• Narasi
  • Kebangkitan Berkesadaran

Kebangkitan Berkesadaran

Apakah rakyat sebagai pemegang kekuasaan negeri ini makmur? Apakah penghuni negara ini yang berdiam diri dari Miangas hingga Rote bahagia dan sejahtera?

Rusmin Sopian

Penulis adalah Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Bangka Selatan. Saat ini tinggal di Toboali Bangka Selatan

Ilustrasi. Petani membawa hasil bumi dan produk pertanian saat unjuk rasa Rakyat Tani Nyaba Ka Menak di Bandung, 26 September 2022. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

15 Juni 2025


BandungBergerak.id – Negeri ini sungguh luar biasa. Kemolekan alamnya menebarkan aroma harum hingga ke seluruh penjuru dunia. Libido para penguasa dunia pun tertancap di ubun-ubun untuk menikmati kemolekan Ibu Pertiwi.

Ratusan tahun imperialis Belanda menyusui Ibu Pertiwi. Inggris dan Portugis pun mencoba menghisap darah negeri ini.

Raksasa Asia Jepang pun tak mau ketinggalan untuk ambil bagian untuk menikmati kemolekan alam negeri ini dengan nafsu menjajah.

Haus hegemoni yang diperlihatkan bangsa-bangsa penjajah membuat para rakyat negeri ini sadar dan terbangun dari mimpi buruk. Adalah tak patut bangsa lain menikmati kemolekan dan kekayaan ibu Pertiwi.

Rakyat negeri inilah sebagai pemegang kekuasaan negeri ini yang harusnya wajib menikmati kemolekan dan kekayaan negeri ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Rasa kebangsaan dan nasionalisme pun tumbuh dan lahir dalam nurani, jiwa dan pikiran para bangsawan pikiran bangsa ini bahwa martabat bangsa wajib diperjuangkan meskipun taruhannya darah, air mata, bahkan jiwa raga.

Indonesia Raya pun berkumandang dari Sabang hingga Merauke. Sang Saka Merah Putih berkibar dengan gagah berani di halaman-halaman rumah rakyat yang tersebar dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote.

Proklamasi digaungkan Soekarno-Hatta. Pekikan Merdeka membelah angkasa dan jagat raya dan mengalir dalam darah, nurani rakyat. Kita telah Merdeka.

Negeri ini terus melaju. Membelah riak-riak untuk menuju negeri kesejahteraan sebagaimana cita-cita para pejuang bangsa.

Dan zaman pun berubah. Orde lama tumbang. Lahir orde baru. Orba runtuh era reformasi dibangun. Pemimpin yang menakhodai negeri ini pun terus berganti dari Soekarno hingga  Prabowo

Bangkitkah kesejahteraan rakyat? Apakah rakyat sebagai pemegang kekuasaan negeri ini makmur? Apakah penghuni negara ini yang berdiam diri dari Miangas hingga Rote bahagia dan sejahtera?

Baca Juga: Mahasiswa Bergerak Menyuarakan Suara Rakyat
Hak-hak Rakyat Tercederai, mulai dari RUU Penyiaran hingga UKT Mahal
Karena Kita Warga Republik maka Kedaulatan di Tangan Rakyat

Rakyat

Rakyat negeri ini sungguh-sungguh hebat dan patriotik dalam menempuh kerasnya kehidupan.

Berjuang dan terus berjuang untuk hidup dan kehidupannya. Berbagai gairah purba yang dilakukan pemimpin dan pemegang kekuasaan dan pengemban amanah rakyat tak membuat rakyat negeri ini putus asa dalam menempuh kehidupan. Mereka tetap hidup dan terus menantang kehidupan.

Suara rakyat yang  dititipkan kepada wakil rakyat di TPS dengan rasa bahagia lenyap entah ke mana.

Bergema lantang hanya untuk kepentingan kantong safari wakil rakyat yang terbuat dari suara rakyat.

Strategi besar untuk kepentingan hanya ada di catatan dan dalam bualan saja tanpa ada implementasi nyata untuk kesejahteraan rakyat.

