• Kolom
  • NGULIK BANDUNG: Amelia Earhart Mampir di Bandung (1)

NGULIK BANDUNG: Amelia Earhart Mampir di Bandung (1)

Amelia Earhart, pilot perempuan pertama yang terbang solo melintasi Samudra Atlantik, mendarat di Lapangan Terbang Andir pada 21 Juni 1937 pukul 10.56 siang.

Ahmad Fikri

Pendiri Komunitas Djiwadjaman, bisa dihubungi via FB page: Djiwadjaman

Potret Amelia Earhart, pilot perempuan pertama yang terbang solo menyeberangi Samudra Atlantik pada tahun 1932. (Sumber foto: De koerier tanggal 6-4-1937, koleksi digital delpher.nl)

11 November 2021


BandungBergerak.id – Perhatian masyarakat di Hindia Belanda mulai tertuju pada Amelia Earhart, perempuan Amerika, pelopor penerbangan, sekaligus penulis, saat ia mengumumkan rencananya terbang berkeliling dunia melintasi sabuk khatulistiwa pada Maret 1937. Koran De Locomotief dan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie? berbarengan menerbitkan berita pendek pada 22 Februari 1937 soal rencana Amelia tersebut.

“Miss Earhart, yang sering dipanggil ‘Lady Lindy’ karena kemiripannya dengan Lindbergh, kemungkinan juga akan singgah di Batavia,” tulis koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, 22 Februari 1937. 

Koran berbahasa Belanda yang terbit di Hindia Belanda terhitung sering memberitakan kiprah Amelia. De Locomotief dan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie? yang pertama mengenalkan Amelia pada publik di Hindia Belanda. Kedua koran tersebut pada tanggal 19 Juni 1928 bersama-sama menerbitkan artikel yang menceritakan kisah Amelia yang sukses menyeberangi Samudra Atlantik bersama pilot Wilmer Stultz dan mekanik Gordon. Ketiganya menerbangkan pesawat Fokker dari Newfoundland di Kanada menuju Burry Port di South Wales, Inggris.

Kedua koran tersebut menceritakan kehebohan yang terjadi saat pesawat ketiga orang itu tiba di Burry Port pada 18 Juni 1928 setelah terbang 22 jam non stop melewati badai dan cuaca buruk di atas Samudra Atlantik. Keberhasilan tersebut menasbihkan Amelia sebagai pilot perempuan pertama yang berhasil terbang menyeberangi Samudra Atlantik.

Namun Amelia Earhart semakin dikenal dunia karena kenekatannya sebagai pilot perempuan pertama yang terbang solo menyeberangi Samudra Atlantik. Pada tahun 1932, dia benar-benar menjajal terbang solo mengulangi penerbangan Lindbergh menyeberangi Samudra Atlantik. Amelia berangkat dari Newfoundland, Kanada, pada 20 Mei 1932 menuju Paris, Prancis di Eropa. Terbang hampir 15 jam menyeberangi samudra, Amelia malah mendarat di Derry, Irlandia Utara. Prestasi tersebut yang kerap membuatnya disandingkan dengan Charles Lindbergh yang mendapat julukan “Lucky Lindy” karena sukses terbang solo menyeberangi Samudra Atlantik pada tahun 1927.

Pesawat Lockhead Electra yang dijuluki Flying Laboratory, yang dipergunakan Amelia Earhart mengelilingi dunia. (Sumber foto: De Sumatra post 12-6-1937, koleksi digital delpher.nl)
Pesawat Lockhead Electra yang dijuluki Flying Laboratory, yang dipergunakan Amelia Earhart mengelilingi dunia. (Sumber foto: De Sumatra post 12-6-1937, koleksi digital delpher.nl)

Berkeliling Dunia

Pada tahun 1937, Amelia Earhart kembali menarik perhatian dunia, tak terkecuali masyarakat Hindia Belanda. Dia mengumumkan rencananya terbang mengelilingi dunia. Kali ini dia akan menerbangkan sendiri pesawat, ditemani seorang mekanik sekaligus navigator. Amelia mengumumkan akan berangkat dari Oakland, California pada Maret 1937, terbang mengelilingi dunia yang diperkirakan akan memakan waktu dua minggu (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie?, 13 Februari 1937).

Amelia menggunakan pesawat Lockhead 10E Electra yang dinamainya Flying Laboratory. Pesawat tersebut diperoleh dari sumbangan Universitas Purdue, Amerika. Ini adalah pesawat pabrikan Lockhead kedua yang digunakan Amelia. Pada penerbangan melintasi Samudra Atlantik, Amelia menggunakan pesawat buatan Lockhead juga, yakni Lockhead Vega (Bataviaasch nieuwsblad, 2 Maret 1937).

Koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie? yang terbit tanggal 12 Maret 1937 mengabarkan rencana Amelia yang akan memulai penerbangan keliling dunia. Amelia akan ditemani  Kapten Harry Manning sebagai navigator. Keduanya berencana akan berangkat dari Oakland pada 15 Maret 1927, dan menetapkan Honolulu, Hawaii, sebagai perhentian pertama perjalanan keliling dunianya. Pada 14 Maret 1927, keduanya sempat menguji Flying Laboratory terbang selama satu jam untuk mencoba peralatan radio yang dipasang di pesawat tersebut. Pada 15 Maret 1937, keduanya lepas landas dari Oakland, California, menuju Honolulu untuk memulai perjalanan keliling dunia yang diperkirakan akan menempuh jarak hingga 27 ribu mil (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, 16 Maret 1937).

Amelia berdua bersama Harry terbang hampir 20 jam lamanya. Berangkat dari Oakland pukul 8 pagi (GMT) dengan menempuh jarak 2.130 kilometer, dan tiba di Honolulu keesokan harinya pukul 04.29 (GMT). Flying Laboratory  yang dibangun menelan biaya hinga 80 ribu Dollar AS itu akan singgah di sejumlah kota di berbagai negara di sepanjang sabuk khatulistiwa. Dari Honolulu, rute selanjutnya menuju Pulau Howland,pulau kecil terluar milik Amerika yang berada di tengah-tengah Samudra Pasifik. Pulau yang tak berpenghuni tersebut sudah dipersiapkan menjadi batu loncatan bagi Amelia dan Harry untuk melanjutkan perjalanan menuju Darwin, Australia. Dari sana keduanya akan melanjutkan penerbangan menuju Ranggoon, Calcutta, Karachi, Aden, Karthoum, Dakar, Natal, Mexico, dan kembali ke Oakland (De locomotief, 19 Maret 1937).

Nahas, Amelia harus membatalkan penerbangannya. Pesawatnya terbalik dan rusak parah saat hendak lepas landas di Honolulu pada 20 Maret 1937. Beruntung Amelia, bersama Harry dan pilot cadangan Mantz lolos dari maut. Flying Laboratory tergelincir di bandara saat hendak lepas landas. Pesawat yang membawa ratusan liter bahan bakar tersebut tiba-tiba oleng saat berlari dilandasan pacu. Sayap pesawat sempat menabrak tanah, zig-zag sejauh satu mil sebelum akhirnya terbalik. Sempat terlihat kobaran api, namun akhirnya padam. Amelia sempat mematikan saluran bahan bakar di pesawat yang mencegahnya terbakar hebat. Flying Laboratory akhirnya harus diterbangkan kembali ke Amerika untuk menjalani perbaikan.

Koran Soerabaijasch handelsblad tanggal 2 April 1937 menceritakan detik-detik peristiwa nahas di Honolulu tersebut. Diketahui kemudian, ban pesawat yang lepas diduga menyebabkan pesawat Amelia oleng. Baling-baling rusak saat pesawat terbalik. Amelia tidak menyerah. Dia bertekad melanjutkan rencananya setelah pesawatnya pulih.

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Boemi Hajoe, Kebun Stoberi Eropa Pertama di Lembang
NGULIK BANDUNG: Riwayat Situ Cileunca, Jurang yang Kini Menjadi Tujuan Wisata Ternama

Kali ini Memutar dari Barat

Satu bulan kemudian Amelia Earhart membuktikan tekadnya setelah menguji Flying Laboratory yang telah pulih dengan terbang sekitar satu setengah jam untuk memeriksa ketangguhan mesin pesawat tersebut. Dia akan memulai penerbangan melanjutkan rencananya berkeliling dunia dari Miami, Florida, Amerika Serikat. Berbeda dengan rute sebelumnya, Amelia memutuskan memulai dari arah barat. Dia akhirnya memulai perjalanannya mengelilingi dunia tanggal 1 Juni 1937, dengan terbang dari Miami menuju San Juan, di Puerto Rico (De locomotief, 2 Juni 1937).

San Juan di Puerto Rico menjadi batu loncatan Amelia menuju Amerika Selatan. Harry tak lagi mendampinginya. Posisinya sebagai navigator digantikan oleh Kapten Noonnan. Koran De Sumatra post, Bataviaasch nieuwsblad, dan Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie? yang terbit Juni 1937 bergantian mencatat kota-kota di Amerika Selatan dan Afrika yang disinggahi Amelia.

Di Amerika Selatan, Flying Laboratory singgah di Capitrito (Venezuela), Paramaribo (Suriname), dan Natal (Brazil). Tanggal 5 Juni 1937, Amelia tiba di Natal, Brasil. Kota yang berada di ujung barat Amerika Selatan akan menjadi batu loncatanya untuk terbang melintasi Samudra Atlantik menuju Dakar, di Senegal, yang kala itu masih dikuasai oleh Prancis (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie?, 7 Juni 1937).

Dakar, di Senegal menjadi kota pertama yang disinggahi Amelia di Benua Afrika. Sejumlah kota di berbagai negara yang tersebar d sepanjang Benua Afrika disinggahinya, yakni St. Louis (Senegal), Gao (Sudan), Massaua dan Assab (Eritrea), kemudian menyeberang laut menuju Aden (Yaman) di Jazirah Arab. Amelia menghabiskan waktu hingga delapan hari untuk menyeberangi Benua Afrika.

Dari Aden di Yaman, Amelia menyeberangi laut Arab langsung menuju Karachi di Pakistan. Amelia tiba di Karachi tanggal 16 Juni 1937, menggenapi separuh perjalanannya mengelilingi dunia. Di Karachi, Amelia menyempatkan diri memeriksakan kondisi pesawatnya (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie?, 17 Juni 1937). Esoknya dia melanjutkan penerbangan menuju Calcutta di India yang ditempuh hanya satu hari saja.

Tanggal 18 Juni 1937 Amelia berangkat menuju Bangkok. Perjalanannya tak mulus. Dua jam di udara melawan kerasnya angin muson memaksanya mendarat di Akyab, Burma (kini Myanmar). Jika tidak dihadang badai dahsyat, Amelia dijadwalkan tiba di Jawa, Hindia Belanda, pada 20 Juni 1937. Di Akyab, Amelia baru mengutarakan tujuannya di Jawa untuk terbang langsung ke Bandung, melewatkan mendarat di Tjililitan, Batavia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, 19 Juni 1937).

Setelah dua kali percobaan, Amelia baru berhasil meninggalkan Akyab. Tanggal 19 Juni 1937, Amelia akhirnya mendarat  di Bangkok, Thailand. Esoknya dia langsung meneruskan perjalanan menuju Singapura, dan malamnya di hari yang sama langsung melanjutkan penerbangan menuju Bandung. Amelia sudah merencanakan untuk melakukan pemeriksaan umum mesin pesawatnya di Bandung.

Tanggal 21 Juni 1937 pukul 10.56, Amelia Earhart mendarat di Lapangan Terbang Andir, Bandung. Pesawat Lockhead Electra yang dikendarainya sempat terbang berputar-putar selama 15 menit di atas Lapangan Terbang Andir, menunggu belasan pesawat militer lepas landas.

Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 22 Juni 1937 menceritakan suasana bandara sudah ramai sejak pukul delapan pagi. Warga kota, juga  pejabat Departemen Penerbangan (Luchtvaartafdeeling) Belanda, sengaja menunggu pesawat Amelia mendarat. Yang ditunggu tiba, pesawat Lockhead Electra yang berwarna perak tersebut mendarat di landasan yang biasa diterbangi oleh pesawat-pesawat milik Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM), maskapai penerbangan Belanda yang khusus beroperasi di Hindia Belanda.

Amelia yang mengenakan kemeja dan celana panjang turun dari pesawat ditemani Kapten Noonnan, navigatornya. Sorak sorai menyambutnya. Anggota Bandoeng Vooruit, dr. van der Pijl, memberi sambutan selamat datang dan menyerahkan rangkaian bunga pada Amelia.

Foto udara Lapangan Terbang Andir di Bandung, diambil tahun 1928. (Sumber foto: digitalcollections.universiteitleiden.nl)
Foto udara Lapangan Terbang Andir di Bandung, diambil tahun 1928. (Sumber foto: digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Pertaruhan yang Menghebohkan

Sebelum kedatangannya di Lapangan Terbang Andir, kisah perjalanan Amelia Earhart dari Bangkok menuju Singapura sudah lebih dulu menghebohkan warga Bandung. Kantor berita Reuteurs mengabarkan Amelia sempat bertaruh 5 Dollar AS dengan pilot pesawat penumpang dan angkutan pos Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM) yakni maskapai penerbangan nasional Belanda, serta pilot Imperial  Airways yakni maskapai komersial pertama milik Inggris. Yang tiba paling cepat di Singpura akan memenangkan taruhan.

Amelia menang karena tiba 10 menit lebih cepat, padahal ketiga pesawat tersebut berangkat bersamaan dari Bangkok. Amelia bahkan sempat mengambil foto pesawat KLM saat mendarat di Singapura.

Kisah pertaruhan Amelia dengan pilot KLM yang disiarkan kantor berita Reuteurs kala itu, ramai-ramai dibantah koran Belanda. De locomotief tanggal 22 Juni 1937 mengulas pertaruhan itu panjang lebar. Koran itu mengutip pendapat Kapten Stork pilot KLM, pilot pesawat “Ibis” yakni pesawat Douglas DC3 yang memiliki kecepatan terbang jauh melampaui Lockhead Electra yang digunakan Amelia. Ibis mampu melaju dengan kecepatan maksimal 270 kilometer per jam, sementara Lockhead Electra hanya 230 kilometer per jam.

Ibis yang berangkat dari Bangkok memang menuju Singapura, tapi sebelumnya pesawat tersebut sempat singgah di Penang dan Medan. “Siapa yang kalah,” kata Kapten Stork.

*Tulisan kolom Ngulik Bandung, yang terbit setiap Kamis, merupakan bagian dari kolaborasi antara www.bandungbergerak.id dengan Komunitas Djiwadjaman

Editor: Redaksi

COMMENTS

//