• Berita
  • GELAP DAN RUSAK JALAN SUKARNO HATTA BANDUNG: Meresahkan Warga yang Melintas Malam Hari

GELAP DAN RUSAK JALAN SUKARNO HATTA BANDUNG: Meresahkan Warga yang Melintas Malam Hari

Dalam rentang tahun 2015–2017, total kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung sebanyak 1.837 kejadian, 12 persennya terjadi di Jalan Sukarno Hatta.

Situasi Jalan Sukarno Hatta, Bandung, pada malam hari, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)

Penulis Uyun Mubin 2 Juni 2025


BandungBergerak.id - Fadhilah (21 tahun), perempuan pengendara motor, selalu khawatir manakala melintas di Jalan Sukarno Hatta terutama pada malam hari. Minimnya lampu PJU (penerangan jalan umum) dan rendahnya kualitas jalan semakin menambah rasa waswas akan keselamatan dirinya. Fadhilah sendiri setiap hari melintas di jalan sepanjang 18,350 kilometer yang membentang dari Simpang Cibiru, timur Bandung, hingga Simpang Cibeureum, barat Bandung.

"Jalanannya memang selalu gelap, bikin enggak berani ngebut juga karena kondisi jalannya juga enggak bagus," ujar Fadilah, saat ditemui Selasa, 20 Mei 2025 di pinggir ruas Jalan Sukarno-Hatta.

Minimnya lampu penerangan dan buruknya kondisi jalan adalah kombinasi berbahaya yang membuat setiap perjalanan terasa seperti mempertaruhkan nyawa. "Harapannya ya ditambah penerangannya, terus kalau bisa juga diperbaiki struktur jalanannya," lanjut Fadhilah.

Senada dengan Fadhilah, Jauhar (24 tahun), seorang pekerja yang rutin melewati jalan ini di malam hari, menyoroti bahaya jalan gelap dan rusak di sejumlah segmen Sukarno-Hatta jalan. "Gelap terus jalannya, dan jalanannya juga jelek. Sering banget orang berhenti tiba-tiba di jalan atau nyeberang pas malam-malam yang sebenarnya bahaya," ungkap Jauhar.

Amit-amit, Jauhar belum pernah mengalami kecelakaan. Namun rasa khawatir tentunya akan selalu menghantuinya setiap ia bermanuver di sepanjang ruas jalan dengan lebar terbesar se-Kota Bandung. Jauhar menyentil pemerintah yang menurutnya cuek dengan kondisi Jalan Sukarno Hatta.

"Mereka mah kayaknya cuek karena hari-hari naik mobil dengan penerangan tinggi. Harapannya sih semoga ditambah penerangannya dan diperjelas juga markah jalannya karena beberapa udah ada yang hilang," imbuhnya.

Perempuan lainnnya yang merasakan horor di Jalan Sukarno Hatta adalah Winda (32 tahun). Ia merasakan ketakutan di kala melintas jalan ini pada malam hari. "Sebagai perempuan tentunya rasa was-was mah double-ya. Karena selain takut kecelakaan sendiri, juga takut jadi korban kejahatan kayak begal gitu di jalanan gelap kayak gini, apalagi kalau sudah di jam-jam rawan," tutur Winda.

Meskipun arus lalu lintas sering kali ramai, rasa khawatir akan potensi kejahatan tetap ada. Kekhawatiran Winda menggarisbawahi dampak langsung dari minimnya penerangan dan buruknya infrastruktur terhadap rasa aman perempuan di ruang publik. Jalanan yang gelap dan minim pengawasan berpotensi menjadi titik rawan tindak kriminalitas, menambah beban psikologis bagi perempuan yang harus melintasi area tersebut.

Kekhawatiran yang disampaikan oleh Fadhilah, Jauhar, dan juga Winda seperti mewakili ribuang pengguna jalan lainnya. Mereka meminta lebih dari sekadar janji, tetapi tindakan nyata yang meliputi penambahan dan perbaikan penerangan jalan, serta renovasi menyeluruh pada struktur dan tanda jalan. Jalan yang terang dan layak adalah hak dasar setiap individu, dan rasa aman merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Sampai kapan situasi menakutkan ini akan terus mengintai perjalanan malam di Jalan Soekarno-Hatta?