Hegemoni seolah-olah hanya milik para penguasa dan pemegang amanah rakyat. Padahal tanpa suara rakyat impian mereka untuk menjadi pemimpin hanya ada  di kasur sebagai penghias tidur siang. Sok kuasa pun ditunjukkan.

Ke sana-sini naik mobil berpelat merah. Rakyat cuma dihibur dengan suara knalpot dan deru debu.

Namun rakyat tetap bangga dengan kehidupannya dalam menjalani kehidupan. Dengan hasil kebun. Dengan hasil keringat sendiri. Dengan penuh perjuangan rakyat tetap hidup dan berkehidupan.

Menjelang Pilkada, para ( calon ) pemimpin menunjukkan sikap baik hati. Bertandang ke rumah-rumah rakyat. Bercerita dan berkelakar dengan mengatasnamakan silaturahmi.

Tunjukan diri paling pro rakyat. Ceritanya pun membela langit tujuh soal kesejahteraan rakyat. Gayanya bak malaikat. Egomania. Ujung-ujungnya minta dukungan. Minta dipilih saat di tempat pemungutan suara.

Rakyat negeri ini sudah sangat cerdas dan pintar.  Rakyat tahu mana Pemimpin yang pro rakyat yang hakiki. Rakyat makin paham dan memahami, mana wakil rakyat yang sesungguhnya berjuang untuk rakyat.

Rakyat tidak akan pernah memilih pemimpin yang lahir dari proses perekrutan yang bersandarkan pada keturunan sebagaimana dalam aristokrasi.

Rakyat tidak akan pernah memimpikan pemimpin  yang lahir dari proses perekrutan pada kekayaan.                                   Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini akan melahirkan pemimpin yang berjejak pada prestasi (meritokrasi) yang berjuang dengan aksi nyata dan amat dirasakan rakyat.

Bukan yang mengatasnamakan rakyat namun berjuang untuk kemakmuran pribadi.

Dan ini yang diungkapkan Bung Karno bahwa dalam suatu masa kamu (rakyat) akan lebih berat dalam berkehidupan karena menghadapi bangsamu sendiri.

Pemimpin

Harus dipahami bahwa rakyat negeri ini tidak akan pernah bermimpi sedetik pun untuk melahirkan pemimpin  yang ambisi berkuasanya berada di ubun-ubun, yang selalu lupa akan kemampuan diri dalam mengartikulasikan suara dan kepentingan rakyat.

Silakan para pengambisi di ubun-ubun mencalonkan diri dalam kontestasi demokrasi . Silakan turun gunung untuk menebar pesona masa lampau.

Para pengambisi di ubun-ubun berasumsi kehadiran mereka dengan libido kekuasaannya akan mampu merebut simpati dan empati rakyat yang kini didera kesusahan berkehidupan.

Pengambisi di ubun-ubun  tampaknya lupa atau amnesia bahwa, rakyat negeri ini sudah sangat cerdas dan bernas dalam berpikir.

Rakyat makin paham dan memahami siapa dan mana pemimpin yang berjuang untuk kepentingan rakyat dan mana pemimpin yang ketika diberi amanah berjuang untuk kepentingan pribadi, keluarga, golongan dan para konconya.

Dan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini akan melakukan penghakiman di TPS-TPS para hari dan waktunya.

Pada hari itu rakyat akan menentukan perubahan di negeri ini. Rakyat akan melahirkan pemimpin  yang berjuang dan bekerja keras serta mengabdi untuk  rakyat.

Saatnya kita sebagai rakyat pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini bangkit untuk melawan ketertindasan, kemiskinan, dan kebodohan

Saatnya bangkit untuk perubahan dan kebermajuan kehidupan, harus kita gemakan dengan suara lantang dan penuh patriotisme ke seluruh penjuru nurani dan jiwa anak negeri ini untuk bangkit menuju perubahan kebermajuan demi kemakmuran kita sebagai rakyat.

Saatnya bangkit untuk perubahan menuju kebermajuan kehidupan.

  

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//