JALIN JALAN PANTOMIM #2: Membaca Sejarah Pantomim, dari Teater Yunani Kuno ke Publik Seni Global
Era kepopuleran pantomim meluas ke daratan Eropa setelah pada tahun 1576 rombongan Italia pimpinan Flamino Scala melakukan perjalanan ke Prancis.

Wanggi Hoed
Seniman pantomim
27 April 2025
BandungBergerak - Banyak cara untuk belajar dan memahami sejarah, tak terkecuali yang terlampau jauh dari kehidupan kita saat ini. Untuk melacak sejarah pantomim, kini kita dimudahkan dalam pencarian melalui data dan arsip. Baik lewat pencarian di internet dengan mengakses kata kunci tertentu yang diinginkan, atau penjelajahan beberapa kanal pengarsipan yang telah tersedia meski memang belum banyak yang terdigitalisasi dengan baik.
Di zaman modern ini, kita seringkali menjauh dari sejarah. Termasuk dengan berlindung pada segala macam dalih seperti adigium “sejarah adalah sekarang”. Melacak sejarah merupakan kerja yang menjejak dan otentik, apalagi di tengah kian banyaknya lapisan sejarah yang hari ini semakin terkikis, hilang, dan dilupakan.
Menelusuri sejarah pantomim membutuhkan komitmen serta konsistensi. Di zaman yang semakin riuh, belajar membaca arsip adalah kesederhanaan untuk bertemu keheningan.
Baca Juga: JALIN JALAN PANTOMIM #1: Hari Pantomim Sedunia 2025, Perayaan Kesunyian di Dunia yang Pelik
Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung: Perayaan Menembus Keheningan
Dari Dionysius ke Pierrot
Membicarakan sejarah pantomim, semua bermula dari teater Dionysius, sebuah perayaan pemujaan terhadap sang dewa, di Athena era Yunani Kuno. Ketika Romawi menaklukkan Yunani, mereka membawa pantomim pulang ke Italia dan menemukan cara untuk menjadikannya milik mereka sendiri. Di sini komedi dan tragedi berkembang. Pada tahun 1500-an muncullah Commedia dell’Arte dengan tokoh-tokohnya seperti Harlequin, Pierrot, Columbine, dan beberapa nama yang lain. Pada masa itu juga lahir beberapa karakter ciptaan yang terkenal, disebut Zanni.
Era kepopuleran pantomim meluas ke daratan Eropa setelah pada tahun 1576 rombongan Italia pimpinan Flamino Scala melakukan perjalanan ke Prancis. Seni ini berkembang pesat hingga akhir abad ke-18 dalam wujud akrobat, pertunjukan topeng, dan komedi yang dilebih-lebihkan dengan berpusat pada kumpulan tipe karakter yang tetap, yang memerankan sketsa dan skenario dari kehidupan sehari-hari.
Tetapi apa hubungannya semua ini dengan pantomim modern? Lalu apa yang bisa kita dapatkan dari kemunculannya?
Pada tahun 1816, gaya teater Italia mengalami perubahan khas Prancis di tangan seorang Jean-Gaspard Deburau, seorang akrobatik jalanan. Bersama dengan rombongan teater yang sebagian besar terdiri dari anak-anaknya sendiri, Deburau dipekerjakan oleh sebuah kelompok teater di Paris, Théâtre des Funambules, untuk mementaskan pertunjukan komedi cum akrobatik. Namun sang pemain sandiwara itu punya ide lain. Mengenakan cat wajah putih dan setelan berkancing longgar, Deburau naik ke panggung sebagai “Pierrot”, karakter yang menyenangkan sekaligus penuh cinta yang terkenal di teater Italia.
Deburau terus tampil sebagai Pierrot, karakter mabuk cinta itu, hingga kematiannya pada 1846. Kepribadian sang aktor yang menawan dengan ekspresi wajah yang berlebihan, menyenangkan penonton tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun. Demikianlah Deburau telah menciptakan pertunjukan pantomim modern!
Setelah Perang Dunia I, banyak seniman pantomim lain mendobrak dan merevolusi gerakan pantomim dengan teori dan praktik mencengangkan. Sebut saja Charles Dullin, Etienne Decroux, dan Jean Louis Barrault. Setelah Perang Dunia II, muncul nama Marcel Marceau yang terlibat dalam gerakan perlawanan. Ia memiliki persona dalam setiap pertunjukannya: “Bip The Clown", yang populer dan terkenal di kalangan seniman pantomim dan seniman lainnya. Marceau tercatat pernah melakukan tur ke berbagai negara di beragam benua, dari Amerika hingga Asia.

Sebelum Film Bicara
Marcel Marceau pernah menceritakan masa-masa ketika dirinya berlatih pantomim sambil menonton film, khususnya film-film bisu Charlie Chaplin. Itulah masa sebelum film bicara, sebelum kata-kata dimasukkan ke dalamnya. Itulah masa ketika pantomim merajai layar lebar.
Aktor seperti Charlie Chaplin dan Buster Keaton menjadi pewaris baru tradisi kuno tersebut meski tanpa cat wajah dan riasan seperti pantomim. Mereka secara sadar mengadopsi keterampilan pantomim pendahulu mereka untuk menceritakan kisah hanya melalui gerak bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Di Prancis, aktor dan pembuat film ikonik seperti Jacques Tati pertama kali dikenal sebagai seniman pantomim. Ia kemudian memasukkan bentuk seni pantomim ke dalam banyak film karyanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Gladys Hall di Motion Picture Magazine pada Mei 1929, Chaplin berujar: "Mereka [film bicara] merusak seni tertua di dunia, yaitu seni pantomim. Mereka merusak keindahan keheningan yang luar biasa.”
Ketika pengaruh, bentuk, dan inspirasi para pendahulu masih melekat, seni pantomim menyebar ke berbagai penjuru Eropa, Asia, Afrika, dan negara bagian lainya dengan ciri khas karakter iklim dan demokrasi seni tiap negara. Ia mendekatkan dirinya pada ruang-ruang sosial, politik, budaya, dan beradaptasi dengan kondisi di zamannya. Dalam proses tumbuhnya, lahir inisiatif organisasi pantomim dunia dari tiga murid Marcel Marceau, dinamai Organisasi Pantomim Dunia (World Mime Organization). Kehadiran organisasi ini secara de facto pada tahun 2011 menyatakan pada publik seni global bahwa “pantomim adalah bahasa perdamaian, bahasa untuk semua”.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain tentang Pantomim atau tentang Seni