Baca Juga: Korban Jiwa Berjatuhan Akibat Lemahnya Sistem Transportasi Publik di Kota Bandung
Kelelahan Menjadi Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia, Bagaimana Potret Bandung yang Penuh Jutaan Kendaraan?

Warga melintas di jalur cepat Jalan Sukarno Hatta, Bandung, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)
Warga melintas di jalur cepat Jalan Sukarno Hatta, Bandung, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)

Potret Kerawanan Jalan Soekarno Hatta Bandung

Kekhawatiran Fadhilah, Jauhar, dan Winda diperkuat dengan data penelitian yang dilakukan para sarjana sebelumnya. Jalan Sukarno Hatta termasuk daerah rawan kecelakaan lalu lintas. Data dari dua penelitian menunjukkan bahwa ruas jalan ini bukan hanya padat kendaraan, tetapi juga menyimpan risiko tinggi bagi penggunanya.

Jalan Sukarno Hatta terbagi ke dalam 8 segmen, setiap segmen memiliki jarak yang berbeda. Menurut penelitian Intan Rani dan Samun Haris dari Institut Teknologi Nasional Bandung (FTSP Series, 2024), pada tahun 2022 tercatat 72 kejadian kecelakaan di ruas Jalan Soekarno Hatta. Akibatnya, 38 orang meninggal dunia, 5 mengalami luka berat, dan 57 luka ringan.

Penelitian ini mengidentifikasi bahwa segmen paling rawan berada di antara Simpang Gede Bage hingga Simpang Ibrahim Adjie, dengan Angka Ekuivalen Kecelakaan (AEK) tertinggi sebesar 233, jauh melampaui batas kendali atas (Upper Control Limit) sebesar 204.

Faktor manusia menjadi penyebab utama kecelakaan di ruas ini, khususnya kelengahan pengemudi yang menyumbang 41,89 persen dari total insiden. Kelompok usia 16–30 tahun tercatat paling banyak terlibat, dengan 58 persen korban berada pada rentang usia ini. Jenis kelamin laki-laki mendominasi korban sebesar 71 persen, dan pengendara yang memiliki SIM C menyumbang 61 persen kasus.

Waktu kejadian paling tinggi tercatat antara pukul 00.00 hingga 06.00 WIB atau malam hari, dengan persentase 36,1 persen, memperlihatkan kerentanan yang meningkat pada waktu lalu lintas rendah namun pengawasan dan kewaspadaan menurun. Selain itu, profesi wiraswasta paling banyak terlibat yaitu 54 persen dari keseluruhan kasus.

Data serupa diungkap oleh Risna Rismiana Sari, Kukuh Budiarsi, dan M. Satria Maulana dari Politeknik Negeri Bandung (2017). Dalam rentang tahun 2015–2017, dari total 1.837 kecelakaan yang terjadi di Kota Bandung, sebanyak 12 persen terjadi di Jalan Soekarno Hatta. Dari 225 kejadian di ruas jalan ini, mayoritas melibatkan kendaraan roda dua (58 persen) dan pejalan kaki (18 persen). Tipe kecelakaan yang paling sering terjadi adalah tabrak manusia, sebanyak 35 persen, yang mengindikasikan minimnya fasilitas penyeberangan dan rendahnya kepatuhan pejalan kaki terhadap penggunaan fasilitas yang tersedia. 

Risna Rismiana Sari dkk mencatat, di tahun terjadinya penelitian ini, kecelakaan paling banyak terjadi pada pukul 09.00–16.00 WIB dengan persentase 33 persen. Sementara penyebab tertinggi adalah kurangnya antisipasi dan konsentrasi pengendara, yang mencapai 33 persen dari seluruh kejadian.

Kedua studi tersebut menegaskan bahwa Jalan Sukarno Hatta merupakan salah satu titik kritis keselamatan lalu lintas di Bandung. Kombinasi antara volume kendaraan tinggi, perilaku berkendara yang abai, keterbatasan fasilitas pejalan kaki, dan kondisi waktu tertentu, menjadikan jalan ini sangat rawan kecelakaan.

...

 *Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//