• Kampus
  • FKUI Teliti Kesediaan Mahasiswa Kedokteran Menjadi Relawan Pandemi Covid-19

FKUI Teliti Kesediaan Mahasiswa Kedokteran Menjadi Relawan Pandemi Covid-19

Alasan mahasiswa kedokteran ragu menjadi sukarelawan adalah khawatir dengan kesehatan pribadi dan merugikan pasien.

Vaksinasi Covid-19 untuk guru di Bandung, Rabu (14/4/2021). Di balik program vaksinasi Covid-19, ada petugas medis yang membutuhkan bantuan dari relawan. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana20 April 2021


BandungBergerak .id- Sebuah studi penelitian mutakhir tentang Covid-19 dilakukan tim peneliti dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Studi ini fokus pada tingkat kesediaan mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk menjadi sukarelawan selama pandemi Covid-19.

Hasilnya, 48,7 persen mahasiswa kedokteran memiliki kesediaan menjadi sukarelawan dalam membantu selama pandemi berlangsung. Akan tetapi, hanya 18,6 persen saja dari total seluruh mahasiswa yang siap membantu dalam praktik kesehatan secara langsung pada pasien.

Dikutip dari laman resmi UI, Selasa (20/4/2021), pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode survei potong lintang dengan sasaran mahasiswa kedokteran di Indonesia. Data diperoleh melalui metode daring menggunakan Google Forms dari 13 Juli 2020 hingga 11 Oktober 2020.

Kuesioner yang digunakan disusun sendiri oleh tim peneliti. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner meliputi identitas, pengalaman responden menjadi sukarelawan, riwayat kontak atau terpapar dengan COVID-19, kesediaan responden untuk menjadi sukarelawan dengan alasannya, baik yang bersedia atau menolak, dan kesiapan melakukan praktik kesehatan.

Ditemukan pula bahwa responden dengan faktor-faktor seperti jenis kelamin laki-laki, memiliki pengalaman menjadi sukarelawan, berkuliah di universitas negeri, atau tinggal di wilayah Indonesia tengah memiliki tingkat kesediaan dan kesiapan yang lebih tinggi dibandingkan responden lainnya.

Alasan yang meningkatkan kesediaan untuk menjadi pekerja sukarela adalah kurangnya tenaga kesehatan, kesadaran pribadi untuk mengabdi, serta permohonan untuk mengabdi dari pemerintah atau pemangku kepentingan berkolerasi positif dengan kesediaan untuk mengabdi.

Di samping itu, alasan yang menyebabkan mahasiswa ragu menjadi sukarelawan adalah khawatir dengan kesehatan pribadi, tidak adanya obat yang efektif, serta khawatir akan merugikan pasien.

Hasil studi tersebut sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di negara lain, seperti di Irlandia dan Jerman. Studi di luar negeri ini melaporkan kesediaan yang tinggi namun kesiapan yang rendah.

Sementara dara studi FKUI diperoleh dari studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang terdiri dari Gilbert Lazarus, Azis Muhammad Putera, Nico Gamaliel, Imam Adli, Jason Phowira, Lyanna Azzahra, dan Bagas Ariffandi.

Tim berada di bawah bimbingan Ardi Findyartini dari Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI/Medical Education Center IMERI FKUI serta Indah Suci Widyahening dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Tim berkolaborasi dengan David Nugraha dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Mahasiswa Kedokteran Sesuai Kondisi Darurat  

Disebutkan, keikutsertaan mahasiswa kedokteran dalam penanganan pandemi menjadi isu etis yang melanda dunia pendidikan kedokteran, terutama selama pandemi Covid-19 ini berlangsung. Tingginya beban kerja yang dihadapi para tenaga kesehatan, disertai dengan terus meningkatnya jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19, telah melumpuhkan sistem kesehatan di Indonesia.

Kondisi ini berdampak kepada sulitnya pasien untuk mencari ruang rawat dan meningkatnya tekanan psikis yang dialami oleh tenaga kesehatan. Banyak yang beranggapan bahwa mahasiswa kedokteran dapat menjadi tenaga bantuan yang sesuai dalam kondisi darurat ini. Beberapa negara telah mengintegrasikan penanganan Covid-19 ke dalam kurikulumnya.

Namun tidak sedikit pula negara yang membatasi keikutsertaan peserta didik dengan mengurangi atau meniadakan paparan terhadap pasien bagi peserta didik, terutama pada tahap profesi yang sehari-harinya beraktivitas di fasilitas kesehatan.

Studi tersebut telah dipublikasi pada jurnal internasional dari Britania Raya, BMC Medical Education pada tanggal 1 Maret 2021, dan dapat diakses melalui tautan https://bmcmededuc.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12909-021-02576-0.

Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam, menyambut baik hasil studi. Menurutnya, studi telah menghasilkan publikasi yang sangat relevan dengan kondisi saat ini dan berhasil dipublikasi pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Selain itu, penelitian yang baru pertama kali diadakan di Indonesia mengenai topik tersebut tentu dapat menjadi dasar bagi para pembuat kebijakan, terutama apabila Indonesia dihadapkan dengan masalah serupa seperti pandemi Covid-19 ini.

“Menurut penelitian, mahasiswa kedokteran memiliki jiwa sosial yang tinggi dan siap untuk membantu, namun sebelumnya harus dipersiapkan dengan matang agar tidak menambah jumlah kasus nantinya,” ungkap Ari Fahrial Syam.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//