku berpakaian rapi dan sopan harus ditanamkan dan dijaga. Kita dapat menumbuhkan rasa hormat dari orang lain dan menunjukkan sikap saling menghormati dengan berpenampilan yang baik, yang pada akhirnya hal ini akan mendukung dalam membangun hubungan yang baik. Pakaian yang dikenakan sebaiknya selalu terlihat rapi dan bersih serta disesuaikan dengan tujuan, situasi, dan kondisi lingkungan. Kesopanan berpakaian tidak hanya mencerminkan bagaimana Anda terlihat, tetapi juga bagaimana kita menghargai diri sendiri dan orang lain. Semua hal tersebut penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang nyaman, menghormati nilai-nilai budaya, dan mendukung etika akademik yang bermartabat.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara