Napak Tilas KAA dan Relevansi Dasasila Bandung dengan Vaksin Covid-19
Hari pertama KAA, 18 April 1955, konferensi dibuka dengan pidato Sukarno, kemudian Ketua KAA Ali Sastroamidjojo selaku Perdana Menteri Indonesia.
Penulis Iman Herdiana19 April 2021
BandungBergerak.id - Bagi generasi masa kini, Konferensi Asia Afrika (KAA) mungkin terdengar jauh. Padahal dahulu, 66 tahun lalu, Gedung Merdeka, Bandung, menjadi tempat konferensi yang melibatkan 1/3 negara-negara di dunia.
Total ada 29 negara dari Asia dan Afrika yang hadir, termasuk Zhou Enlai, Perdana Menteri Republik Rakyat China (RRC) yang kala itu memegang percaturan penting dalam Perang Dingin. Pada hari pertama KAA, 18 April 1955, konferensi dibuka dengan pidato Sukarno, kemudian Ketua KAA Ali Sastroamidjojo selaku Perdana Menteri Indonesia.
Esoknya, berturut-turut para Perdana Menteri dan delegasi Asia Afrika menyampaikan pidato, di tengah dunia yang terancam perang nuklir Blok Komunis versus Blok Barat. Sidang-sidang KAA berlangsung sampai 24 April 1955 yang menghasilkan kesepakatan bersama berlandaskan persaudaraan, kesetaraan, solidaritas dan perdamaian sebagaimana tercantum pada Dasasila Bandung.
Untuk mengenal peristiwa bersejarah KAA, Museum KAA mengajak kembali ke masa lalu lewat program bincang-bincang bertajuk "Cerita KAA". Acara napak tilas yang bertepatan dengan pandemi Covid-19 ini berlangsung secara virtual melalui siaran IG Live asiafricamuseum mulai pukul 10.00-11.00 WIB.
Hari pertama, acara diisi mengenang pembukaan KAA oleh pidato Presiden Sukarno 18 April 1955. Hari kedua, pidato para delegasi KAA, dan berikutnya masih membahas agenda KAA sampai berakhir pada 24 April.
“Hari ini kita menghadirkan day to day KAA dari awal sampai akhir, dengan narasumber edukator dari Museum KAA. Kita kupas peristiwa apa saja selama sidang-sidang KAA,” papar Kepala Museum KAA, Dahlia Kusuma Dewi, saat dihubungi BandungBergerak, Minggu (19/4/2021) malam.
Dahlia berharap, acara day to day menjadi penghubung generasi masa kini dengan sejarahnya, khususnya sejarah KAA. “Kita segarkan kembali KAA, apa nilai-nilainya, lewat acara special edition ini,” katanya.
Peringatan KAA tahun ini bersamaan dengan pandemi Corona. Sehingga rangkaian peringatan KAA lebih mengedepankan cara-cara virtual. Sedangkan tema peringatan 66 tahun KAA kali ini mengusung “Humanity & Solidarity”, sesuai dengan kondisi pandemi saat ini yang membutuhkan semangat kemanusiaan dan solidaritas sosial.
“Semangat KAA, Dasasila Bandung, masih terus relevan dengan kondisi saat ini. Pada masa KAA para delegasi dengan semangat bersolidaritas menciptakan perdamaian dan kemerdekaan. Sekarang pada masa pandemi ini kita pun harus bersolidaritas,” terang Dahlia.
Salah satu yang mendesak di masa pandemi ini ialah vaksinasi Covid-19. Menurut Dahlia, vaksin Covid-19 lebih banyak diproduksi dan dibeli oleh negara-negara maju. Untuk itu, diperlukan semangat humanity dan solidarity agar distribusi vaksin Covid-19 merata, tak terkecuali bagi negara-negara berkembang dan miskin.
Menurutnya, Indonesia punya peran penting dalam distribusi vaksin Covid-19 untuk negara-negara di dunia. Peran ini semakin nyata setelah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dinyatakan terpilih sebagai salah satu ketua bersama (co-chair) dari program kerja sama vaksin multilateral COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group (EG).
Kabar terpilihnya Retno Marsudi dipublikasikan laman resmi setkab.go.id, 14 Januari 2021. Menlu RI akan memimpin kerja sama ini dengan dua orang ketua lainnya, yaitu Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse mewakili negara AMC dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould mewakili negara donor.
Retno mengungkapkan, Indonesia terpilih menjadi salah satu ketua setelah memperoleh suara terbanyak atau 41 persen dalam pemungutan suara yang dilakukan oleh 92 negara yang tergabung dalam AMC 92 Economies.
“Kita maknai terpilihnya Indonesia dengan suara terbanyak ini paling tidak dari dua sisi. Pertama, tentunya ini merupakan wujud dari kepercayaan dunia internasional terutama negara berkembang kepada Indonesia (dan) kedua ini merupakan tanggung jawab besar Indonesia bagi terwujudnya kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. Tanggung jawab besar ini harus ditunaikan sebaik mungkin,” tegasnya.
Indonesia, ujar Retno, juga sejak awal pandemi telah secara konsisten terus menyuarakan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. “Kita meyakini bahwa pandemi dunia ini tidak akan dapat diselesaikan apabila semua negara belum dapat menyelesaikan pandemi di negara masing-masing,” ujarnya.
COVAX-AMC EG merupakan forum antara 92 negara AMC dengan negara negara donor untuk pengadaan dan distribusi vaksin bagi negara AMC. COVAX Facility memiliki target pengadaan vaksin bagi 20 persen dari populasi setiap negara AMC dan mendukung kesiapan negara AMC untuk melakukan rencana vaksinasi nasional.
Dahlia yakin, di masa pandemi ini semangat Dasasila Bandung kembali hadir dengan terpilihnya Retno Marsudi sebagai co-chair tersebut. “Indonesia punya peran internasional untuk memastikan semua negara punya akses yang sama terhadap Covid-19. Persamaan hak terhadap vaksin ini relevan dengan semangat KAA,” tandasnya.